REGULASI SIKLAMAT 1. Regulasi Siklamat di berbagai negara
11 pema nis. Contohnya campuran 10 bagian siklamat dan 1 bagian
sakarin sudah digunakan secara luas pada makanan dan minuman sejak tahun 1960.
B. REGULASI SIKLAMAT B.1. Regulasi Siklamat di berbagai negara
Di berbagai negara, sampai saat ini siklamat masih tetap diizinkan, terutama sebagai kombinasi dengan pemanis buatan lain.
Lebih dari 50 negara di dunia, telah melakukan kajian secara ilmiah dan menyimpulkan bahwa siklamat aman digunakan dan dapat
dimanfaatkan dalam berbagai penggunaan. Di Eropa, siklamat termasuk list sweetener yang diizinkan. Meskipun banyak kajian
ilmiah membuktikan keamanan siklamat, namun beberapa negara membatasinya. Kontroversi mengenai siklamat berdasarkan pada satu
penelitian yang menemukan tumor kandung kemih pada beberapa tikus yang diberi makan siklamat dosis tinggi. Dengan alasan inilah USA
melarang siklamat pada tahun 1970 dan beberapa negara membatasi penggunaannya. Sejak 1970, kajian terbaru dilakukan dan beberapa
negara mempertimbangkan kembali penggunaan siklamat.
B.2. Regulasi Siklamat di Indonesia
Sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 722PerMenkesV1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, bahwa
pemanis siklamat pengaturannya hanya boleh digunakan bagi makanan berkalori rendah meliputi : Permen Karet 500 mgkg dihitung sebagai
asam siklamat ; Permen 1 gkg dihitung sebagai asam siklamat; Saus 3 gkg dihitung sebagai asam siklamat; Es krim dan sejenisnya
2 gkg dihitung sebagai asam siklamat; Es Lilin 3 gkg dihitung sebagai asam siklamat; Jem dan Jeli 2 gkg dihitung sebagai asam
siklamat ; Minuman Ringan 3 gkg dihitung sebagai asam siklamat; Minuman Yoghurt 3 gkg dihitung sebagai asam siklamat; Minuman
Ringan fermentasi 500 mgkg dihitung sebagai asam siklamat. Berdasarkan kajia n dan penelitiannya, JECFA menetapkan jumlah
12 batas maksimum konsumsi siklamat dalam satu hari
acceptable daily intake = ADI sebesar 11 mgkg BB.
B.3. Peraturan Pelabelan di Indonesia
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, dalam penjelasannya antara lain
bahwa pangan yang mengandung bahan tambahan pangan golongan antioksidan, pemanis buatan, pengawet, pewarna, dan penguat rasa
harus dicantumkan pula nama bahan tambahan pangan, dan nomo r indek khusus untuk pewarna.
Selain itu pada label sediaan pemanis buatan dan pangan yang mengandung pemanis buatan mencantumkan tulisan yang menyatakan
bahwa pangan tersebut untuk penderita diabetes dan atau orang yang membutuhkan pangan yang berkalori rendah, dan juga harus
mencantumkan tulisan mengandung gula dan pemanis buatan, jika pangan tersebut selain mengandung pemanis buatan juga mengandung
gula. Menurut SK Badan POM Nomor HK.00.05.5.1.4547 tahun
2004 tentang Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan, bahwa penggunaan siklamat
pada produk pangan tidak dibatasi hanya pada produk pangan berkalori rendah, melainkan diizinkan untuk pangan lain pada umumnya.
13
BAB. III METODOLOGI