27 oranghatahun
orangtahun 1.Berdasarkan
kebutuhan kalori
47 9.071
2.Berdasarkan Kebutuhan
Fisik Minimum 15
2.895
3.Berdasarkan Kebutuhan
Hidup Layak 5
965
Total daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir berdasarkan kebutuhan kalori adalah 9.071 orangtahun, berdasarkan kebutuhan fisik minmum adalah 2.895
orangtahun dan berdasarkan kenutuhan hidup layak adalah 965 orangtahun. Jika jumlah penduduk desa Ciarutuen Ilir adalah 9.595 orang maka ada 524 orang yang
tidak terbutuhi kalorinya, 6.700 orang pertahun yang tidak terpenuhi kebutuhan fisik minimumnya dan 8.630 orang pertahun di desa Ciarutuen Ilir yang tidak
terpenuhi kebutuhan hidup layaknya.
5.4 Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir
5.4.1 Implikasi Kebijakan Untuk Peningkatan Daya Dukung Lahan Indikator merupakan batasan alam mengelola Desa. Terdapat tiga jenis
indikator yang mencerminkan komponen di perdesaan. Indikator tersebut adalah : 1 indikator Fisik - Ekologis; 2 indikator Demografi - Sosial; 3 indikator politik
– ekonomi. Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, petani, aparat desa serta hasil FGD ditemukan beberapa indikator yang dianggap penting
dalam menentukan daya dukung desa Ciarutuen Ilir. Indikator ini menentukan prioritas bagi penentuan daya dukung lahan. Tabel 16 menyajikan daftar
indikator lingkungan yang mempengaruhi daya dukung. Semua indikator tersebut secara langsung berhubungan dengan konsep dan implementasi dari aktivitas di
Desa Ciarutuen Ilir. Indikator keberlanjutan juga diperlukan ketika terlihat adanya indikasi perubahan kemampuan untuk bertahannya sumberdaya tersebut.
Berdasarkan Tabel.16 indikator pendukung daya dukung lahan dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk implikasi kebijakan peningkatan daya dukung lahan
desa Ciarutuen Ilir.
28 Berdasarkan Indikator Fisik – ekologi, skala prioritas perluasan lahan
merupakan kebutuhan yang harus segera dibenahi karena berpengaruh nyata terhadap penghasilan petani. Indikator Demografi – sosial faktor pendidikan
merupakan hal utama yang harus diperhatikan. Untuk indikator Politik – Ekonomi adalah kebijakan pengembangan kawasan karena jika dilihat dari akses ke desa
Ciarutuen Ilir yang memprihatinkan sudah selayaknya segera dibenahi. Tabel 16. Indikator pendukung Daya Dukung Lahan Desa Ciarutuen Ilir
No Thematik area
Desa Indikator Fisik - Ekologi
Biodiversity dan lingkungan alam P
Air P
Limbah P
Warisan budaya Infrastruktur wisata
Lahan P
Arsitektur ruang P
Transportasi antar desa P
Kelestarian SDA P
Indikator Demografi - Sosial
Demography Kunjungan turis
Tenaga kerja P
Prilaku sosial Kesehatan dan Keselamatan
P Partisipasi masyarakat
P Pendidikan
P Pemahaman masyarakat terhadap SDA
P
Indikator Politik - Ekonomi
Investasi dan pendapatan kegiatan wisata Tenaga kerja
P Penghasilan dan penerimaan masyarakat
P Kebijakan pengembangan kawasan
P Kebijakan pengelolaan SDA
P Ket : P = skala Prioritas yang harus dibenahi.
Sumber : dimodifikasi dari Auhadilla 2009 Menurut hasil wawancara dengan penduduk, tokoh masyarakat dan aparat
desa melalui hasil kuisioner didukung juga dengan penelitian lain, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya dukung desa Ciarutuen Ilir antara lain :
1 Kemampuan Lahan dan Penggunaan Lahan
29 Berdasarkan konsep kemampuan lahan terlihat bahwa perencanaan tata
ruang yang benar adalah perencanaan yang didasarkan pada kelas kemampuan lahan. Apabila lahan tidak sesuai dengan kemampuan lahannya maka akan terjadi
penurunan kualitas lahan degradasi lahan, perusakan lahan, atau peningkatan biaya pengelolaan lahan. Lahan – lahan di Desa Ciarutuen Ilir termasuk pada
kelas I – IV. Akan tetapi, penggunaan lahan – lahan di desa Ciarutuen Ilir tidak sesuai dengan kelas kesesuain lahan. Ini terbukti dengan masih banyaknya lahan
yang kelas kesesuain lahannya berada pada kelas 1dan 2 digunakan untuk perumahan yang permanen.
