27 oranghatahun
orangtahun 1.Berdasarkan
kebutuhan kalori
47 9.071
2.Berdasarkan Kebutuhan
Fisik Minimum 15
2.895
3.Berdasarkan Kebutuhan
Hidup Layak 5
965
Total daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir berdasarkan kebutuhan kalori adalah  9.071  orangtahun,  berdasarkan  kebutuhan  fisik  minmum  adalah  2.895
orangtahun dan berdasarkan kenutuhan hidup layak adalah 965 orangtahun. Jika jumlah penduduk desa Ciarutuen Ilir adalah 9.595 orang maka ada 524 orang yang
tidak  terbutuhi  kalorinya,  6.700  orang  pertahun  yang  tidak  terpenuhi  kebutuhan fisik  minimumnya  dan    8.630  orang  pertahun  di  desa  Ciarutuen  Ilir  yang  tidak
terpenuhi kebutuhan hidup layaknya.
5.4 Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir
5.4.1  Implikasi Kebijakan Untuk Peningkatan  Daya Dukung Lahan Indikator  merupakan  batasan  alam  mengelola  Desa.    Terdapat  tiga  jenis
indikator yang mencerminkan komponen di perdesaan.  Indikator tersebut adalah : 1 indikator Fisik - Ekologis; 2 indikator Demografi - Sosial; 3 indikator politik
–  ekonomi.    Berdasarkan  hasil  wawancara  dengan  tokoh  masyarakat,  petani, aparat desa serta hasil FGD ditemukan beberapa indikator yang dianggap penting
dalam  menentukan  daya  dukung  desa  Ciarutuen  Ilir.    Indikator  ini  menentukan prioritas  bagi  penentuan  daya  dukung  lahan.    Tabel  16  menyajikan  daftar
indikator lingkungan yang mempengaruhi daya dukung.  Semua indikator tersebut secara  langsung  berhubungan  dengan  konsep  dan  implementasi  dari  aktivitas  di
Desa  Ciarutuen  Ilir.    Indikator  keberlanjutan  juga  diperlukan  ketika  terlihat adanya  indikasi  perubahan  kemampuan  untuk  bertahannya  sumberdaya  tersebut.
Berdasarkan  Tabel.16  indikator  pendukung  daya  dukung  lahan  dapat  dijadikan sebagai pertimbangan untuk implikasi kebijakan  peningkatan daya dukung lahan
desa Ciarutuen Ilir.
28 Berdasarkan  Indikator  Fisik  –  ekologi,  skala  prioritas  perluasan  lahan
merupakan  kebutuhan  yang  harus  segera  dibenahi  karena  berpengaruh  nyata terhadap  penghasilan  petani.  Indikator  Demografi  –  sosial  faktor  pendidikan
merupakan hal utama yang harus diperhatikan. Untuk indikator Politik – Ekonomi adalah  kebijakan  pengembangan  kawasan  karena  jika  dilihat  dari  akses  ke  desa
Ciarutuen Ilir yang memprihatinkan sudah selayaknya segera dibenahi. Tabel 16.  Indikator pendukung Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir
No Thematik area
Desa Indikator Fisik - Ekologi
Biodiversity dan lingkungan alam P
Air P
Limbah P
Warisan budaya Infrastruktur wisata
Lahan P
Arsitektur ruang P
Transportasi antar desa P
Kelestarian SDA P
Indikator Demografi - Sosial
Demography Kunjungan turis
Tenaga kerja P
Prilaku sosial Kesehatan dan Keselamatan
P Partisipasi masyarakat
P Pendidikan
P Pemahaman masyarakat terhadap SDA
P
Indikator Politik - Ekonomi
Investasi dan pendapatan kegiatan wisata Tenaga kerja
P Penghasilan dan penerimaan masyarakat
P Kebijakan pengembangan kawasan
P Kebijakan pengelolaan SDA
P Ket : P = skala Prioritas yang harus dibenahi.
Sumber : dimodifikasi dari Auhadilla  2009 Menurut hasil wawancara dengan penduduk, tokoh masyarakat dan aparat
desa  melalui  hasil  kuisioner  didukung  juga  dengan  penelitian  lain,  terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya dukung desa Ciarutuen Ilir antara lain :
1 Kemampuan Lahan dan Penggunaan Lahan
29 Berdasarkan  konsep  kemampuan  lahan  terlihat  bahwa  perencanaan  tata
ruang  yang  benar  adalah  perencanaan  yang  didasarkan  pada  kelas  kemampuan lahan. Apabila lahan tidak sesuai dengan kemampuan lahannya maka akan terjadi
penurunan  kualitas  lahan  degradasi  lahan,  perusakan  lahan,  atau  peningkatan biaya  pengelolaan  lahan.  Lahan  –  lahan  di  Desa  Ciarutuen  Ilir  termasuk  pada
kelas  I  –  IV.  Akan  tetapi,  penggunaan  lahan  –  lahan  di  desa  Ciarutuen  Ilir  tidak sesuai dengan kelas kesesuain lahan.  Ini terbukti dengan masih banyaknya lahan
yang  kelas  kesesuain  lahannya  berada  pada  kelas  1dan  2  digunakan  untuk perumahan yang permanen.
