Pakan Perkembangbiakan TINJAUAN PUSTAKA

9 panas bumi geothermal. Tajuk bambu atau rumpun rotan menjadi naungan yang disukai maleo untuk bersarang. c. Tipe sarang pengeraman di bawah lindungan pohon tumbang, adalah sarang yang dibuat di bawah batang pohon tumbang. Maleo cenderung memilih pohon dengan diameter batang yang mampu melindungi sarang dari sinar matahari, hujan dan longsor. d. Tipe sarang pengeraman di bawah naungan tebing atau batu, adalah sarang yang dibuat di samping batu-batu yang miring, di celah-celah batu atau di samping tebing. e. Tipe sarang pengeraman di dalam goa, adalah sarang yang dibuat di dalam lubang-lubang goa di daerah karst sehingga sarang tersebut terlindung dari sinar matahari dan hujan. f. Tipe sarang pengeraman disamping perakaran pohon, adalah sarang yang dibuat dengan salah satu sisinya menempel pada sistem perakaran tumbuhan sehingga pada sisi tersebut terhindar dari longsor. g. Tipe sarang pengeraman di antara banir pohon adalah sarang yang dibuat di sela-sela banir atau sistem perakaran yang rumit sehingga sarang tersebut terhindar dari satwa predator.

2.4. Pakan

Seperti halnya dengan jenis unggas yang lain, burung maleo membutuhkan pakan sebagai sumber zat-zat makanan untuk tumbuh dan berkembangbiak. Burung maleo mencari pakan di sekitar lokasi peneluran di tepi pantai dan hutan MacKinnon 1981. Burung maleo aktif mencari pakan sejak matahari terbit pukul 05:00 hingga terbenam pukul 18:00 dan maleo mencari pakan secara berpasangan di hutan-hutan Wiriosoepartho 1979. Makanan burung maleo pada umumnya adalah biji-bijian dan beberapa jenis buah-buahan di hutan. Biji atau buah yang dimakan antara lain Aleurites moluccana , Dracontomelan mangiferum, Endiandra sp., Ficus sp., Macaranga sp. , Garuga floribunda, Arenga pinnata, Syzygium sp., Cananga odorata, Alstonia scholaris , Garcinia sp., Gouia sp., Aglaia argentea, Gnetum gnemon, Koordersiodendron pinnatum , Diospyros sp., Pterospermum javanicum dan 10 Endiandra sp . Selain itu burung maleo juga memakan serangga kecil seperti ulat, siput dan kepiting Hendro 1974, Wiriosoepartho 1980, Tikupadang et al. 1993, Gunawan 1994, Satriani 2004. Burung maleo jarang terlihat langsung memakan buah dan biji yang masih menempel di pohon, tetapi lebih menyukai buah dan biji yang telah jatuh di permukaan tanah Wiriosoepartho 1979.

