2 kandungan unsur hara, bahan organik, dan logam berat di perairan. Berdasarkan
permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian terhadap tingkat pencemaran perairan pada beberapa muara sungai serta zona pemanfaatan di Waduk Cirata,
sehingga dapat diidentifikasi sumber pencemaran yang menyebabkan kondisi perairan Waduk Cirata semakin memburuk.
1.2. Perumusan Masalah
Saat ini Waduk Cirata telah mengalami degradasi yang sangat serius, diindikasikan oleh menurunnya kualitas dan kuantitas air disertai dengan
meningkatnya pencemaran. Sumber pencemaran dari kegiatan dalam dan luar waduk dapat meningkatkan beban masukan bahan organik, unsur hara, mineral,
padatan, serta logam berat sehingga menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air Waduk Cirata. Secara internal, Waduk Cirata dipengaruhi oleh kegiatan-
kegiatan yang ada di dalam waduk seperti aktivitas KJA, wisata perahu, restoran apung, dan transportasi. Secara eksternal, Waduk Cirata mendapatkan pengaruh
yang berasal dari sungai serta tataguna lahan di bagian hulu. Penurunan kualitas air serta meningkatnya pencemaran memiliki dampak negatif terhadap fungsi dan
pemanfaatan waduk. Semakin menurunnya kualitas air, perlu dilakukan kajian tingkat
pencemaran dari muara sungai hingga outlet Waduk Cirata untuk mengetahui sumber pencemaran yang paling berpengaruh terhadap penurunan kualitas air.
Parameter pencemaran yang diamati meliputi parameter fisika, kima, dan biologi perairan. Stasiun pengamatan yang diamati adalah Muara Citarum, Cisokan,
Cikundul, Cibalagung, bagian tengah waduk, batas zona KJA, dan outlet.
1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan status mutu air dan tingkat pencemaran perairan di Waduk Cirata serta mengidentifikasi sumber-sumber
pencemaran yang masuk ke perairan Waduk Cirata.
3
Gambar 1. Diagram alir perumusan masalah
1.4. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sumber pencemaran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan
dalam menentukan kebijakan pengelolaan perairan Waduk Cirata.
Sumber pencemaran dari dalam Waduk Cirata :
Aktivitas KJA Restoran apung
Wisata perahu Transportasi
Sumber pemcemaran dari luar Waduk Cirata :
Daerah Aliran Sungai Tata guna lahan
Kualitas air Waduk Cirata
Parameter kunci
pencemaran Tingkat
Pencemaran Perairan Waduk
Cirata
4
2. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Waduk
Waduk merupakan badan air tergenang yang dibuat dengan cara membendung sungai, umumnya berbentuk memanjang mengikuti bentuk dasar
sungai sebelum dijadikan waduk. Terdapat tiga bagian dalam suatu badan waduk yaitu riverin, transisi, dan lakustrin. Zona riverin dicirikan oleh aliran yang lebih
deras dan residence time yang lebih pendek. Zona transisi dicirikan dengan berkurangnya kecepatan aliran dan meningkatnya residence time. Zona lakustrin
berada paling dekat dengan dam dan biasanya memiliki residence time yang lebih panjang. Setiap zona memiliki karakteristik dan proses fisika, kimia, maupun
biologi yang berbeda Wetzel 2001. Waduk merupakan wadah penampungan air yang menerima berbagai
masukan nutrisi, padatan, dan bahan kimia toksik yang akhirnya mengendap di dasar. Penampungan bahan-bahan tersebut berlangsung bertahun-tahun, sehingga
menyebabkan proses pendangkalan Darmono 2001. Waduk yang merupakan bendungan dari sungai menjadi perangkap sedimen yang besar dari seluruh
masukan sungai Cole 1988. Perairan waduk biasanya memiliki stratifikasi akibat perbedaan intensitas cahaya dan perbedaan suhu pada kolom air. Menurut
keberadaan cahayanya zonasi perairan tergenang dibagi menjadi tiga yaitu zonasi litoral, limnetik, dan profundal Goldman dan Horne 1983 .
Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang Sumber: Goldman dan Horne 1983
5 Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Waduk
atau embung adalah salah satu sumber air yang menunjang kehidupan dan kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Air waduk digunakan untuk berbagai
keperluan seperti sumber baku air minum, irigasi, pembangkit listrik, dan perikanan. Pembangunan waduk besar di Indonesia sampai tahun 1995 lebih
kurang terdapat 100 waduk yang sebagian besar berlokasi di Pulau Jawa, salah satu di antaranya adalah Waduk Cirata Puslitbang SDA 2004.
Waduk Cirata merupakan salah satu waduk dari tiga waduk kaskade Daerah Aliran Sungai DAS Citarum. Waduk Cirata memiliki luas area sebesar 7.111
Ha dengan luas genangan 6.200 Ha dan daya tampung sebesar 2.165 juta m
3
UP Cirata 2008. Waduk Cirata terletak diantara dua waduk lainnya, yaitu Waduk
Saguling di bagian hulu dan Waduk Ir.H. Djuanda di bagian hilir. Secara geografis, Waduk Cirata terletak pada koordinat 107
o
14’15” – 107
o
22’03” LS dan 06
o
41’30” – 06
o
48’07” BT. Secara administratif, Waduk Cirata meliputi tiga kabupaten di wilayah Jawa Barat, yaitu Kabupaten Bandung Barat, Purwakarta,
dan Cianjur. Sumber masukan air berasal dari Sungai Citarum atau outlet Waduk Saguling dan 14 sungai lainnya seperti Cisokan, Cibalagung, Cikundul, Gado
Bangkong, Cilagkap, Cicendo, Cilandak, Cibakom, Cinangsi, Cimareuwah, Cimeta, Cihujang, Cihea, dan Cibodas BPCW 2011.
Waduk Cirata dibangun pada tahun 1987 yang diawali dengan proses penggenangan selama satu tahun. Pembangunan Waduk Cirata bertujuan sebagai
Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA untuk memenuhi kebutuhan listrik Jawa- Bali. Namun saat ini pemanfaatan waduk terus berkembang mulai dari kegiatan
perikanan budidaya, perikanan tangkap, restoran apung, dan pariwisata. Perkembangan perikanan budidaya dengan sistem Keramba Jaring Apung KJA
di Waduk Cirata mengalami peningkatan jumlah setiap tahunnya. Pada sensus tahun 2011 yang dilakukan BPWC, jumlah KJA adalah 53.031 petak, padahal
batas maksimal yang diperbolehkan yakni hanya sebanyak 12.000 petak sesuai SK Gub. Jawa Barat No. 41 Tahun 2002 BPWC 2011.
6
2.2. Kualitas Air