2 Degradasi Lahan
Kerusakan  sumber  daya  lahan  yang  paling  utama  adalah  semakin menurunnya  kualitas  lahan  di  Desa  Ciarutuen    Ilir.  Hal  ini  dibuktikan  dengan
produktivitas  lahan  yang  semakin  menurun  akibat  pemakain  pupuk  kimia  dan Pestisida yang tidak seimbang.
Degradasi  terhadap  sumber  daya  juga  didorong  oleh  tingginya  tingkat permintaan  pasar  terhadap  kebutuhan  akan  komoditas  pertanian.  Menurut
wawancara  dengan  masyarakat  desa  Ciarutuen  Ilir    untuk  memenuhi  permintaan pasar yang para petani sering menggunakan cara – cara instant yakni penggunaan
pupuk  kimia  dan  pestisida  yang  justru  menurunkan  hasil  panen  petani  desa Ciarutuen Ilir.
Menurut Sinukaban. 2008 terjadinya degradasi lahan kemungkinan dapat disebabkan :
• Peruntukan dan penggunaan lahan yang sudah menyimpang dari Rencana
Tata  Ruang  Wilayah.  Di  Desa  Ciarutuen  Ilir  terdapat  penggunaan  lahan yang  diperuntukan  untuk  kawasan  hutan  dialih  fungsikan  untuk  menjadi
lahan  pertanian  atau  lahan  –  laha  pertanian  dialih  fungsikan  menjadi perumahan  atau  industri.  Hal  ini  disebabkan  karena  semakin  sempitnya
lahan  pertanian  petani  setempat  sehingga  untuk  menambah  pendapatan para petani membuka kawasan hutan untuk pertanian.
• Perlakuan  yang  diberikan  pada  lahan  tersebut  tidak  memenuhi  syarat  –
syarat yang diperlukan oleh lahan atau tidak memenuhi kaidah konservasi tanah  dan  air.  Sering  kali  petani  desa  Ciarutuen  Ilir  mengolah  lahan
30 pertanian tidak sesuai kontur dan tidak diaturnya jarak tanaman. Pemilihan
teknik konservasi yang memadai di suatu bidang lahan sangat dipengaruhi oleh  faktor  biofisik  tanah,  topografi,  penggunaan  lahan,  hujaniklim.
Jenis  konservasi  tanah  dan  air  yang  tersedia  untuk  dipilih  dan  diterapkan mulai  dari  yang  paling  ringan  sampai  yang  paling  berat  antara  lain  :
penggunaan  mulsa,  penanaman  dan  pengolaahan  mengikuti  kontur, pengolahan  tanah  konsevasi,  pengaturan  jarak  tanam,  rotasi  tanaman,
pengunaan pupuk kandang dan pupuk hijau, pembuatan rorak, pembuatan sengkedan,  pembuatan  teras  individual  pembuatan  teras  bangku,  serta
pembuatan check dam atau bahkam pembuatan waduk. Ringkasnya, krisis ekologi  yang  terjadi  saat  ini  terjadi  karena  pengunaan  lahan  yang  tidak
sesuai kemampuan lahan akibat permintaan pangan yang berlebih.