2.5. Perkembangbiakan

Burung maleo memilih tempat bertelur yang berpasir, bervegetasi, namun masih dapat disinari matahari secara intensif. Persyaratan tempat bertelur burung maleo adalah: 1 tanah berpasir, 2 adanya sumber panas, 3 terletak di pesisir pantai dengan letak yang agak tinggi sedikit dari permukaan pantai atau tepi sungai yang tidak begitu lebat hutannya, 4 suhu tanah berkisar antara 32–39 o C Nurhayati 1986. Areal peneluran alami memiliki suhu pengeraman yang relatif konstan sepanjang siang dan malam hari. Musim bertelur burung maleo berlangsung sepanjang tahun, tetapi produksi telur pada suatu tempat bervariasi dari bulan ke bulan Jones et al. 1995. Waktu bertelur burung maleo terjadi pada pukul 06:00–12:00 waktu setempat. Pada malam sebelum bertelur pasangan burung maleo akan bertengger di atas dahan pepohonan tidak jauh dari tempat bertelur. Esok paginya pasangan burung maleo turun berpasangan mencari pakan, kemudian menuju daerah berpasir untuk menggali lubang tempat bertelur sambil berbunyi terus menerus seperti bernyanyi dan menandai teritorinya. Penggalian tempat bertelur dilakukan secara bergantian antara jantan dan betina, dan berlangsung sangat cepat sekitar 30 menit. Tonjolan di kepala burung maleo yang menyerupai helm merupakan alat pengukur suhu tanah dalam aktivitas penggalian lubang peneluran MacKinnon 1978, Wiriosoepartho 1980, Dekker 1990. Setelah membuat lubang, pasangan burung akan menghilang ke dalam belukar sekitar 15 menit untuk beristirahat sambil mengawasi keamanan sekitar lubang. Bila dirasakan aman, betina akan bertelur dan jantan berjaga-jaga sekitar lubang. Selesai bertelur keduanya akan bersama-sama menutup lubang dalam waktu sekitar 10 menit dan biasanya pasangan burung ini akan membuat kamuflase dengan bekas cakaran segitiga agak jauh dari lobang sesungguhnya 11 Nurhayati 1986. Terdapat kecenderungan lokasi bertelur yang sudah dipilih selalu digunakan dari generasi ke generasi selama tempat tersebut tidak mengalami gangguan Hendro 1974, Tikupadang et al. 1993, Gunawan 2000. Seekor induk maleo hanya dapat menghasilkan 8–12 butir telur dalam setahun dan untuk memproduksi 1 butir telur, seekor maleo membutuhkan waktu 7–9 hari Dekker 1990. Di Sulawesi Utara pada bulan November sampai Januari produksi telur lebih banyak 3 sampai 4 kali dari bulan-bulan yang lainnya. Peningkatan yang nyata ini terjadi karena pada bulan-bulan tersebut pohon-pohon penghasil bahan pakan maleo berbuah sehingga produksi telur meningkat tajam dibanding bulan-bulan saat pohon belum berbuah Nurhayati 1986. Berat telur berkisar antara 178–267 gr dengan panjang 92,1–112,6 mm dan diameter 57,6–65,5 mm Dekker Brom 1990. Masa pengeraman tergantung pada temperatur tanah yaitu berkisar antara 62–85 hari Dekker 1990. Apabila tidak busuk, pecah, dimakan predator atau diambil manusia, maka telur maleo akan menetas. Anak maleo yang baru menetas akan menggali pasir untuk keluar dari lubang dan langsung terbang mencari pohon terdekat, bila tidak dimakan predator. Anak maleo memerlukan waktu 1–2 hari untuk memecah kulit telur dan menggali lubang untuk keluar MacKinnon 1986.

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Strategi Burung Maleo (Macrochepalon maleo SAL. MULLER 1846) dalam Seleksi Habitat Tempat Bertelurnya di Sulawesi

1 13 236

Biologi Perkembangan Burung Maleo (Macrocephalon maleo, Sall, Muller 1846) yang Ditetaskan Secara Ex Situ

3 48 190

Pendugaan Populasi, Preferensi Habitat Peneluran dan Pola Sebaran Maleo (Macrocephalon maleo Sal Muller 1846) Berdasarkan Keberadaan Sarang di Kawasan Taman Nasional Lore Lindu Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah.

0 16 97

Analisis kondisi lokasi bertelur maleo senkawor (macrocephalon maleo) di kabupaten Mamuju provinsi Sulawesi Barat

0 7 204

Analisis Preferensi Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo) di Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah

3 27 70

Karakteristik Fisik Sarang Burung Maleo (Macrocephalon maleo) Di Suaka Margasatwa Pinjan-Tanjung Matop, Sulawesi Tengah.

0 0 7

Estimasi Populasi Dan Karakteristik Fisik Burung Maleo (Macrophalon Maleo) Di Resort Saluki Desa Tuva Kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) | Yanto Samana | GeoTadulako 5790 19169 1 PB

0 0 21

KARAKTERISTIK TANAH DAN MIKROKLIMAT HABITAT BURUNG MALEO (MACROCEPHALON MALEO) DI TAMAN NASIONAL LORE LINDU SULAWESI TENGAH (Soil Characteristics and Microclimate of Habitat Maleo Bird (Macrocephalon Maleo) in Lore Lindu National Park Central Sulawesi | H

0 0 6

POTENSI PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI HABITAT MALEO (Macrocephalon maleo) TAMAN NASIONAL LORE LINDU BIDANG PENGELOLAAN WILAYAH (BPW) I SALUKI KEC. GUMBASA KAB. SIGI | Nurdianti | Jurnal Warta Rimba 1945 5673 1 PB

0 0 8

STUDI KARAKTERISTIK MIKRO-HABITAT BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI (TNRAW) SULAWESI TENGGARA

0 1 14