Iklim Hidrologi Kondisi Fisik Kawasan 1. Letak dan Luas

14 Kadidia sebagian besar terletak pada kelas kelerengan lahan antara 0–8 Tabel 4. Tabel 3. Luas lokasi penelitian berdasarkan ketinggian tempat Ketinggian tempat m dpl Bora Saluki Kadidia Luas ha Persentase 0 - 200 1.060,92 1.060,92 23,86 201 - 400 1.035,44 810,01 1.845,45 41,51 401 -600 198,28 285,03 483,31 10,87 601 - 800 236,21 268,95 336,44 841,60 18,93 801 - 1000 53,68 63,18 58,33 175,19 3,94 1000 - 1200 33,91 5,80 39,71 0,89 Jumlah 2.584,53 1.461,08 400,57 4.446,18 100,00 Sumber : Hasil analisis peta digital TNLL Juli 2009 Tabel 4. Luas lokasi penelitian berdasarkan kelas kelerengan lahan Kelas kelerengan lahan Bora Saluki Kadidia Luas ha Persentase 0 – 8 1.266,57 366,71 194,98 1.828,26 41,12 9 – 15 506,76 121,02 33,66 661,44 14,88 16 – 25 612,37 465,99 100,51 1.178,87 26,51 26 – 45 186,38 459,14 65,09 710,61 15,98 45 12,45 48,22 6,33 67,00 1,51 Jumlah 2.584,53 1.461,08 400,57 4.446,18 100,00 Sumber : Hasil analisis peta digital TNLL Juli 2009

3.2.3. Tanah

Lapisan tanah di daerah pegunungan umumnya berasal dari batuan asam seperti gneisses, schists dan granit yang memiliki sifat peka terhadap erosi. Formasi lakustrin banyak ditemukan pada danau di bagian timur kawasan dengan bahan endapan dari campuran batuan sedimen, metamorfosa dan granit. Bagian barat ditemukan formasi aluvium yang umumnya berbentuk kipas aluvial. Sumber bahan aluvial ini berasal dari batuan metamorfosa dan granit. Jenis tanah di TNLL bervariasi dari entisol, inseptisol, alfisol dan sebagian kecil ultisol.

3.2.4. Iklim

Menurut klasifikasi curah hujan Schmidt-Fergusson, bagian utara kawasan TNLL mempunyai tipe iklim CD dengan curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 855–1.200 mmtahun. Bagian timur bertipe iklim B dengan curah hujan 15 berkisar antara 344–1.400 mmtahun dan bagian barat bertipe iklim A dengan curah hujan rata-rata tahunan 1.200–2.200 mmtahun. Secara keseluruhan curah hujan di TNLL bervariasi dari 2.000–3.000 mmtahun. Bulan terkering terjadi pada Juli dengan rata-rata curah hujan 83,9 mm, sedangkan bulan terbasah pada Maret, yakni sebesar 2.110 mm. Bulan basah terjadi selama empat bulan yaitu pada April–Juli, sedangkan bulan kering terjadi selama delapan bulan yaitu pada Agustus–Maret. Berdasarkan pencatatan pada Stasiun Meteorologi Mutiara Palu, suhu udara harian di lokasi penelitian selama Januari–Maret 2009 minimum 24,1 o C dan maksimum 29,1 o C dengan rata-rata 27,0 o C . Kelembaban udara harian minimum 65, maksimum 91 dan rata-rata kelembaban udara mencapai 77 Lampiran 1.

3.2.5. Hidrologi

Air di kawasan TNLL sebagai habitat maleo tersedia dengan baik sepanjang tahun meskipun pada musim kemarau beberapa anak sungai mengalami kekeringan. Ketersediaan air di habitat maleo ini dapat dibedakan ke dalam dua kondisi tergantung musim. Pada musim penghujan air tersebar merata di seluruh kawasan TNLL, sedangkan pada musim kemarau yang panjang, air hanya tersedia pada sungai-sungai besar seperti: S. Lariang, S. Gumbasa, S. Saluki, S. Rawa, S. Miu, S. Tawallia, S. Katu, S. Kalae, S. Hambu, S. Lengi, S. dan Sungai Karanga. Sungai besar yang terdapat di lokasi penelitian adalah S. Gumbasa dan S. Saluki. Drainase terdiri dari ribuan sungai kecil yang terjal, kecil volumenya, berjenjang pertama dan kedua, dan banyak di antaranya berasal dari lereng-lereng terjal. Pola dendritik bervariasi di dalam TNLL dan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti topografi dan geologi. Sungai kecil mengalir melintasi punggung- punggung pegunungan yang tersusun dari batu granit yang menghasilkan pola berbeda dari sungai-sungai yang mengalir pada bagian lebih datar yang kaya akan deposit tanah alluvial. TNLL masuk ke dalam dua Daerah Aliran Sungai DAS, yakni DAS Gumbasa dan DAS Lariang. 16 3.3. Kondisi Biotik 3.3.1. Vegetasi

Dokumen yang terkait

Strategi Burung Maleo (Macrochepalon maleo SAL. MULLER 1846) dalam Seleksi Habitat Tempat Bertelurnya di Sulawesi

1 13 236

Biologi Perkembangan Burung Maleo (Macrocephalon maleo, Sall, Muller 1846) yang Ditetaskan Secara Ex Situ

3 48 190

Pendugaan Populasi, Preferensi Habitat Peneluran dan Pola Sebaran Maleo (Macrocephalon maleo Sal Muller 1846) Berdasarkan Keberadaan Sarang di Kawasan Taman Nasional Lore Lindu Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah.

0 16 97

Analisis kondisi lokasi bertelur maleo senkawor (macrocephalon maleo) di kabupaten Mamuju provinsi Sulawesi Barat

0 7 204

Analisis Preferensi Habitat Burung Maleo (Macrocephalon maleo) di Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah

3 27 70

Karakteristik Fisik Sarang Burung Maleo (Macrocephalon maleo) Di Suaka Margasatwa Pinjan-Tanjung Matop, Sulawesi Tengah.

0 0 7

Estimasi Populasi Dan Karakteristik Fisik Burung Maleo (Macrophalon Maleo) Di Resort Saluki Desa Tuva Kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) | Yanto Samana | GeoTadulako 5790 19169 1 PB

0 0 21

KARAKTERISTIK TANAH DAN MIKROKLIMAT HABITAT BURUNG MALEO (MACROCEPHALON MALEO) DI TAMAN NASIONAL LORE LINDU SULAWESI TENGAH (Soil Characteristics and Microclimate of Habitat Maleo Bird (Macrocephalon Maleo) in Lore Lindu National Park Central Sulawesi | H

0 0 6

POTENSI PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI HABITAT MALEO (Macrocephalon maleo) TAMAN NASIONAL LORE LINDU BIDANG PENGELOLAAN WILAYAH (BPW) I SALUKI KEC. GUMBASA KAB. SIGI | Nurdianti | Jurnal Warta Rimba 1945 5673 1 PB

0 0 8

STUDI KARAKTERISTIK MIKRO-HABITAT BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI (TNRAW) SULAWESI TENGGARA

0 1 14