3 Keterbatasan lahan dan Kepadatan Penduduk yang tidak dapat diatasi
Keterbatasan  lahan  menjadi  permasalahan  tersendiri  bagi  penduduk  Desa Ciarutuen Ilir.  Berdasarkan Data yag dipeoleh dari Monografi Desa Ciarutuen Ilir
2005 menunjukkan bahwa luas penggunaan lahan Desa Ciarutuen Ilir sebesar 391 Ha  dengan  jumlah  penduduk  sebanyak  9.595  jiwa.  Jumlah  penduduk  yang
demikian  besar  dibandingkan  lahan  yang  sangat  sempit,  tentunya  menurunkan daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir. Apabila laju pertumbuhan penduduk tidak
diatasi maka daya dukung lahan desa Ciarutuen  Ilir  akan semakin kecil.  Dengan asumsi  pertumbuhan  penduduk  2  pertahun  maka  daya  dukung  lahan  desa
Ciarutuen  Ilir  berdasarkan  kebutuhan  hidup  layak  akan  melampaui  daya dukungnya pada tahun 2014. Bukti keterbatasan lahan tersebut akhirnya berakibat
kepada menyempitnya luas lahan dan rumah. Jika  keterbatasan  lahan  tidak  diiringi  dengan  pertambahan  penduduk
mungkin  kondisinya  akan  lebih  baik.    Namun,  faktanya  setiap  tahun  di  Desa Ciarutuen Ilir terjadi lonjakan penduduk.  Tingginya pertumbuhan penduduk yang
selama  ini  terjadi  disebabkan  karena  tidak  efektifnya  program  KB,  kurangnya sosialisasi  dan  penyadaran,  serta  pandangan  tradisional  masyarakat  tentang
banyak anak banyak rezeki. Sedangkan  keterbatasan  lahan  Pertanian  disebabkan  oleh  beberapa  faktor
seperti  massifnya  pembukaan  lahan  untuk  sarana  umum,  alokasi  pemanfaatan
31 ruang  yang  tidak  jelas  peruntukannya  dan  keterdesakan  masyarakat  oleh
intensifnya  kegiatan  industri.    Pada  aras  yang  lebih  tinggi,  keterbatasan  lahan semakin mempersempit ruang gerak dan akses masyarakat terhadap sumber daya
alam.    Pemberian  hak  akses  secara  ekslusif  kepada  kelompok  tertentu  memicu terjadinya privatisasi lahan, akibatnya tidak lagi tersedia sumber daya lahan yang
dapat  dipergunakan  oleh  masyarakat  dengan  mudah.    Keterbatasan  akses  dan keterdesakan  masyarakat  dalam  memenuhi  kebutuhan  hidup  memunculkan  pola
pemanfaatan  lahan  yang  destruktif  dan  memicu  kerusakan  ekologi.  Lahan semakin  terbatas  akibat  maraknya  pengkaplingan-pengkaplingan  tanah,  air  dan
sumber  daya  alam  yang  berada  di  dalamnya  atas  nama  kemajuan  industri  dan pertumbuhan ekonomi.
Berkebalikan dengan itu, yang terjadi justru kemunduran dan ketimpangan yang semakin menganga antara desa – desa di kecamatan Cibungbulang.  Hal itu
terbukti  dengan  tingginya  penduduk  miskin,  semakin  banyaknya  buruh  tani  di Desa Ciarutuen Ilir.
Dalam struktur kepemilikan lahan ada berbagai bentuk status kepemilikan lahan,  baik  berdasarkan  hukum  formal  maupun  yang  berdasarkan  hukum  adat.
Bentuk – bentuk penguasaan tanah secara adat yang terdapat di pulau Jawa secara garis besar adalah sebagai berikut Wiradi, 2009 :
Tanah  Yasan  yaitu  tanah  yang  diperoleh  oleh  seseorang  dalam  membuka hutan  untuk  dijadikan  tanah  garapan.  Berdasarkan  informasi  yang
diperoleh  dari  warga  Desa  Ciarutuen  Ilir  Lahan  di  Desa  Ciarutuen  Ilir awalnya berasal dari tanah Yasan.
Tanah  Gogolan  yaitu  tanah  pertanian  milik  masyarakat  desa  yang  hak pemanfaatannya  biasanya  dibagi  –  bagi  bagi  sejumlah  petani  biasanya
penduduk  inti  secara  tetap  ataupun  berkala.  Pemegang  hak  garap  tidak diperkenankan  untuk  menjual  atau  memindah  tangankan  hak  tersebut.
Lahan dengan sistem seperti ini sudah tidak ada lagi di Desa Ciarutuen Ilir. Tanah  Titisara  adalah  tanah  pertanian  milik  desa  yang  secara  berkala
biasanya disewakan dengan  cara dilelang terlebih dahulu. Sebagian lahan pertanian di Desa Ciarutuen  Ilir adalah tanah Titasara,  akan tetapi karena
alasan tertentu berapa Ha tanah ini tidak dapat diungkap.
32 •
Tanah  Bengkok  adalah  tanah  pertanian  umumnya  sawah  yang diperuntukan  untuk  pamong  desa  terutama  kepala  desa  sebagai  gajinya
selama menduduki jabatan tersebut. Di Desa Ciarutuen Ilir tanah Bengkok ini  masih  ada  walaupun  sudah  ada  gaji  resmi  untuk  Pamong  Desa  dari
Pemerintah. Struktur  pemilikan  tanah  yang  timpang  dapat  menyebabkan  buruh  tani
tidak  dapat  memperoleh  lahan  garapan  karena  walaupun  buruh  tani  mempunyai kesempatan  menguasai  lahan  dan  mengolahnya  melalaui  sewa  –  menyewa  dan
bagi  hasil,  namun  ada  kecenderungan  bahwa  para  pemilik  lahan  lebih  senang untuk menggarap sendiri daripada menyewakan.
Menurut  Wiradi  2009  penyebaran  keluarga  miskin  berdasarkan  luas kepemilikan lahan, ternyata dalam strata pemilikan lahan yang rendahlah terdapat
proporsi  keluar  miskin.  hal  ini  membuktikan  bahwa  walaupun  proporsi pendapatan  dari  sektor  nonpertanian  lebih  besar  daripada  sektor  pertanian,
pemilikan tanah berjalan sejajar dengan tingkat kecukupan. Ini berarti jangkauan terhadap sumber – sumber di luar pertanian lebih dimiliki oleh pemilik tanah luas.
