Komponen Biotik Habitat Maleo Struktur Vegetasi

44 Gambar 8. Kondisi sumber air panas di Bora Kondisi yang hampir sama terjadi di Kadidia yang memiliki tiga sumber air panas dan berjarak 50 m dari pemukiman masyarakat. Diduga lokasi peneluran maleo di Kadidia telah mengalami gangguan berat karena letaknya yang sangat berdekatan dengan pemukiman penduduk dan perkebunan kopi milik masyarakat. Tingginya frekuensi aktivitas manusia di Kadidia diduga mempengaruhi kecilnya kehadiran maleo di tempat ini meski memiliki tiga sumber air panas. Populasi maleo di tempat ini diperkirakan kecil dan terancam punah Butchart et al. 1998, Butchart Baker 2000, Ma’dika et al. 2001.

5.2.2. Komponen Biotik Habitat Maleo Struktur Vegetasi

Analisis vegetasi dari seluruh lokasi penelitian mencatat 70 jenis tumbuhan pada tingkat tiang. Tamalanja Leucaena leucocephala merupakan jenis yang memiliki kerapatan tertinggi sebesar 226,67 indha selanjutnya diikuti oleh lembaya Macaranga sp. 123,33 indha, malaruha Kleinhovia hospita 120 indha dan entabaka Horsfieldia costulata 90 indha. Pada tingkat pohon ditemukan sebanyak 73 jenis dengan kerapatan tertinggi tamalanja Leucaena leucocephala 71,67 indha diikuti oleh lembaya Macaranga sp. 35 indha, pangi Pangium edule 31,67 indha dan tea Artocarpus teijsmanii 31,67 indha. Struktur vegetasi ini berbeda dengan hasil penelitian Rusli 2006 yang menyebutkan bahwa di Kamarora TNLL ditemukan 50 jenis tumbuhan pada tingkat tiang dan 41 jenis tumbuhan pada tingkat pohon dengan kerapatan tertinggi berturut-turut adalah beringin Ficus sp. 48 indha, kaha Castanopsis accuminatissima 40 45 indha, tomanete Canarium comonel 40 indha dan kayu nantu Palaquium obovatum 16 indha. Perbedaan ini diduga terkait dengan ketinggian lokasi penelitian yang berbeda dimana Rusli 2006 melakukan penelitian pada ketinggian 640-840 m dpl di hutan sub pegunungan sedangkan penelitian ini dilakukan pada ketinggian 82-669 m dpl sehingga jumlah jenis tumbuhan relatif lebih besar. Jenis Vegetasi Pakan Maleo Tumbuhan pakan merupakan salah satu komponen biotik dari habitat maleo yang sangat penting bagi hidup dan kehidupan maleo seperti halnya bagi herbivora lain. Hal ini karena tumbuhan pakan merupakan salah satu faktor pembatas bagi pertumbuhan populasi satwaliar, termasuk maleo. Makanan maleo pada umumnya adalah biji-bijian dan beberapa jenis buah-buahan di hutan. Jenis-jenis pakan yang disukai oleh maleo di lokasi penelitian adalah kemiri Aleurites moluccana , pangi Pangium edule, enau Arenga pinnata, rao Dracontomelon dao , lela Polyalthia sp., aren Arenga sp. dan siuri Koordersiodendron pinnatum . Jenis-jenis tumbuhan pakan maleo ini relatif sama dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa biji atau buah yang dimakan oleh maleo antara lain biji kemiri Aleurites moluccana, rao Dracontomelan mangiferum , nantu Endiandra sp, beringin Ficus sp., Macaranga sp dan biji kacang-kacangan di ladang seperti kedelai. Selain itu burung maleo juga memakan serangga kecil seperti ulat, siput dan kepiting Hendro 1974, Tikupadang et al. 1993, Gunawan 1994. Dari penelitian ini dan hasil penelitian sebelumnya tampaknya maleo adalah satwa omnivora dan kurang selektif dalam memilih pakan, maleo memakan buah dan biji-bijian apa saja yang ditemuinya di lantai hutan selain juga memakan serangga kecil seperti semut, rayap, kumbang, capung, siput dan kepiting Gunawan 2000. Akan tetapi ada beberapa jenis pakan yang sering dijumpai dimakan oleh maleo dan disebutkan dalam penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu kemiri Aleurites moluccana, pangi Pangium edule, siuri Koordersiodendron pinnatum dan rao Dracontomelan spp. 46 Keanekaragaman Jenis Pakan dan Pola Sebaran Pakan Keanekaragaman jenis merupakan derajat yang menunjukkan keragaman jenis pada suatu wilayah tertentu. Untuk menunjukkan keanekaragaman jenis di lokasi penelitian dilakukan penghitungan terhadap nilai kekayaan jenis species richness dan kemerataan evenness. Kekayaan jenis merupakan jumlah spesies dalam suatu komunitas sedangkan kemerataan menunjukkan derajat kemerataan kelimpahan individu antara setiap spesies Santosa 1995. Gambar 6 memperlihatkan bahwa pada lokasi penelitian di Saluki indeks kekayaan jenis pada tingkat pohon cenderung lebih tinggi dari tingkat tiang, pada lokasi penelitian di Kadidia indeks kekayaan jenis pada tingkat tiang cenderung lebih tinggi dari tingkat pohon. Selain itu, secara umum indeks kekayaan jenis pada lokasi yang terindikasi sebagai daerah konsentrasi maleo cenderung lebih tinggi baik pada tingkat pohon maupun tiang dari lokasi lainnya, kecuali di lokasi Kadidia. Gambar 6 menunjukkan bahwa Kadidia memiliki nilai indeks kekayaan jenis relatif tinggi tetapi kurang dijumpai maleo. Kondisi demikian diduga adanya faktor-faktor lain yang menjadi penghambat bagi maleo untuk mendatangi lokasi tersebut seperti tingginya frekuensi aktivitas manusia di tempat tersebut karena lokasi peneluran maleo di Kadidia berdekatan dengan pemukiman penduduk dan perkebunan kopi. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa maleo yang mendatangi suatu lokasi bukan hanya karena pakan saja, bisa juga karena adanya kebutuhan lain yang tidak tersedia pada lokasi lain seperti sumber panas bumi. Nilai indeks kemerataan merupakan ukuran keseimbangan antara suatu komunitas satu dengan lainnya. Nilai-nilai ini dipengaruhi oleh jumlah jenis yang terdapat dalam satu komunitas Ludwig Reynolds 1988. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi indeks kemerataan jenis pada suatu habitat maka keseimbangan komunitasnya juga akan semakin tinggi. Gambar 7 memperlihatkan bahwa di lokasi penelitian indeks kemerataan jenis tingkat pohon cenderung lebih tinggi dari tingkat tiang pada lokasi yang terindikasi sebagai daerah konsentrasi maleo. Hasil ini mengindikasikan bahwa maleo lebih menyukai habitat yang memiliki kemerataan jenis pohon lebih tinggi dari tingkat tiang. Hal ini diduga terkait dengan kebutuhan pakan maleo yang lebih banyak disediakan oleh tumbuhan tingkat pohon dibandingkan dengan tingkat tiang. 47 Untuk aktivitas beristirahat maleo membutuhkan naungan shelter yang cukup dan biasanya bertengger di pohon yang memiliki banyak cabang dengan tipe percabangan mendatar seperti tea Artocarpus teijsmanii. Pohon yang disukai oleh maleo untuk bertengger adalah pohon yang memiliki tipe percabangan mendatar ke samping Gunawan 2000. Kebutuhan maleo akan naungan untuk beristirahat ini diduga menyebabkan maleo lebih menyukai habitat yang memiliki kekayaan jenis tingkat pohon lebih tinggi dibanding tingkat tiang. Pola sebaran tumbuhan pakan yang disukai maleo berdasarkan lokasi memiliki pola sebaran yang mengelompok di semua lokasi.

