PENGGUNAAN SIKLAMAT DALAM PJAS DI 4 PROPINSI

28 harga 4 x lipat dari harga yang dijual di SD strata rendah dan hasil uji terhadap siklamat negatip. Rendahnya tingkat pendidikanpengetahuan dan terbatasnya peralatan khususnya alat takartimbangan juga memicu penggunaan siklamat berlebih, dimana 21 responden pedagang tidak ada satupun yang menggunakan takaran secara akurat akibatnya banyak produk yang dihasilkan menggunakan siklamat melebihi batas maksimal yang diizinkan. Selain itu karena alasan ekonomi dari para penjaja jajanan anak sekolah, dapat memicu penggunaan siklamat yang berlebih guna menekan seminim mungkin penggunaan gula.

C. PENGGUNAAN SIKLAMAT DALAM PJAS DI 4 PROPINSI

TERPILIH Diantara 4 propinsi terpilih terdapat variasi dalam hal tidak memenuhi syarat TMS penggunaan siklamat secara melebihi batas dalam PJAS seperti Tabel 5 di bawah ini. Pada propinsi DIY dan NTB persentase penggunaan siklamat melebihi batas pada PJAS tahun 2007 cenderung terjadi penurunan dibandingkan tahun 2006, namun masih relatif tinggi yaitu DIY 50 2007 dan NTB 40.54 2007 Sedangkan propinsi DKI Jakarta dan Bengkulu persentase penggunaan siklamat melebihi batas pada PJAS tahun 2007 cenderung terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2006 yaitu DKI Jakarta 92,85 2007 dan Bengkulu 93,61 2007. Tabel 5. Persentase PJAS yang menggunakan siklamat melebihi batas 2006 - 2007 Jenis PJAS DI Y DKI Jakarta NTB Bengkulu 2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007 Minuman 22,73 - 14,29 28,57 - 5,41 - - Es Mambo, Lolipop, dsb. 27,27 37,50 47,62 35,71 76,00 32,43 85,71 87,23 Sirup, Jely, Agar 13,64 12,50 14,29 28,57 - 2,70 7,94 6,38 63,64 50,00 76,72 92,85 76,00 40,54 93,65 93,61 Dari tabel terlihat di beberapa propinsi tidak ditemukan adanya persentase penggunaan siklamat melebihi batas pada jenis minuman - , hal ini disebabkan karena beberapa alasan yaitu untuk propinsi bengkulu bahwa minuman selain warna merah seperti es teh, es beraroma buah sudah termasuk dalam sampling jenis es sementara untuk minuman berwarna merah 29 hanya diuji untuk parameter rhodamin-B sehingga dalam tabel untuk minuman tampak kosong - ; untuk NTB memang tahun 2006 untuk jenis minuman warna merah tidak diuji siklamat, dan untuk jenis sirop, jely, dan agar hasil uji siklamat memenuhi syarat; sedangkan untuk DIY pada tahun 2007 untuk jenis minuman warna merah juga memenuhi syarat penggunaan siklamat. Dari uraian dan tabel tersebut terlihat bahwa keragaman antar propinsi masih sulit dijelaskan. Hal ini terkait dengan keadaan sosial ekonomi dan program-program tentang keamanan pangan PJAS yang dilaksanakan di masing- masing daerah. Untuk DIY dan NTB dapat terjadi karena di kedua propinsi tersebut ada program-program pembinaan PJAS yang dilakukan secara terpadu antar stakeholder dengan membentuk jejaring pengawasan keamanan pangan, jejaring intelijen pangan dan jejaring promosi keamanan pangan yang didukung oleh komitmen Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten Kota baik program maupun anggaran. Sementara itu untuk propinsi DKI Jakarta dan Bengkulu belum tampak secara signifikan adanya program-program terpadu terkait dengan pembinaan PJAS seperti halnya yang dilakukan di NTB dan DIY. Kompleksitas khusus untuk propinsi DKI Jakarta ditinjau dari aspek sosial ekonomi jelas akan berpengaruh terhadap kondisi tingkat keamanan PJAS dibandingkan dengan propinsi NTB dan DIY. Profil penggunaan siklamat pada PJAS di gabungan 4 propinsi terpilih menunjukkan bahwa persentase tidak memenuhi syarat TMS penggunaan siklamat dalam PJAS secara melebihi batas yang diizinkan antara tahun 2006 – 2007, ada kecenderungan menurun, yaitu tahun 2006 terdapat 122 79,74 contoh dan tahun 2007 113 67,66 contoh seperti terlihat dalam gambar 6 di bawah ini. Walaupun cenderung menurun yaitu sebesar 12,08 namun persentase penggunaan siklamat melebihi batas pada PJAS masih tinggi yaitu sebesar 67,66 , dan diharapkan dalam 4 empat tahun kedepan persentase penggunaan siklamat melebihi batas pada PJAS dapat ditekan menjadi kurang dari 10 melalui berbagai upaya yang harus dilakukan secara terpadu oleh stakeholder. 30 Tahun 2006 Tahun 2007 31 122 54 113 20 40 60 80 100 120 140 Memenuhi Syarat Tidak memenuhi syarat Gambar 7. Profil penggunaan siklamat pada PJAS di 4 propinsi terpilih 2006 – 2007 Adapun proporsi untuk masing- masing jenis jajanan anak sekolah yang menggunakan siklamat melebihi batas yang diizinkan pada tahun 2006- 2007 di 4 propinsi terpilih seperti terlihat dalam Gambar 8a dan b. Es Es Mambo, lolipop, dsb 62.09 Sirop, Jelly, Agar-agar, dsb 9.15 Minuman 8.50 MS 20.26 Es Es Mambo, lolipop, dsb 50.61 Sirop, Jelly, Agar-agar, dsb 9.76 Minuman 6.10 MS 33.54 Gambar 8a. Proporsi PJAS mengggunakan siklamatmelebihi batas maksimal di 4 propinsi terpilih tahun 2006 Gambar 8b. Proporsi PJAS mengggunakan Siklamat melebihi batas maksimal di 4 propinsi terpilih tahun 2007 Jenis produk yang paling banyak menggunakan siklamat melebihi batas maksimal di 4 propinsi terpilih jenis Es Es Mambo, Lolipop, dsb. sebanyak 62,09 2006 dan 50,61 2007. Besarnya persentase penyimpangan penggunaan siklamat secara melebihi batas yang diizinkan perlu menjadi perhatian kita, mengingat hasil survey di Malang oleh Badan POM tahun 2004, terkait dengan paparan siklamat dalam PJAS adalah 2,4 kali lipat dari ADI yang berlaku di Indonesia 11 mgkgBB. Selain itu kecenderungan asupan siklamat di berbagai negara, paparan siklamat untuk anak-anak di Indonesia dapat diprediksi cukup tinggi Emran, 2007. N=153 MS = Memenuhi Syarat N=167 MS = Memenuhi Syarat 31 Data di atas menunjukkan bahwa jenis pangan yang paling banyak mengandung siklamat melebihi batas maksimal yang diizinkan adalah jenis Es. Yang dimaksud es disini adalah selain es mambo dan lolipop juga termasuk semua minuman ringan selain yang berwarna merah yang dijual menggunakan es seperti es kelapa, es cendol, es teh, es beraroma buah dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena jenis PJAS es bahan baku utamanya selain air adalah gula, dan karena harga gula relatif mahal dmungkinkan untuk dilakukan penggunaan pemanis siklamat baik sebagai tambahan rasa manis maupun sebagai pengganti gula sehingga umumnya jenis PJAS es ditemukan menggunakan siklamat melebihi batas yang diizinkan. Keadaan sosial ekonomi seperti kondisi daya beli masyarakat, tingkat ekonomi pedagang atau produsen PJAS, perilaku konsumen dan pedagang, serta program-program tentang keamanan pangan PJAS yang dilaksanakan di masing- masing daerah dapat mempengaruhi profil penggunaan siklamat dalam PJAS. Sebagai gambaran untuk 4 propinsi terpilih Bengkulu, DKI Jakarta, DI Yogyakarta dan NTB persentase penyimpangan dalam penggunaan siklamat juga sangat bervariasi untuk masing- masing propinsi. Di Yogyakarta persentase penggunaan siklamat melebihi batas yang diizinkan, pada tahun 2007 47,61 menunjukkan penurunan sebesar 15,54 dibandingkan tahun 2006 63,15 seperti terlihat pada gambar 9 di bawah ini Tahun 2006 Tahun 2007 7 12 22 20 5 10 15 20 25 MS TMS Gambar 9 Profil penggunaan siklamat pada PJAS di Yogyakarta tahun 2006-2007 32 Seperti telah diuraikan sebelumnya, bahwa profil penggunaan siklamat pada PJAS untuk masing- masing propinsi bervariasi karena adanya perbedaan program-program pembinaan terkait dengan PJAS dan kondisi sosial ekonomi di setiap propinsi. Untuk DIY penurunan persentase penggunaan siklamat yang tidak memenuhi syarat sebesar 15,54 karena di Yogyakarta ada kegiatan terpadu yang dilakukan antar instansi seperti Pemerintah Daerah PropinsiKabupatenKota, Balai Besar POM, dengan melibatkan sekolah-sekolah, serta dilakukan kegiatan monitoring secara rutin terhadap PJAS. Yang jelas pemerintah daerah setempat telah memberikan perhatian khusus terhadap PJAS melalui program-program peningkatan keamanan PJAS seperti penyuluhan, promosi di sekolah-sekolah, dan monitoring secara berkala. Adapun proporsi penggunaan siklamat pada masing- masing jenis PJAS adalah seperti terlihat pada gambar 10 a dan b di bawah ini. Di Propinsi NTB, persentase penggunaan siklamat melebihi batas yang diizinkan, pada tahun 2007 40,54 menunjukkan penurunan sebesar 35,46 dibandingkan tahun 2006 76 seperti terlihat pada gambar 6 dibawah ini. Kondisi di NTB jauh lebih baik dibandingkan dengan propinsi lainnya seperti DIY, DKI Jakarta, dan Bengkulu sehingga persentase PJAS yang menggunakan siklamat melebihi batas penurunannya relatif tinggi. Es Es Mambo, lolipop, dsb 42.86 Sirop, Jelly, Agar-agar, dsb 21.43 Minuman 35.71 N = 28 Minuman 0.00 Sirop, Jelly, Agar- agar, dsb 6.82 Es Es Mambo, lolipop, dsb 93.18 Gambar 10 a. Proporsi PJAS mengggunakan siklamat melebihi batas maksimal di Yogyakarta tahun 2006 Gambar 10 b. Proporsi PJAS mengggunakan siklamat melebihi batas maksimal di Yogyakarta tahun 2007 33 Di NTB program-program terhadap peningkatan keamanan pangan relatif baik. Hal ini didukung adanya komitmen pemerintah daerah setempat terhadap keamanan pangan cukup tinggi yang diindikasikan dengan diterbitkannya berbagai kebijakan baik melalui SK Gubernur maupun dalam bentuk Peraturan Daerah. Demikian juga keterpaduan antar instansi dalam melaksanakan program peningkatan keamanan pangan sudah mulai berjalan dengan didukung kepemimpinan leadership Kepala Balai Besar POM Mataram yang secara proaktif melakukan inisiasi dalam upaya peningkatan keamanan pangan di NTB. Tahun 2006 Tahun 2007 6 19 22 15 5 10 15 20 25 MS TMS Gambar 11. Profil penggunaan siklamat pada PJAS di Mataram tahun 2006-2007. Jenis jajanan anak sekolah yang menggunakan siklamat melebihi batas yang diizinkan pada tahun 2006-2007 di Mataram juga memiliki kesamaan apabila dibandingkan dengan jenis yang ada di propinsi lain yaitu minuman, es lolipop, mambo, minuman beraroma buah, es kelapa dsb, sirop,jely dan agar seperti terlihat dalam Gambar 11 a dan b di bawah ini. 34 Es Es Mambo, lolipop, dsb 100.00 Minuman 0.00 Sirop, Jelly, Agar-agar, dsb 0.00 Es Es Mambo, lolipop, dsb 80.00 Sirop, Jelly, Agar- agar, dsb 6.67 Minuman 13.33 Gambar 11 a. Proporsi PJAS mengggunakan siklamat melebihi batas maksimal di Mataram tahun 2006 Gambar 11 b. Proporsi PJAS mengggunakan siklamat melebihi batas maksimal di Mataram tahun 2007 Di Propinsi DKI Jakarta, persentase penyimpangan penggunaan siklamat melebihi batas yang diizinkan, pada tahun 2007 92,85 menunjukkan peningkatan sebesar 16,66 dibandingkan tahun 2006 76,19 seperti terlihat pada gambar 12 dibawah ini. Persentase ini sangat tinggi apabila dibandingkan dengan profil PJAS dalam penggunaan siklamat di NTB dan DIY. DKI Jakarta mempunyai kompleksitas yang tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya. Kompleksitas yang ada antara lain meliputi cakupan pembinaan terhadap para penjaja PJAS yang luas, jumlah instansi pembina tidak sebanding dengan jumlah dan sebaran para penjaja PJAS yang harus dibina, merupakan wilayah padat penduduk dengan penduduk “urban” yang paling besar di Indonesia. Hal ini akan menyulitkan bagi instansi pembina dalam melakukan upaya- upaya peningkatan keamanan pangan termasuk PJAS. Besarnya cakupan terkait dengan peningkatan keamanan PJAS melalui pembinaan di DKI Jakarta menambah kesulitan dalam melakukan upaya pembinaan yang harus dilakukan pemerintah daerah yang mempunyai sumber daya terbatas, dan upaya pembinaan serta pengawasan yang selama ini dilakukan jauh dari ideal baik tenaga maupun dana. 35 Tahun 2006 Tahun 2007 5 16 2 26 5 10 15 20 25 30 MS TMS Gambar 12. Profil penggunaan siklamat pada PJAS di Jakarta tahun 2006-2007 Meskipun proporsi untuk masing- masing jenis jajanan anak sekolah yang menggunakan siklamat melebihi batas yang diizinkan pada tahun 2006- 2007 di DKI Jakarta juga hampir sama dengan 3 propinsi lainnya seperti terlihat dalam Gambar 13 a dan b di bawah ini, namun persentasenya menujukkan adanya perbedaan. Minuman 18.75 Es Es Mambo, lolipop, dsb 62.50 Sirop, Jelly, Agar-agar, dsb 18.75 Es Es Mambo, lolipop, dsb 38.46 Sirop, Jelly, Agar-agar, dsb 30.77 Minuman 30.77 Gambar 13 a. Proporsi PJAS mengggunakan siklamat melebihi batas maksimal di Jakarta tahun 2006 Gambar 13 b. Proporsi PJAS mengggunakan siklamat melebihi batas maksimal di Jakarta tahun 2007 Di Propinsi Bengkulu, persentase penyimpangan penggunaan siklamat melebihi batas yang diizinkan, pada tahun 2007 93,61 menunjukkan penurunan sebesar 0,04 dibandingkan tahun 2006 93,65 seperti terlihat pada gambar 8 dibawah ini. Meskipun kompleksitasnya tidak sesulit dibanding dengan propinsi DKI Jakarta, namun persentase penur unanannya di tahun 2007 sangat kecil yaitu sebesar 0,04 dan 36 persentase PJAS yang menggunakan siklamat melebihi batas yang diizinkan sangat tinggi sebesar yaitu 93,61 . Tahun 2006 Tahun 2007 4 59 3 44 10 20 30 40 50 60 MS TMS Gambar 14. Profil penggunaan siklamat pada PJAS di Bengkulu tahun 2006- 2007 Tingginya persentase PJAS yang tidak memenuhi syarat di Bengkulu dapat diduga disebabkan karena program-program peningkatan keamanan pangan di Bengkulu tidak sebaik yang dilakukan di propinsi NTB dan DIY. Demikian juga komitmen pemerintah daerah setempat tidak sebagus di NTB yang sudah menerbitkan berbagai kebijakan yang dituangkan melalui SK Gubernur atau Peraturan Daerah. Di propinsi Bengkulu proporsi untuk masing- masing jenis jajanan anak sekolah yang menggunakan siklamat melebihi batas yang diizinkan pada tahun 2006-2007 , menunjukkan bahwa jenis es lolipop, mambo, kelapa, minuman beraroma buah dll adalah yang paling banyak , selanj utnya jenis sirop, jely, agar, dan paling sedikit adalah jenis minuman warna merah seperti terlihat dalam Gambar 15 a dan b di bawah ini. 37 Minuman 0.00 Sirop, Jelly, Agar-agar, dsb 8.47 Es Es Mambo, lolipop, dsb 91.53 Minuman 0.00 Sirop, Jelly, Agar- agar, dsb 6.82 Es Es Mambo, lolipop, dsb 93.18 Gambar 15 a. Proporsi PJAS mengggunakan siklamat melebihi batas maksimal di Bengkulu tahun 2006 Gambar 15 b. Proporsi PJAS mengggunakan siklamat melebihi batas maksimal di Bengkulu tahun 2007 Berdasarkan uraian dan data-data tersebut di atas dapat dilihat bahwa baik skala nasional maupun di 4 propinsi terpilih terdapat adanya kesamaan profil PJAS yang banyak menggunakan siklamat melebihi batas yang diizinkan baik 2006 maupun 2007, dan dapat disimpulkan bahwa baik secara nasional, gabungan 4 propinsi terpilih, maupun di masing- masing propinsi terpilih, jenis PJAS yang paling banyak menggunakan siklamat adalah jenis es Es Mambo, Lolipop, Es Kelapa, Es Cendol dsb..

D. KARAKTERISTIK DAN MOTIVASI PENGGUNAAN SIKLAMAT