Hal  ini  sejalan  dengan  tingkat  kepemilikan  lahan  di  Desa  Ciarutuen  Ilir  yang mempunyai luas Lahan sekitar 201 m
2
– 300 m
2
rata – rata pendapatannya rendah.
4 Perilaku negatif masyarakat
Kemiskinan  petani  dan  masyarakat  Desa  umumnya  termasuk  di  Desa Ciarutuen  Ilir  diduga  karena  budaya  malas,  apatis,  egois  dan  beberapa  perilaku
individu negataif lainnya.  Kemiskinan kultural ini disebabkan karena rendahnya sumber daya manusia seperti tingkat pendidikan  yang rendah.    Berdasarkan data
dari  Monografi  Desa  Ciarutuen  Ilir  tahun  2009  Pendidikan  tertinggi  hanya Sekolah Dasar SD yakni sebesar 33  dari total Penduduk.  Karena Pendidikan
yang  rendah  ini  akhirnya  menimbulkan  prilaku  yang  negatif  seperti  aksi-aksi pengerusakan  sumber  daya  lahan  seperti  pemberian  pupuk  kimia  dan  pestisida
secara berlebihan tanpa mereka sadari dapat menyebabkan kerusakan sumber daya lahan  sehingga  produktivitas  pertanian  menjadi  turun  dan  kesejahteraan
masyarakatpun semakin menurun Auhadilla 2009. Perilaku  negatif  masyarakat  menurut  Baihaqie  2004  dalam  Auhadilla
2009  bermula  dari  ketiadaan  pemerintah  dalam  memberikan  pelayanan  dan
33 banyaknya program pembangunan yang dijalankan tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.  Lemahnya  pelayanan  pemerintah  menurut  masyarakat  Desa Ciarutuen Ilir mengakibatkan rendahnya sumber daya manusia karena pemerintah
tidak  pernah  menggunakan  banyaknya  jumlah  penduduk  sebagai  salah  satu kekuatan.  Pendapatan  yang  rendah menyebabkan banyak anak-anak buruh tidak
sekolah,  ditambah  pemerintah  tidak  menyediakan  sarana  pengembangan  SDM seperti  pelatihan  dan  pembangunan  sarana  pendidikan.  Menurut  data  monografi
Desa  Ciarutuen  Ilir  tahun  2009  ada  sekitar  20,3   buruh  tani  di  Desa  Ciarutuen Ilir sehingga wajar apabila Petani belum mendapat lahan untuk diusahakan maka
selamaya mereka akan berada dalam garis kebodohan.  Akhirnya masyarakat desa tidak akan pernah berdaulat.
Pelaksanaan pembangunan yang tidak sesuai kebutuhan warga merupakan bentuk  pemborosan  biaya  pembangunan.  Ketidak  terlibatan  masyarakat
menyebabkan  banyaknya  sarana  tidak  terawat  sehingga  banyak  yang  rusak  dan tidak  berfungsi  optimal.    Pola  pembangunan  sarana  yang  cenderung  bersifat
jangka  pendek  dan  berpotensi  korupsi,  menyebabkan  kondisi  sosial  masyarakat menjadi  tidak  sehat.  Apatisme  dan  ketidakpercayaan  masyarakat  kepada
pemerintah  mengakibatkan  masyarakat  seringkali  tidak  mengindahkan  larangan hukum  dalam  pengrusakan  sumber  daya  pesisir  dan  laut.    Kurangnya  pelayanan
pemerintah juga mengakibatkan lemahnya penegakan hukum. Bahkan masyarakat melihat aparat hukum sering melakukan pembiaran terhadap praktek pelanggaran
hukum.
5.4.2  Daya Dukung Lahan dan Kehidupan Layak Penduduk.
Jumlah orang  yang dapat tinggal di Desa Cairutuen Ilir sangat tergantung juga  dari  ketersediaan  lahan  pertanian,  teknologi  untuk  mengoptimalkan
produktivitas  lahan  dan  kesesuaian  lahan.  Kondisi  yang  tidak  seimbang  antara ketersediaan lahan dengan jumlah penduduk yang ada saat ini menyebabkan daya
dukung lingkungan Desa Cairutuen Ilir dapat melampaui kapasitasnya.  Kelebihan daya dukung ini terlihat dari kemampuan sumberdaya alam dan lingkungan yang
hanya  bisa  mensuplai  kebutuhan  pangan  sebanyak  27  orangHa  berdasarkan
34 Kebutuhan Kalori, 6 orang berdasarkan Kebutuhan Hidup Minimum, untuk Hidup
Layak hanya sanggup menghidupi 2 orang dalam setiap hektar lahan pertahunnya. Rendahnya daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir dapat disebabkan karena
keterbatasan lahan sehingga terjadi perebutan akses terhadap sumberdaya. Hal ini ditandai dengan adanya konflik antara petani dengan aparat keamanan di wilayah
perbatasan  Kecamatan  Rumpin  meskipun  sangat  sedikit.  Karena  para  petani memiliki  keterbatasan lahan dan keinginan memacu ekstensifikasi pertanian, para
petani  tidak  segan  –  segan  melakukan  re-claim  lahan  milik  Tentara  Nasional Indonesia TNI.