2 Degradasi Lahan
Kerusakan sumber daya lahan yang paling utama adalah semakin menurunnya kualitas lahan di Desa Ciarutuen Ilir. Hal ini dibuktikan dengan
produktivitas lahan yang semakin menurun akibat pemakain pupuk kimia dan Pestisida yang tidak seimbang.
Degradasi terhadap sumber daya juga didorong oleh tingginya tingkat permintaan pasar terhadap kebutuhan akan komoditas pertanian. Menurut
wawancara dengan masyarakat desa Ciarutuen Ilir untuk memenuhi permintaan pasar yang para petani sering menggunakan cara – cara instant yakni penggunaan
pupuk kimia dan pestisida yang justru menurunkan hasil panen petani desa Ciarutuen Ilir.
Menurut Sinukaban. 2008 terjadinya degradasi lahan kemungkinan dapat disebabkan :
• Peruntukan dan penggunaan lahan yang sudah menyimpang dari Rencana
Tata Ruang Wilayah. Di Desa Ciarutuen Ilir terdapat penggunaan lahan yang diperuntukan untuk kawasan hutan dialih fungsikan untuk menjadi
lahan pertanian atau lahan – laha pertanian dialih fungsikan menjadi perumahan atau industri. Hal ini disebabkan karena semakin sempitnya
lahan pertanian petani setempat sehingga untuk menambah pendapatan para petani membuka kawasan hutan untuk pertanian.
• Perlakuan yang diberikan pada lahan tersebut tidak memenuhi syarat –
syarat yang diperlukan oleh lahan atau tidak memenuhi kaidah konservasi tanah dan air. Sering kali petani desa Ciarutuen Ilir mengolah lahan
30 pertanian tidak sesuai kontur dan tidak diaturnya jarak tanaman. Pemilihan
teknik konservasi yang memadai di suatu bidang lahan sangat dipengaruhi oleh faktor biofisik tanah, topografi, penggunaan lahan, hujaniklim.
Jenis konservasi tanah dan air yang tersedia untuk dipilih dan diterapkan mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat antara lain :
penggunaan mulsa, penanaman dan pengolaahan mengikuti kontur, pengolahan tanah konsevasi, pengaturan jarak tanam, rotasi tanaman,
pengunaan pupuk kandang dan pupuk hijau, pembuatan rorak, pembuatan sengkedan, pembuatan teras individual pembuatan teras bangku, serta
pembuatan check dam atau bahkam pembuatan waduk. Ringkasnya, krisis ekologi yang terjadi saat ini terjadi karena pengunaan lahan yang tidak
sesuai kemampuan lahan akibat permintaan pangan yang berlebih.
