Perhitungan Indeks Perdagangan Intra-Industri Nilai Indeks Intra-Industry Trade ASEAN dengan China

62 3. Tahap pembangunan ekonomi suatu negara. Perdagangan intra-industri di sektor manufaktur lebih besar dibandingkan sektor pertanian. Hal ini disebabkan industri manufaktur memungkinkan untuk terus berkembang mencapai skala ekonomis. Oleh sebab itu perdagangan intra-industri akan lebih besar di negara-negara dengan tahap pembangunan ekonomi yang sudah maju dibandingkan di negara-negara berkembang. 4. Perbedaan tingkat pembangunan ekonomi. Perdagangan antara negara-negara yang tingkat pembangunan ekonominya berbeda akan lebih banyak bersifat inter-industri dari pada intra-industri. Hal ini disebabkan perbedaan kepemilikan faktor-faktor produksi. Dengan demikian intra-industri akan banyak terjadi dalam perdagangan antara negara-negara maju dibandingkan antara negara berkembang.

3.1.2. Perhitungan Indeks Perdagangan Intra-Industri

Ada beberapa cara untuk mengukur indeks perdagangan intra-industri suatu negara, diantaranya yang paling umum digunakan adalah indeks Grubel-Lloyd dengan menggunakan rumus Husted dan Melvin, 2004:                     n j j j n j j j M X M X IIT 1 1 1 100 ……………………………...................III-1 dimana: X j dan M j adalah nilai ekspor dan impor produk industri j, dan terdapat sejumlah n industri. Nilai indeks IIT berkisar antara 0 sampai 100. Indeks IIT = 0, artinya seluruh perdagangan bersifat inter-industry atau satu arah. Sedangkan indeks IIT = 100, artinya seluruh perdagangan adalah bersifat intra-industry atau dua arah misal: nilai ekpor komputer sama dengan nilai impor komputer. 63 Penggunaan rumus indeks IIT seperti di atas banyak mendapat kritik karena tingkat IIT dihitung sebagai persentase dari total nilai perdagangan satu negara dengan semua negara multilateral. Untuk mengetahui pola perdagangan bilateral indeks IIT perlu dimodifikasi dengan rumus Austria, 2004:                     k ij k ij k ij k ij k ij k ij k ij M X M X M X IIT 100 ........................................III-2 dimana: i adalah negara yang dihitung IIT-nya yang melaporkan, j adalah negara mitra dagang, dan k adalah jenis produk dari industri tertentu.

3.1.3. Nilai Indeks Intra-Industry Trade ASEAN dengan China

Nilai indeks IIT negara-negara ASEAN sangat bervariasi dari satu ke negara yang lain. Perbedaan nilai indeks IIT ini akan menyebabkan keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh dari perdagangan bebas ASEAN – China juga berbeda-beda Yumiko, 2005 dalam Tambunan, 2006. Nilai indeks perdagangan intra-industri beberapa negara ASEAN dengan China pada tahun 2003 disajikan pada Tabel 13. Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa indeks IIT produk manufaktur SITC 5 – 8 lebih besar dari produk non-manufaktur SITC 0 – 4. Oleh sebab itu keuntungan ekonomi dari FTA ASEAN – China akan lebih besar diperoleh dengan melakukan perdagangan produk manufaktur dari pada produk pertanian. Secara umum, negara-negara ASEAN memiliki indeks IIT yang lebih besar dibandingkan China. Malaysia, Singapore dan Thailand memiliki indeks IIT lebih tinggi dibanding Indonesia dan Philippines, terutama untuk produk kategori SITC 6 – 8. Dengan demikian ketiga negara ASEAN tersenut Malaysia, Singapore, Thailand diperkirakan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar melalui perdagangan intra-industri di sektor manufaktur. Sedangkan 64 Indonesia diperkirakan tidak banyak memperoleh keuntungan sebab indeks IIT sektor manufaktur dalam perdagangan bilateral dengan China relatif kecil. Keuntungan lebih besar dapat diperoleh Indonesia dengan meningkatkan perdagangan inter-industri dengan mengekspor produk non-manufaktur dan mengimpor produk manufaktur Tambunan, 2006. Tabel 13. Nilai Indeks Intra-Industry Trade ASEAN – China, Tahun 2003 Kategori SITC Indonesia Malaysia Philippines Singapore Thailand China 4.1 11.0 4.2 9.3 18.9 1 0.3 28.6 0.6 8.4 33.6 2 5.1 3.1 6.9 7.4 2.7 3 46.7 24.0 43.2 0.7 0.5 4 0.1 0.2 0.8 15.4 20.8 5 23.6 19.0 22.2 21.5 26.7 6 20.9 32.9 5.5 40.7 27.1 7 36.9 55.2 39.6 57.2 74.7 8 25.4 43.7 14.2 24.3 33.7 Notes: SITC 0: Food and live animals; SITC 1: Beverages and tobacco; SITC 2: Crude materials inedible; SITC 3: Mineral fuels; SITC 4: Animal and vegetable oils and fats; SITC 5: Chemicals; SITC 6: Basic manufacturers; SITC 7: Machinery; SITC 8: Miscellaneous manufactured goods; Sumber: Yumiko 2005 dalam Tambunan 2006.

3.2. Analisis Dampak Hambatan Perdagangan Terhadap Kesejahteraan