Hawley 1950 menyatakan bahwa daya dukung lahan hanya sebagian saja yng ditentukan oleh keadaan sumberdaya alam, iklim, dan keadaan fisik lainnya.
Hal  –  hal  lain  yang  menyangkut  tindakan  manusia  dalam  memanfaatkan sumberdaya alam juga mempengaruhi besarnya daya dukung lahan Hawley, 1950
dalam Agustono, 1980. Besar  kecilnya  Daya  Dukung  Lahan  akan  lebih  berarti  apabila  dikaitkan
dengan  Kehidupan  yang  layak  dari  masyarakat  yang  menempati  dan  mengelola sumberdaya  lahan  itu  sendiri.  Di  depan  telah  disampaikan  batasan  Kebutuhan
Hidup  Layak KHL Perorang. Atas dasar kriteria  yang telah disampaikan diatas maka apabila dalam setiap hektar lahan hanya sanggup menghidupi 5 orang yang
Hidup  layak  sementara  lahan  tanaman  pangan  yang  tersedia  hanya  193  maka dapat  dihitung  di  Desa  Ciarutuen  Ilir  hanya  965  orang  yang  mempunyai
kehidupan  layak  selebihnya  8.630  orang  tidak  hidup  layak.  Untuk  mengatasi jumlah  masyarakat  yang  tidak  berada  dalam  kelompok  hidup  layak  disarankan
menambah luas lahan yang dapat diambil dari 34 hektar lahan yang tidak ditanami Tabel 2 dan melalui perbaikan tehnologi.
5.4.3  Daya Dukung Lahan Dan Kesejahteraan. 1
Kesehatan
Salah  satu  indikator  pokok  kesejahteraan  adalah  kesehatan.  Tingkat kesehatan seseorang dapat diukur dari seberapa  besar jumlah penderita sakit dan
35 kemana  biasanya  pengobatan  dilakukan  pada  saat  sakit.  Miskinnya  fasilitas
kesehatan menjadikan masyarakat mengalami kesulitan pada saat sakit.
Seperti  ditunjukkan  Tabel  6  di  atas,  jumlah  sarana  kesehatan  terdapat  di desa  Caiarutuen  Ilir  sangat  minim.    Sarana  yang  tersedia  antara  lain  posyandu  8
unit,  puskesmas  pembantu  1  unit,  dan  praktek  dokter  1  unit.    Keinginan masyarakat  desa  Ciarutuen  Ilir  untuk  berobat  ke  puskesmas  sangat  tinggi,  tetapi
dibatasi oleh fasilitas kesehatan yang kurang memadai seperti puskesmas. Dengan jumlah  penduduk  yang  mencapai  9.595  jiwa  sudah  selayaknya  ada  Rumah  Sakit
di desa Ciarutuen Ilir. Akan tetapi harapan masyarakat ini tidak tercapai.  Hal ini menunjukkan  minimnya  kepedulian  pemerintah  daerah  terhadap  kesehatan
masyarakat desa Ciarutuen Ilir. Faktor lain yang erat kaitannya dengan tingkat kesehatan masyarakat desa
ciarutuen  Ilir  adalah  jumlah  anak.  Semakin  sedikit  anak  maka  tingkat  kesehatan anak akan semakin diperhatikan orang tua. Dengan pembatasan jumlah anak maka
tingkat  kesehatan  keluarga  dapat  meningkat.  Salah  satu  cara  yang  dapat  diikuti masyarakat desa Ciarutuen Ilir adalah mengikuti program KB.
2 Pendidikan
Keberhasilan  pembangunan  bidang  pendidikan  tidak  terlepas  dari ketersediaan  sarana  dan  prasarana  pendidikan.    Fasilitas  pendidikan  ditunjukkan
dengan  ketersediaan  bangunan  pendidikan  baik  formal  maupun  non  formal. Jumlah gedung pendidikan di Desa Ciarutuen Ilir hanya 1 TK  dan 6 SD.