5.2.3. Faktor Dominan Komponen Habitat Maleo Lokasi Bertelur

Dokumen yang terkait

Strategi Burung Maleo (Macrochepalon maleo SAL. MULLER 1846) dalam Seleksi Habitat Tempat Bertelurnya di Sulawesi

1 13 236

Biologi Perkembangan Burung Maleo (Macrocephalon maleo, Sall, Muller 1846) yang Ditetaskan Secara Ex Situ

3 48 190

Pendugaan Populasi, Preferensi Habitat Peneluran dan Pola Sebaran Maleo (Macrocephalon maleo Sal Muller 1846) Berdasarkan Keberadaan Sarang di Kawasan Taman Nasional Lore Lindu Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah.

0 16 97

Analisis kondisi lokasi bertelur maleo senkawor (macrocephalon maleo) di kabupaten Mamuju provinsi Sulawesi Barat

0 7 204

Analisis Preferensi Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo) di Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah

3 27 70

Karakteristik Fisik Sarang Burung Maleo (Macrocephalon maleo) Di Suaka Margasatwa Pinjan-Tanjung Matop, Sulawesi Tengah.

0 0 7

Estimasi Populasi Dan Karakteristik Fisik Burung Maleo (Macrophalon Maleo) Di Resort Saluki Desa Tuva Kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) | Yanto Samana | GeoTadulako 5790 19169 1 PB

0 0 21

KARAKTERISTIK TANAH DAN MIKROKLIMAT HABITAT BURUNG MALEO (MACROCEPHALON MALEO) DI TAMAN NASIONAL LORE LINDU SULAWESI TENGAH (Soil Characteristics and Microclimate of Habitat Maleo Bird (Macrocephalon Maleo) in Lore Lindu National Park Central Sulawesi | H

0 0 6

POTENSI PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI HABITAT MALEO (Macrocephalon maleo) TAMAN NASIONAL LORE LINDU BIDANG PENGELOLAAN WILAYAH (BPW) I SALUKI KEC. GUMBASA KAB. SIGI | Nurdianti | Jurnal Warta Rimba 1945 5673 1 PB

0 0 8

STUDI KARAKTERISTIK MIKRO-HABITAT BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI (TNRAW) SULAWESI TENGGARA

0 1 14