Kesimpulan Menyamakan Tingkat Pengembalian Modal yang Diharapkan Untuk

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil simulasi dan pembahasan pada Bab VI, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. FTA ASEAN – China baik pada tahap Early Harvest Program EHP maupun pelaksanaan secara penuh dengan melibatkan sektor pertanian, kehutanan, dan manufaktur, secara umum akan memberikan dampak positif terhadap perdagangan, output nasional, dan kesejahteraan negara-negara ASEAN dan China Meskipun demikian, besarnya keuntungan ekonomi tersebut sangat bervariasi tidak hanya dari satu negara ke negara lain, tetapi juga di masing- masing sektor. Keuntungan ekonomi terbesar akan dinikmati China, diikuti oleh negara-negara ASEAN dengan ekonomi yang lebih maju seperti: Malaysia, Singapore dan Thailand. 2. Keuntungan ekonomi yang akan diperoleh Indonesia dari FTA ASEAN - China relatif kecil. Hasil simulasi menunjukkan pada tahap EHP, GDP riil dan kesejahteraan Indonesia masing-masing hanya bertambah sebesar 0.16 persen dan US 71.23 juta. Sementara nilai ekspor produk pertanian meningkat 0.14 persen dan impor 1.0 persen. Demikian pula pelaksanaan FTA ASEAN – China secara penuh hanya akan menambah GDP riil Indonesia 1.29 persen dan kesejahteraan sebesar US 1 994.42 juta. Total nilai ekspor dan impor Indonesia diperkirakan bertambah masing-masing sebesar 2.96 persen dan 3.56 persen, jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu kehati-hatian bagi Indonesia dalam melakasanakan FTA ASEAN - China. Komoditi pertanian Indonesia akan menghadapi persaingan tidak hanya dari negara-negara ASEAN tetapi juga produk dari China yang pada umumnya memiliki keunggulan komparatif lebih baik. 3. Di tingkat sektoral, hasil simulasi menunjukkan tingkat produksi dan volume perdagangan ekspor dan impor Indonesia untuk komoditi berbasis sumberdaya alam resource-based products, seperti: minyak nabati, produk daging, perikanan, kehutanan dan kayu olahan, bahan tambang dan migas akan meningkat. Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk produk berbasis sumberdaya alam tersebut. Kondisi sebaliknya terjadi di China, dimana produksi dan perdagangan produk berbasis sumberdaya alam dan industri ekstraktif akan mengalami kontraksi. Berkaitan dengan hal ini, Indonesia dan China memiliki potensi komplementaritas dalam perdagangan produk berbasis sumberdaya alam. Kebutuhan China akan sumber bahan baku dan energi menjadi peluang ekspor bagi Indonesia. Dengan demikian, apabila Indonesia berspesialisasi pada jenis komoditi ini maka keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh dari FTA ASEAN – China akan lebih besar. 4. Pada simulasi kebijakan FTA ASEAN – China yang dikombinasikan dengan kebijakan unilateral pemerintah Indonesia untuk mengurangi biaya transaksi perdagangan, hasilnya menunjukkan bahwa penurunan biaya transaksi memberikan dampak positif yang lebih besar terhadap ekonomi Indonesia. Nilai GDP riil akan meningkat 2.10 persen dan tingkat kesejahteraan masyarakat bertambah sebesar US 3 521.18 juta. Penurunan biaya transaksi di Indonesia juga mendorong investasi yang lebih besar, yaitu dengan persentase peningkatan sebesar 3.55 persen. Selain, itu, dampak kebijakan penurunan biaya transaksi akan dirasakan manfaatnya secara langsung oleh produsen petani dan konsumen di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan kenaikan harga ekspor komoditi pertanian dan kehutanan, serta penurunan harga komoditi impor di pasar domestik. 5. Hasil simulasi kombinasi kebijakan FTA ASEAN – China dengan peningkatan investasi sektor pertanian di Indonesia menunjukkan bahwa investasi tersebut selain menambah manfaat positif dari FTA juga mampu meningkatan penyerapan tenaga kerja rata-rata sebesar 1.16 persen untuk tenaga kerja non-terampil dan 1.50 persen untuk tenaga kerja terampil. Selain itu, penambahan permintaan tenaga kerja juga diikuti dengan peningktanan upah baik untuk tenaga kerja non-terampil maupun terampil masing-masing sebesar 1.94 persen dan 1.52 persen. Dengan demikian, peningkatan investasi di sektor pertanian mampu menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan di Indonesia sehingga kemungkinan dampak negatif dari diberlakukannya kebijakan pasar bebas ASEAN – China dapat dikurangi.

7.2. Implikasi Kebijakan