Pendidikan  yang  ditamatkan  merupakan  indikator  pokok  kualitas pendidikan  formal.    Tingginya  tingkat  pendidikan  yang  dicapai  oleh  rata-rata
penduduk  suatu  negara  mencerminkan  taraf  intelektualitas  suatu  bangsa. Pendidikan  merupakan  salah  satu  indikator  pokok  kesejahteraan  masyarakat
karena adanya jaminan ketersediaan sumberdaya manusia yang unggul. Jika  melihat  komposisi  masyarakat  desa  Ciarutuen  Ilir  berdasarkan
pendidikannya, terlihat bahwa hanya 4 orang 0,0  Sarjana, SMA 2,3, SLTP sebesar  5,5  dan  SD  sebanyak  33  .  Tingginya  sumberdaya  manusia  sangat
ditentukan  oleh  ketersediaan  sarana  pendidikan  di  wilayah  tersebut.    Data  ini menggambarkan kondisi masyarakat desa Ciarutuen Ilir senantiasa tertinggal dan
terbelit  dalam  kebodohan.    Ketimpangan  ini  karena  tidak  adanya  keberpihakan
36 negara  terhadap  wilayah  pedesaan,  khususnya  dalam  penyediaan  sarana
pendidikan.    Fakta  ketimpangan  dan  bias  pembangunan  tersebut  jelas  terlihat nyata dengan minimnya sarana pendidikan yang tersedia di Desa Ciarutuen Ilir.
Letak geografis yang berjauhan satu desa dengan desa lainnya dan budaya masyarakat yang cenderung tidak mau bersekolah dan memilih bekerja di bidang
pertanian  dituding  sebagai  alasan  dasar  kenapa  sarana  pendidikan  jarang  terlihat di  Desa  Ciarutuen  Ilir.    Pemerintah  seyogyanya  mencari  strategi  kebijakan  yang
tepat.    Tata  kelola  pemerintahan  dan  kebijakan  yang  bias  seperti  inilah  yang banyak  mengakibatkan  terjadinya  kemiskinan  yang  lebih  bersifat  struktural.
Kemiskinan struktural adalah contoh dominan kemiskinan yang banyak terjadi di Indonesia.
3 Pendapatan
Tingkat  kesejahteraan  petani  salah  satunya  ditentukan  oleh  tingkat pendapatan  yang  dihasilkannya.  Perbedaan  pendapatan  ditentukan  oleh
kepemilikan  sumberdaya  dan  faktor  produksi  yang  berbeda  satu  orang  dengan lainnya,  terutama  kepemilikan  modal.    Biasanya  pihak  yang  mempunyai  barang
modal  yang  lebih  banyak  didukung  oleh  faktor  produksi  yang  lebih  besar,  akan memperoleh  pendapatan  yang  lebih  besar  dibandingkan  pihak  yang  memiliki
barang  modal  yang  lebih  kecil.    Perbedaan  pendapatan  menyebabkan  terjadinya kesenjangan antar petani. Buruh di desa Ciarutuen Ilir sehari hanya Rp 10.000 dan
petani pemilik lahan rata – rata Rp 546.000 per bulan. Pendapatan petani desa Ciarutuen Ilir hanya berasal dari satu sumber saja
karena,  tidak  ada  usaha  non  farm  yang  dijalankan.  Dan  sangat  bergantung  pada musim.  Jika  sedang  musim  hujan  maka  hasil  panen  akan  menurun  sehingga
pendapatan  juga  menurun.  Tingkat  pendapatan  yang  tidak  menentu  ini menyebabkan  masyarakat  susah  mengatur  pola  hidup  dan  pengelolaan
keuangannya. Tempat pemasaran hasil pertanian yang jauh dari desa Ciarutuen Ilir yakni
di  daerah  Pasar  Bogor  menyebabkan  petani  Ciarutuen  Ilir  harus  mengeluarkan biaya  untuk  pengangkutan  hasil  panen.  Hal  ini menyebabkan  pengeluaran  petani
semakin  tinggi.    Tidak  jarang  juga  ditemui  para  petani  tidak  melakukan pemanenan  hasil  pertanian  jika  harga  sayuran  seperti  kangkung    hanya  Rp
37 5.000gabung  sebab  hasil  panen  jika  dirupiahkan  hanya  menutupi  ongkos  panen
dan biaya pengangkutan saja. Menurut  Wiradi  2009  Faktor  penyebab  rendahnya  pendapatan
masyarakat Desa dapat disebabkan oleh : 1.
Sempitnya kepemilikan lahan Dari segi kepemilikan lahan dapat dikatakan bahwa di Desa Ciarutuen Ilir
luas  kepemilikan  lahan  sangat  sempit  yakni  sekitar  2001  m
2
–  300  m
2
. Kepemilikan  formal  tidak  selalu  mencerminkan  pengusaan  nyata  atas  tanah.