3 Keterbatasan lahan dan Kepadatan Penduduk yang tidak dapat diatasi
Keterbatasan lahan menjadi permasalahan tersendiri bagi penduduk Desa Ciarutuen Ilir. Berdasarkan Data yag dipeoleh dari Monografi Desa Ciarutuen Ilir
2005 menunjukkan bahwa luas penggunaan lahan Desa Ciarutuen Ilir sebesar 391 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 9.595 jiwa. Jumlah penduduk yang
demikian besar dibandingkan lahan yang sangat sempit, tentunya menurunkan daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir. Apabila laju pertumbuhan penduduk tidak
diatasi maka daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir akan semakin kecil. Dengan asumsi pertumbuhan penduduk 2 pertahun maka daya dukung lahan desa
Ciarutuen Ilir berdasarkan kebutuhan hidup layak akan melampaui daya dukungnya pada tahun 2014. Bukti keterbatasan lahan tersebut akhirnya berakibat
kepada menyempitnya luas lahan dan rumah. Jika keterbatasan lahan tidak diiringi dengan pertambahan penduduk
mungkin kondisinya akan lebih baik. Namun, faktanya setiap tahun di Desa Ciarutuen Ilir terjadi lonjakan penduduk. Tingginya pertumbuhan penduduk yang
selama ini terjadi disebabkan karena tidak efektifnya program KB, kurangnya sosialisasi dan penyadaran, serta pandangan tradisional masyarakat tentang
banyak anak banyak rezeki. Sedangkan keterbatasan lahan Pertanian disebabkan oleh beberapa faktor
seperti massifnya pembukaan lahan untuk sarana umum, alokasi pemanfaatan
31 ruang yang tidak jelas peruntukannya dan keterdesakan masyarakat oleh
intensifnya kegiatan industri. Pada aras yang lebih tinggi, keterbatasan lahan semakin mempersempit ruang gerak dan akses masyarakat terhadap sumber daya
alam. Pemberian hak akses secara ekslusif kepada kelompok tertentu memicu terjadinya privatisasi lahan, akibatnya tidak lagi tersedia sumber daya lahan yang
dapat dipergunakan oleh masyarakat dengan mudah. Keterbatasan akses dan keterdesakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup memunculkan pola
pemanfaatan lahan yang destruktif dan memicu kerusakan ekologi. Lahan semakin terbatas akibat maraknya pengkaplingan-pengkaplingan tanah, air dan
sumber daya alam yang berada di dalamnya atas nama kemajuan industri dan pertumbuhan ekonomi.
Berkebalikan dengan itu, yang terjadi justru kemunduran dan ketimpangan yang semakin menganga antara desa – desa di kecamatan Cibungbulang. Hal itu
terbukti dengan tingginya penduduk miskin, semakin banyaknya buruh tani di Desa Ciarutuen Ilir.
Dalam struktur kepemilikan lahan ada berbagai bentuk status kepemilikan lahan, baik berdasarkan hukum formal maupun yang berdasarkan hukum adat.
Bentuk – bentuk penguasaan tanah secara adat yang terdapat di pulau Jawa secara garis besar adalah sebagai berikut Wiradi, 2009 :
Tanah Yasan yaitu tanah yang diperoleh oleh seseorang dalam membuka hutan untuk dijadikan tanah garapan. Berdasarkan informasi yang
diperoleh dari warga Desa Ciarutuen Ilir Lahan di Desa Ciarutuen Ilir awalnya berasal dari tanah Yasan.
Tanah Gogolan yaitu tanah pertanian milik masyarakat desa yang hak pemanfaatannya biasanya dibagi – bagi bagi sejumlah petani biasanya
penduduk inti secara tetap ataupun berkala. Pemegang hak garap tidak diperkenankan untuk menjual atau memindah tangankan hak tersebut.
Lahan dengan sistem seperti ini sudah tidak ada lagi di Desa Ciarutuen Ilir. Tanah Titisara adalah tanah pertanian milik desa yang secara berkala
biasanya disewakan dengan cara dilelang terlebih dahulu. Sebagian lahan pertanian di Desa Ciarutuen Ilir adalah tanah Titasara, akan tetapi karena
alasan tertentu berapa Ha tanah ini tidak dapat diungkap.
32 •
Tanah Bengkok adalah tanah pertanian umumnya sawah yang diperuntukan untuk pamong desa terutama kepala desa sebagai gajinya
selama menduduki jabatan tersebut. Di Desa Ciarutuen Ilir tanah Bengkok ini masih ada walaupun sudah ada gaji resmi untuk Pamong Desa dari
Pemerintah. Struktur pemilikan tanah yang timpang dapat menyebabkan buruh tani
tidak dapat memperoleh lahan garapan karena walaupun buruh tani mempunyai kesempatan menguasai lahan dan mengolahnya melalaui sewa – menyewa dan
bagi hasil, namun ada kecenderungan bahwa para pemilik lahan lebih senang untuk menggarap sendiri daripada menyewakan.
Menurut Wiradi 2009 penyebaran keluarga miskin berdasarkan luas kepemilikan lahan, ternyata dalam strata pemilikan lahan yang rendahlah terdapat
proporsi keluar miskin. hal ini membuktikan bahwa walaupun proporsi pendapatan dari sektor nonpertanian lebih besar daripada sektor pertanian,
pemilikan tanah berjalan sejajar dengan tingkat kecukupan. Ini berarti jangkauan terhadap sumber – sumber di luar pertanian lebih dimiliki oleh pemilik tanah luas.
Hal ini sejalan dengan tingkat kepemilikan lahan di Desa Ciarutuen Ilir yang mempunyai luas Lahan sekitar 201 m
2
– 300 m
2
rata – rata pendapatannya rendah.
4 Perilaku negatif masyarakat
Kemiskinan petani dan masyarakat Desa umumnya termasuk di Desa Ciarutuen Ilir diduga karena budaya malas, apatis, egois dan beberapa perilaku
individu negataif lainnya. Kemiskinan kultural ini disebabkan karena rendahnya sumber daya manusia seperti tingkat pendidikan yang rendah. Berdasarkan data
dari Monografi Desa Ciarutuen Ilir tahun 2009 Pendidikan tertinggi hanya Sekolah Dasar SD yakni sebesar 33 dari total Penduduk. Karena Pendidikan
yang rendah ini akhirnya menimbulkan prilaku yang negatif seperti aksi-aksi pengerusakan sumber daya lahan seperti pemberian pupuk kimia dan pestisida
secara berlebihan tanpa mereka sadari dapat menyebabkan kerusakan sumber daya lahan sehingga produktivitas pertanian menjadi turun dan kesejahteraan
masyarakatpun semakin menurun Auhadilla 2009. Perilaku negatif masyarakat menurut Baihaqie 2004 dalam Auhadilla
2009 bermula dari ketiadaan pemerintah dalam memberikan pelayanan dan
33 banyaknya program pembangunan yang dijalankan tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Lemahnya pelayanan pemerintah menurut masyarakat Desa Ciarutuen Ilir mengakibatkan rendahnya sumber daya manusia karena pemerintah
tidak pernah menggunakan banyaknya jumlah penduduk sebagai salah satu kekuatan. Pendapatan yang rendah menyebabkan banyak anak-anak buruh tidak
sekolah, ditambah pemerintah tidak menyediakan sarana pengembangan SDM seperti pelatihan dan pembangunan sarana pendidikan. Menurut data monografi
Desa Ciarutuen Ilir tahun 2009 ada sekitar 20,3 buruh tani di Desa Ciarutuen Ilir sehingga wajar apabila Petani belum mendapat lahan untuk diusahakan maka
selamaya mereka akan berada dalam garis kebodohan. Akhirnya masyarakat desa tidak akan pernah berdaulat.
Pelaksanaan pembangunan yang tidak sesuai kebutuhan warga merupakan bentuk pemborosan biaya pembangunan. Ketidak terlibatan masyarakat
menyebabkan banyaknya sarana tidak terawat sehingga banyak yang rusak dan tidak berfungsi optimal. Pola pembangunan sarana yang cenderung bersifat
jangka pendek dan berpotensi korupsi, menyebabkan kondisi sosial masyarakat menjadi tidak sehat. Apatisme dan ketidakpercayaan masyarakat kepada
pemerintah mengakibatkan masyarakat seringkali tidak mengindahkan larangan hukum dalam pengrusakan sumber daya pesisir dan laut. Kurangnya pelayanan
pemerintah juga mengakibatkan lemahnya penegakan hukum. Bahkan masyarakat melihat aparat hukum sering melakukan pembiaran terhadap praktek pelanggaran
hukum.
5.4.2 Daya Dukung Lahan dan Kehidupan Layak Penduduk.
Jumlah orang yang dapat tinggal di Desa Cairutuen Ilir sangat tergantung juga dari ketersediaan lahan pertanian, teknologi untuk mengoptimalkan
produktivitas lahan dan kesesuaian lahan. Kondisi yang tidak seimbang antara ketersediaan lahan dengan jumlah penduduk yang ada saat ini menyebabkan daya
dukung lingkungan Desa Cairutuen Ilir dapat melampaui kapasitasnya. Kelebihan daya dukung ini terlihat dari kemampuan sumberdaya alam dan lingkungan yang
hanya bisa mensuplai kebutuhan pangan sebanyak 27 orangHa berdasarkan
34 Kebutuhan Kalori, 6 orang berdasarkan Kebutuhan Hidup Minimum, untuk Hidup
Layak hanya sanggup menghidupi 2 orang dalam setiap hektar lahan pertahunnya. Rendahnya daya dukung lahan desa Ciarutuen Ilir dapat disebabkan karena
keterbatasan lahan sehingga terjadi perebutan akses terhadap sumberdaya. Hal ini ditandai dengan adanya konflik antara petani dengan aparat keamanan di wilayah
perbatasan Kecamatan Rumpin meskipun sangat sedikit. Karena para petani memiliki keterbatasan lahan dan keinginan memacu ekstensifikasi pertanian, para
petani tidak segan – segan melakukan re-claim lahan milik Tentara Nasional Indonesia TNI.
Hawley 1950 menyatakan bahwa daya dukung lahan hanya sebagian saja yng ditentukan oleh keadaan sumberdaya alam, iklim, dan keadaan fisik lainnya.
Hal – hal lain yang menyangkut tindakan manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam juga mempengaruhi besarnya daya dukung lahan Hawley, 1950
dalam Agustono, 1980. Besar kecilnya Daya Dukung Lahan akan lebih berarti apabila dikaitkan
dengan Kehidupan yang layak dari masyarakat yang menempati dan mengelola sumberdaya lahan itu sendiri. Di depan telah disampaikan batasan Kebutuhan
Hidup Layak KHL Perorang. Atas dasar kriteria yang telah disampaikan diatas maka apabila dalam setiap hektar lahan hanya sanggup menghidupi 5 orang yang
Hidup layak sementara lahan tanaman pangan yang tersedia hanya 193 maka dapat dihitung di Desa Ciarutuen Ilir hanya 965 orang yang mempunyai
kehidupan layak selebihnya 8.630 orang tidak hidup layak. Untuk mengatasi jumlah masyarakat yang tidak berada dalam kelompok hidup layak disarankan
menambah luas lahan yang dapat diambil dari 34 hektar lahan yang tidak ditanami Tabel 2 dan melalui perbaikan tehnologi.
5.4.3 Daya Dukung Lahan Dan Kesejahteraan. 1
Kesehatan
Salah satu indikator pokok kesejahteraan adalah kesehatan. Tingkat kesehatan seseorang dapat diukur dari seberapa besar jumlah penderita sakit dan
35 kemana biasanya pengobatan dilakukan pada saat sakit. Miskinnya fasilitas
kesehatan menjadikan masyarakat mengalami kesulitan pada saat sakit.
Seperti ditunjukkan Tabel 6 di atas, jumlah sarana kesehatan terdapat di desa Caiarutuen Ilir sangat minim. Sarana yang tersedia antara lain posyandu 8
unit, puskesmas pembantu 1 unit, dan praktek dokter 1 unit. Keinginan masyarakat desa Ciarutuen Ilir untuk berobat ke puskesmas sangat tinggi, tetapi
dibatasi oleh fasilitas kesehatan yang kurang memadai seperti puskesmas. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 9.595 jiwa sudah selayaknya ada Rumah Sakit
di desa Ciarutuen Ilir. Akan tetapi harapan masyarakat ini tidak tercapai. Hal ini menunjukkan minimnya kepedulian pemerintah daerah terhadap kesehatan
masyarakat desa Ciarutuen Ilir. Faktor lain yang erat kaitannya dengan tingkat kesehatan masyarakat desa
ciarutuen Ilir adalah jumlah anak. Semakin sedikit anak maka tingkat kesehatan anak akan semakin diperhatikan orang tua. Dengan pembatasan jumlah anak maka
tingkat kesehatan keluarga dapat meningkat. Salah satu cara yang dapat diikuti masyarakat desa Ciarutuen Ilir adalah mengikuti program KB.
2 Pendidikan
Keberhasilan pembangunan bidang pendidikan tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan. Fasilitas pendidikan ditunjukkan
dengan ketersediaan bangunan pendidikan baik formal maupun non formal. Jumlah gedung pendidikan di Desa Ciarutuen Ilir hanya 1 TK dan 6 SD.
Pendidikan yang ditamatkan merupakan indikator pokok kualitas pendidikan formal. Tingginya tingkat pendidikan yang dicapai oleh rata-rata
penduduk suatu negara mencerminkan taraf intelektualitas suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu indikator pokok kesejahteraan masyarakat
karena adanya jaminan ketersediaan sumberdaya manusia yang unggul. Jika melihat komposisi masyarakat desa Ciarutuen Ilir berdasarkan
pendidikannya, terlihat bahwa hanya 4 orang 0,0 Sarjana, SMA 2,3, SLTP sebesar 5,5 dan SD sebanyak 33 . Tingginya sumberdaya manusia sangat
ditentukan oleh ketersediaan sarana pendidikan di wilayah tersebut. Data ini menggambarkan kondisi masyarakat desa Ciarutuen Ilir senantiasa tertinggal dan
terbelit dalam kebodohan. Ketimpangan ini karena tidak adanya keberpihakan
36 negara terhadap wilayah pedesaan, khususnya dalam penyediaan sarana
pendidikan. Fakta ketimpangan dan bias pembangunan tersebut jelas terlihat nyata dengan minimnya sarana pendidikan yang tersedia di Desa Ciarutuen Ilir.
Letak geografis yang berjauhan satu desa dengan desa lainnya dan budaya masyarakat yang cenderung tidak mau bersekolah dan memilih bekerja di bidang
pertanian dituding sebagai alasan dasar kenapa sarana pendidikan jarang terlihat di Desa Ciarutuen Ilir. Pemerintah seyogyanya mencari strategi kebijakan yang
tepat. Tata kelola pemerintahan dan kebijakan yang bias seperti inilah yang banyak mengakibatkan terjadinya kemiskinan yang lebih bersifat struktural.
Kemiskinan struktural adalah contoh dominan kemiskinan yang banyak terjadi di Indonesia.
3 Pendapatan
Tingkat kesejahteraan petani salah satunya ditentukan oleh tingkat pendapatan yang dihasilkannya. Perbedaan pendapatan ditentukan oleh
kepemilikan sumberdaya dan faktor produksi yang berbeda satu orang dengan lainnya, terutama kepemilikan modal. Biasanya pihak yang mempunyai barang
modal yang lebih banyak didukung oleh faktor produksi yang lebih besar, akan memperoleh pendapatan yang lebih besar dibandingkan pihak yang memiliki
barang modal yang lebih kecil. Perbedaan pendapatan menyebabkan terjadinya kesenjangan antar petani. Buruh di desa Ciarutuen Ilir sehari hanya Rp 10.000 dan
petani pemilik lahan rata – rata Rp 546.000 per bulan. Pendapatan petani desa Ciarutuen Ilir hanya berasal dari satu sumber saja
karena, tidak ada usaha non farm yang dijalankan. Dan sangat bergantung pada musim. Jika sedang musim hujan maka hasil panen akan menurun sehingga
pendapatan juga menurun. Tingkat pendapatan yang tidak menentu ini menyebabkan masyarakat susah mengatur pola hidup dan pengelolaan
keuangannya. Tempat pemasaran hasil pertanian yang jauh dari desa Ciarutuen Ilir yakni
di daerah Pasar Bogor menyebabkan petani Ciarutuen Ilir harus mengeluarkan biaya untuk pengangkutan hasil panen. Hal ini menyebabkan pengeluaran petani
semakin tinggi. Tidak jarang juga ditemui para petani tidak melakukan pemanenan hasil pertanian jika harga sayuran seperti kangkung hanya Rp
37 5.000gabung sebab hasil panen jika dirupiahkan hanya menutupi ongkos panen
dan biaya pengangkutan saja. Menurut Wiradi 2009 Faktor penyebab rendahnya pendapatan
masyarakat Desa dapat disebabkan oleh : 1.
Sempitnya kepemilikan lahan Dari segi kepemilikan lahan dapat dikatakan bahwa di Desa Ciarutuen Ilir
luas kepemilikan lahan sangat sempit yakni sekitar 2001 m
2
– 300 m
2
. Kepemilikan formal tidak selalu mencerminkan pengusaan nyata atas tanah.
Karena ada beberapa cara yakni sewa – menyewa, atau bahkan gadai. Dengan demikian rumah tangga yang tidak memiliki lahan tetap dapat memperoleh tanah
garapan dan sebaliknya ada pemilik tanah yang tidak dapat menggarap tanah garapannya. Akibat dari sempintnya kepemilikan lahan maka produksi lahan juga
akan rendah akbatnya pendapatan petani rendah. Sehingga timbul kesan bahwa tanah yang luas tidak akan menyebabkan usaha tani yang luas. Hal ini disebabkan
lahan bayak yang disewakan, di jual atau bahkan di alih fungsikan. 2.
Harga komoditas pertanian yang tidak menentu Harga – harga hasil panen di Desa Ciarutuen Ilir tidak pernah ditentukan
oleh petani. Para petani hanya mengikuti harga yang telah ditetapkan pasar, sehingga ketika sedang terjadi panen raya sayur di Kabupaten Bogor maka harga
panen petani di Desa Ciarutuen Ilir akan rendah. Seharusnya hal ini dapat diatasi Pemerintah dengan menentukan harga jual tetap atau memberikan subsidi
pertanian. 3.
Pola hubungan ekploitatif di lingkungan petani Hubungan dengan tengkulak merupakan pola lama yang sudah
membudaya di kalangan masyarakat Desa. Hubungan yang saling membutuhkan tersebut biasanya banyak terjadi dalam hal pembiayaan usaha, pemasaran hasil
dan pengadaan sarana. Keterbatasan akses yang dimiliki oleh buruh dan petani bermodal kecil menjadikan mereka harus berhubungan dengan para juragan dan
tangkulak dalam pola hubungan kerja yang tidak berimbang. Mekanisme pembagian hasil dalam hubungan antara juragan dan petani atau buruh tani
senantiasa menempatkan buruh pada bagian terendah dan hasil yang minim.
38 Kelemahan dalam permodalan, sarana operasional dan pasar menjadi alat
bagi juragan untuk terus mengekploitasi buruh. Demikian juga antara petani dengan tengkulak. Tengkulak mempunyai akses pasar dan modal, sedangkan
petani biasanya direpotkan oleh kedua hal tersebut. Petani yang mendapatkan bantuan modal dari tengkulak harus menjual hasil panen ke tengkulak tersebut
yang kadang tidak sesuai dengan harga pasaran. Hal ini menyebabkan buruh dan petani bermodal kecil senantiasa terjebak dalam jerat kemiskinan.
Sudah saatnya petani mengorganisir diri dalam berbagai kelembagaan. Menurut Penelitian Mendez 2008 di Desa Ciarutuen Ilir sudah terdapat berbagai
kelembagaan yakni Lembaga Pemberdayaan Masyarakat LPM, PKK, P3 mitra cai, GAPOKTAN, dan Serikat Petani Indonesia yang sudah berhasil
menggalakkan Pertanian Organik, Pembuatan Pupuk hijau, serta pengendalian hama terpadu untuk menghemat biaya dan ketergantungan petani terhadap
Juragan desa serta Tengkulak. Keuntungan dari pertanian organik antara lain adalah modal bertani yang sedikit, kemudahan dalam penerapan, hasil yang lebih
sehat, kesuburan tanah tetap terjaga, harga jual yang lebih tinggi serta tidak bergantung kepada pupuk pabrik dan pestisida.
4 Pengeluaran Perkepala Keluarga
Pengeluaran per Kepala Keluarga KK petani Desa Ciarutuen Ilir pada tahun 2009 sebesar Rp 511.000. Pengeluaran per KK sebulan untuk konsumsi
diluar sektor Pertanian sebesar Rp 343.000. Dengan Pendapatan Rp 546.000 per bulan maka setiap bulan sisa pendapatan petani adalah Rp 35.000. Sisa
pendapatan tersebut akan digunakan lagi untuk modal bertani. Dan sudah tentu akan kurang sehingga petani harus meminjam modal kepada tengkulak dan
juragan desa. Kekurangan modal inilah yang membuat para petani semakin bergantung kepada tengkulak dan juragan desa.
Pengeluaran konsumsi dari sektor Pertanian adalah sebesar Rp 168.000. Artinya pengeluaran per kapita rumah tangga Desa Ciarutuen Ilir lebih banyak
digunakan untuk belanja diluar pertanian dibandingkan dalam pertanian. Hal ini sesuai dengan kondisi di Desa lain yakni pemenuhan kebutuhan di luar basic need
lebih tinggi. Pengeluaran diluar pertanian ini dapat juga disebabkan harga – harga yang mahal.
39
5 Lemahnya penegakan hukum
Lemahnya penegakan hukum tercermin dari makin maraknya tarik menarik antara lahan untuk pertanian rakyat, Perkebunan karet, sawit dan
tanaman kebutuhan Biofuel, Kehutanan Trading Carbon dan untuk pembangunan sarana dan prasarana.sehingga dapat mengancam kehidupan petani-
petani tradisional termasuk di Desa Ciarutuen Ilir. Lemahnya penegakan hukum menurut Baihaqie 2004 karena kurangnya
pelayanan pemerintah dalam memberikan fasilitas kepada aparat hukum. Tidak adanya sarana transportasi untuk beroperasinya aparat, minimnya perlengkapan
dan tidak tegasnya peradilan saat ada pelanggaran, melahirkan kekosongan hukum. Peluang hukum yang lemah seperti ini yang menjadikan masyarakat
apatis, tidak peduli terhadap kelangsungan sumber daya dan terbiasa dengan pengrusakan sumber daya.
Dukungan masyarakat akhirnya juga kurang dalam penegakan hukum karena seringkali tidak banyak dilibatkan dalam proses tersebut. Lemahnya aparat
hukum membuat masyarakat tidak percaya aparat hukum dan kerusakan sumber daya dianggap sebagai pemandangan biasa karena sering terlihat sehari-hari
seperti yang pernah terjadi sekitar tahun 1998 – 1999 ketika terjadi pembalakan hutan secara besar – besaran.
5.4.4 Kepemilikan Lahan dan Kehidupan yang layak.
Umumnya telah diketahui bahwa ekonomi pedesaan di Indonesia, khususnya Jawa didasarkan atas usaha pertanian. Tetapi hasil penelitian
menunjukan bahwa sumbangan pendapatan non pertanian lebih besar Wiradi.2009. Di Desa Ciarutuen Ilir, penduduk yang tidak memiliki tanah
garapan biasanya akan menjadi buruh tani atau menjadi kuli angkut di Gunung Kapur Ciampea. Berdasarkan data yang diperoleh buruh tani di Desa Ciarutuen
Ilir adalah sebesar 20,3 atau sebanyak 432 orang. Dan jika dihitung dari penghasilan per hari hanya Rp 10.000 dapat dikategorikan miskin karena tentu
saja akan berada di bawah angka Kebutuhan Hidup Layak KHL. Berdasarkan penelitian Mendez 2008 Lahan yang tidak terlalu luas juga
mempunyai hubungan yang nyata terhadap hasil panen petani. Artinya jika lahan
40 petani semakin luas maka hasil panen akan semakin tinggi sehingga petani dapat
hidup layak.
5.4.5 Peningkatan Daya Dukung Lahan
Jika produksi yang digunakan masih dalam tingkat rendah atau medium, maka potensi daya dukung dapat ditingkatkan sebanyak 10 – 20 dengan
perbaikan teknologi, maka daya dukung dapat meningkat 10 – 20 . Tergantung kepada level yang dipakai Sinukaban, 2008. Apabila dilakukan perbaikan
tekhnologi pertanian di desa Ciarutuen Ilir maka dapat diperkirakan akan terjadi peningkatan daya dukung lahan seperti yang digambarkan pada tabel 18.
perbaikan tekhnologi yang dapat dimungkinkan adalah pengunaan pupuk kandang dan pupuk hijau, pembuatan rorak, pembuatan sengkedan, pembuatan teras
individual pembuatan teras bangku, serta pembuatan check dam atau bahka pembuatan waduk.
Tabel 17. Daya Dukung Lahan Setelah Perbaikan Tekhnologi 10 dan 20 .
Skenario Daya
Dukung Lahan
orangHa Daya Dukung
Lahan setelah perbaikan
tekhnologi 10 orangHa
Daya Dukung
Lahan setelah
perbaikan tekhnologi
20 orangHa
1.Berdasarkan kebutuhan kalori
47 30,4
34,4 2.Berdasarkan
Kebutuhan Fisik
Minimum 15
6,6 7,2
3.Berdasarkan Kebutuhan
Hidup Layak
5 2,2
2,4
41
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan