13
BAB. III METODOLOGI
A. TAHAPAN KAJIAN
Tahapan kajian penelitian ini dilakukan seperti terlihat pada Gambar 3. bagan alir penelitian dengan uraian dibawah ini.
1. Pengumpulan data sekunder pengawasan PJAS. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data-data hasil laporan Pengawasan PJAS dari
Balai BesarBalai POM seluruh Indonesia dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, yang dihimpun melalui Direktorat Inspeksi dan
Sertifikasi Pangan Badan POM. 2. Seleksi data sekunder , pemilihan data sekunder ditentukan sesuai
kriteria yang ditetapkan berdasarkan Petunjuk Teknis Sampling PJAS dari Badan POM tahun 2006 Lampiran 1, antara lain yaitu :
a. PJAS yang sering dan diduga mengandung Bahan Tambahan Pangan terlarangcemaran.
b. Sebagai tindak lanjut karena adanya kasus masalah dari suatu produk PJAS yang terbukti tidak memenuhi syarat berdasarkan hasil
sampling tahun sebelumnya.
c. PJAS yang sangat diminati anak-anak sekolah. d. PJAS yang produsennya berada di Wilayah Balai BesarBalai POM
di ibu kota propinsi yang bersangkutan dengan skala kelas menengah ke bawah.
e. PJAS yang peredarannya luas 3. Untuk menarik sampel pangan jajanan anak sekolah yang dijual di
sekitar sekolah dapat digambarkan seperti terlihat dalam gambar 2 sebagai berikut :
14 Gambar 1 :
Plot lokasi sekolah dasar dan sekolah dasar yang terpilih
untuk kegiatan pengawasan PJAS
Keterangan :
. = Sekolah dasar
= Sekolah dasar yang terpilih untuk
intervensi a. Inventarisasi lokasi seluruh sekolah dasar yang terdapat di
sekitar ibukota propinsi. b. Lokasi seluruh sekolah dasar yang telah diinventarisasi
diplotkan pada peta ibukota propinsi sehingga tergambar penyebarannya.
c. Menentukan jumlah sekolah dasar yang akan dijadikan lokasi untuk kegiatan sampling pangan jajanan anak sekolah, yaitu
dihitung sama dengan v n, dimana n = jumlah seluruh sekolah dasar yang tedapat di ibukota.
Contoh: Atas dasar inventarisasi, diketahui jumlah sekolah dasar
di seluruh ibukota propinsi adalah 100 buah, maka jumlah sekolah dasar yang harus diambil sebagai sampel sekolah dalam kegiatan
sampling ini adalah v 100= 10 buah. Pada diagram di atas, secara acak 10 sekolah dasar ditetapkan sebagai sampel sekolah dasar
yang masuk dalam kegiatan sampling. Penyebaran kesepuluh sekolah dasar tersebut diupayakan merata di seluruh ibukota.
Gambar 2. Pengambilan Sampel dari Pedagang PJAS
. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
12 pedagang pangan jajanan per sekolah dasar: •
Minuman berwarna merah •
Es berwarna merah •
Sirop berwarna merah •
Mie •
Baso •
Snak tahu si, cilok, dsb
Sekolah Dasar
15
Keterangan: Dari setiap sekolah dasar dipilih sebanyak 12
pedagang jajanan yang menjual minuman, es, dan sirop berwarna merah, serta pedagang jajanan yang menjual mie,
baso, dan snak yang terbuat dari bahan tepung seperti tepung terigu, tepung beras, tapioka, atau sagu. Selanjutnya setiap jenis
pangan yang dijual diambil 2 sampel dari 2 pedagang yang berbeda, sehingga ada 12 sampel pangan dari setiap sekolah.
a. Memilih sekolah-sekolah dasar sejumlah yang ditetapkan pada butir 3 c di atas pada peta lokasi sekolah-sekolah dasar tersebut
di atas, sedemikian rupa sehingga lokasi sekolah-sekolah dasar yang terpilih itu tersebar merata di seluruh ibukota propinsi.
b. Melakukan survey awal untuk melihat apakah pedagang yang mejajakan pangannya di sekitar sekolah-sekolah dasar itu cukup
banyak jumlahnya dan cukup beragam jenis pangan yang dijajakannya. Jenis pangan yang akan diambil sampelnya
adalah minuman, sirop atau jeli-jeli dan agar-agar serta es berwarna merah, snak seperti bakwan, tahu isi, cilok, serta mie
dan baso. Jika di sekitar sekolah dasar yang diukunjungi tidak terdapat cukup banyak pedagang yang berjualan, maka lokasi
sampel ini dapat diganti dengan lokasi sekolah dasar lainnya yang berdekatan.
c. Mengambil enam jenis produk pangan yang dijajakan untuk dijadikan sampel surveilan, yaitu tiga dari kelompok minuman
yang berwarna merah untuk pengujian rhodamin B dan kadar pemanis buatan misalnya minuman, es, sirop, jeli-jeli, agar-
agar, dan tiga dari kelompok lainnya misalnya mie, baso, bakwan atau tahu isi untuk pengujian bahan kimia yang
dilarang digunakan dalam pangan seperti boraks dan formalin. Enam jenis sampel diambil dari dari beberapa pedagang jajanan,
minimum dua padagang atau pengrajin yang berbeda. 4. Identifikasi produk dan daerah yang paling bermasalah mengenai
keragaman penggunaan siklamat pada jajanan anak sekolah antar
16 propinsi dengan 70 cut-off produk terbanyak menggunakan
siklamat 5. Penetapan produk dan lokasi yang dijadikan obyek kajian
Kriteria penetapan tempat sampling adalah : •
Provinsi dimana
berdasarkan
hasil evaluasi menunjukkan tingkat kesesuaian yang tinggi antara petujuk teknis prioritas sampling
jajanan anak sekolah yang dikeluarkan Badan POM tahun 2006. •
Kesuaian antara jumlah Sekolah Dasar yang dijadikan sasaran sampling apakah telah sesuai dengan akar n, dimana n adalah
jumlah SD di Kota ibu kota Provinsi berdasarkan data dari
Depdiknas. Lampiran 7.
• Penggunaan siklamat melebihi batas yang diizinkan pada jajanan
anak sekolah dengan 70 produk terbanyak menggunakan siklamat.
6. Wawancara pendalaman data dan informasi untuk menjawab pertanyaan terkait karakteristik sosial ekonomi konsumen dan pedagang
7. Analisa data dan informasi yang didapatkan dari hasil pengumpulan data sekunder maupun wawancara, dengan menggunakan metode SPSS
8. Sintesis butir-butir penting terkait denga n pengaturan keamanan pangan `di Indonesia khususnya siklamat.
9. Penyusunan hasil kajian untuk kontribusi dalam kebijakan penggunaan siklamat PJAS di Indonesia.
B. TEMPAT DAN WAKTU KAJIAN