Karena  ada  beberapa  cara  yakni  sewa  –  menyewa,  atau  bahkan  gadai.  Dengan demikian rumah tangga yang tidak memiliki lahan tetap dapat memperoleh tanah
garapan  dan  sebaliknya  ada  pemilik  tanah  yang  tidak  dapat  menggarap  tanah garapannya. Akibat dari sempintnya kepemilikan lahan maka produksi lahan juga
akan  rendah  akbatnya  pendapatan  petani  rendah.    Sehingga  timbul  kesan  bahwa tanah yang luas tidak akan menyebabkan usaha tani yang luas. Hal ini disebabkan
lahan bayak yang disewakan, di jual atau bahkan di alih fungsikan. 2.
Harga komoditas pertanian yang tidak menentu Harga – harga hasil panen di Desa Ciarutuen  Ilir tidak pernah ditentukan
oleh  petani.  Para  petani  hanya  mengikuti  harga  yang  telah  ditetapkan  pasar, sehingga ketika sedang terjadi panen raya sayur di Kabupaten Bogor maka harga
panen petani di Desa Ciarutuen Ilir akan rendah. Seharusnya hal ini dapat diatasi Pemerintah  dengan  menentukan  harga  jual  tetap  atau  memberikan  subsidi
pertanian. 3.
Pola hubungan ekploitatif di lingkungan petani Hubungan  dengan  tengkulak  merupakan  pola  lama  yang  sudah
membudaya di kalangan masyarakat Desa.  Hubungan yang saling membutuhkan tersebut  biasanya  banyak  terjadi  dalam  hal  pembiayaan  usaha,  pemasaran  hasil
dan  pengadaan  sarana.    Keterbatasan  akses  yang  dimiliki  oleh  buruh  dan  petani bermodal  kecil  menjadikan  mereka  harus  berhubungan  dengan  para  juragan  dan
tangkulak  dalam  pola  hubungan  kerja  yang  tidak  berimbang.    Mekanisme pembagian  hasil  dalam  hubungan  antara  juragan  dan  petani  atau  buruh  tani
senantiasa menempatkan buruh pada bagian terendah dan hasil yang minim.
38 Kelemahan dalam permodalan, sarana operasional dan pasar menjadi alat
bagi  juragan  untuk  terus  mengekploitasi  buruh.    Demikian  juga  antara  petani dengan  tengkulak.    Tengkulak  mempunyai  akses  pasar  dan  modal,  sedangkan
petani  biasanya  direpotkan  oleh  kedua  hal  tersebut.  Petani  yang  mendapatkan bantuan  modal  dari  tengkulak  harus  menjual  hasil  panen  ke  tengkulak  tersebut
yang kadang tidak sesuai dengan harga pasaran.  Hal ini menyebabkan buruh dan petani bermodal kecil senantiasa terjebak dalam jerat kemiskinan.
Sudah  saatnya  petani  mengorganisir  diri  dalam  berbagai  kelembagaan. Menurut Penelitian Mendez 2008 di Desa Ciarutuen Ilir sudah terdapat berbagai
kelembagaan  yakni  Lembaga  Pemberdayaan  Masyarakat  LPM,  PKK,  P3  mitra cai,  GAPOKTAN,  dan  Serikat  Petani  Indonesia  yang  sudah  berhasil
menggalakkan  Pertanian  Organik,  Pembuatan  Pupuk  hijau,  serta  pengendalian hama  terpadu  untuk  menghemat  biaya  dan  ketergantungan  petani  terhadap
Juragan  desa  serta  Tengkulak.  Keuntungan  dari  pertanian  organik  antara  lain adalah modal bertani yang sedikit, kemudahan dalam penerapan, hasil yang lebih
sehat,  kesuburan  tanah  tetap  terjaga,  harga  jual  yang  lebih  tinggi  serta  tidak bergantung kepada pupuk pabrik dan pestisida.
4 Pengeluaran Perkepala Keluarga
Pengeluaran  per  Kepala  Keluarga  KK  petani  Desa  Ciarutuen  Ilir  pada tahun  2009  sebesar  Rp  511.000.  Pengeluaran  per  KK  sebulan  untuk  konsumsi
diluar  sektor  Pertanian  sebesar  Rp  343.000.  Dengan  Pendapatan  Rp  546.000  per bulan  maka  setiap  bulan  sisa  pendapatan  petani  adalah  Rp  35.000.  Sisa
pendapatan  tersebut  akan  digunakan  lagi  untuk  modal  bertani.  Dan  sudah  tentu akan  kurang  sehingga  petani  harus  meminjam  modal  kepada  tengkulak  dan
juragan  desa.  Kekurangan  modal  inilah  yang  membuat  para  petani  semakin bergantung kepada tengkulak dan juragan desa.
Pengeluaran  konsumsi  dari  sektor  Pertanian  adalah  sebesar  Rp  168.000. Artinya  pengeluaran  per  kapita  rumah  tangga  Desa  Ciarutuen  Ilir  lebih  banyak
digunakan  untuk  belanja  diluar  pertanian  dibandingkan  dalam  pertanian.  Hal  ini sesuai dengan kondisi di Desa lain yakni pemenuhan kebutuhan di luar basic need
lebih tinggi. Pengeluaran diluar pertanian ini dapat juga disebabkan harga – harga yang mahal.
39
5 Lemahnya penegakan hukum
Lemahnya  penegakan  hukum  tercermin  dari  makin  maraknya  tarik menarik  antara  lahan  untuk  pertanian  rakyat,  Perkebunan  karet,  sawit  dan
tanaman  kebutuhan  Biofuel,  Kehutanan  Trading  Carbon  dan  untuk pembangunan sarana dan prasarana.sehingga dapat mengancam kehidupan petani-
petani tradisional termasuk di Desa Ciarutuen Ilir. Lemahnya penegakan hukum menurut Baihaqie 2004 karena kurangnya
pelayanan  pemerintah  dalam  memberikan  fasilitas  kepada  aparat  hukum.  Tidak adanya  sarana  transportasi  untuk  beroperasinya  aparat,  minimnya  perlengkapan
dan  tidak  tegasnya  peradilan  saat  ada  pelanggaran,  melahirkan  kekosongan hukum.    Peluang  hukum  yang  lemah  seperti  ini  yang  menjadikan  masyarakat
apatis,  tidak  peduli  terhadap  kelangsungan  sumber  daya  dan  terbiasa  dengan pengrusakan sumber daya.
Dukungan  masyarakat  akhirnya  juga  kurang  dalam  penegakan  hukum karena seringkali tidak banyak dilibatkan dalam proses tersebut. Lemahnya aparat
hukum  membuat  masyarakat  tidak  percaya  aparat  hukum  dan  kerusakan  sumber daya  dianggap  sebagai  pemandangan  biasa  karena  sering  terlihat  sehari-hari
seperti  yang  pernah  terjadi  sekitar  tahun  1998  –  1999  ketika  terjadi  pembalakan hutan secara besar – besaran.
5.4.4  Kepemilikan Lahan dan Kehidupan yang layak.
Umumnya  telah  diketahui  bahwa  ekonomi  pedesaan  di  Indonesia, khususnya  Jawa  didasarkan  atas  usaha  pertanian.  Tetapi  hasil  penelitian
menunjukan  bahwa  sumbangan  pendapatan  non  pertanian  lebih  besar Wiradi.2009.  Di  Desa  Ciarutuen  Ilir,  penduduk  yang  tidak  memiliki  tanah
garapan  biasanya  akan  menjadi  buruh  tani  atau  menjadi  kuli  angkut  di  Gunung Kapur  Ciampea.  Berdasarkan  data  yang  diperoleh  buruh  tani  di  Desa  Ciarutuen
Ilir  adalah  sebesar  20,3  atau  sebanyak  432  orang.  Dan  jika  dihitung  dari penghasilan  per  hari  hanya  Rp  10.000  dapat  dikategorikan  miskin  karena  tentu
saja akan berada di bawah angka Kebutuhan Hidup Layak KHL. Berdasarkan penelitian Mendez 2008 Lahan yang tidak terlalu luas juga
mempunyai hubungan yang nyata terhadap hasil panen petani. Artinya jika lahan
40 petani semakin luas maka hasil panen akan semakin tinggi sehingga petani dapat
hidup layak.
5.4.5  Peningkatan Daya Dukung Lahan
Jika  produksi  yang  digunakan  masih  dalam  tingkat  rendah  atau  medium, maka  potensi  daya  dukung  dapat  ditingkatkan  sebanyak  10  –  20  dengan
perbaikan teknologi, maka daya dukung dapat meningkat 10 – 20 . Tergantung kepada  level  yang  dipakai  Sinukaban,  2008.  Apabila  dilakukan  perbaikan
tekhnologi  pertanian  di  desa  Ciarutuen  Ilir  maka  dapat  diperkirakan  akan  terjadi peningkatan  daya  dukung  lahan  seperti  yang  digambarkan  pada  tabel  18.
perbaikan tekhnologi yang dapat dimungkinkan adalah pengunaan pupuk kandang dan  pupuk  hijau,  pembuatan  rorak,  pembuatan  sengkedan,  pembuatan  teras
individual  pembuatan  teras  bangku,  serta  pembuatan  check  dam  atau  bahka pembuatan waduk.
Tabel 17. Daya Dukung Lahan Setelah Perbaikan Tekhnologi 10  dan 20 .
Skenario Daya
Dukung Lahan
orangHa Daya  Dukung
Lahan  setelah perbaikan
tekhnologi  10 orangHa
Daya Dukung
Lahan setelah
perbaikan tekhnologi
20 orangHa
1.Berdasarkan kebutuhan kalori
47 30,4
34,4 2.Berdasarkan
Kebutuhan Fisik
Minimum 15
6,6 7,2
3.Berdasarkan Kebutuhan
Hidup Layak
5 2,2
2,4
41
VI.   KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan