69 Kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas
Batam, Bintan, dan Karimun sering dikenal dengan sebutan Free Trade Zone BBK Batam, Bintan,
Karimun.
4.3.2 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu KAPET
Tujuan yang ingin dicapai dengan pembentukan KAPET adalah Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan sebagai penggerak
pembangunan di wilayah sekitarnya yang pada akhirnya diharapkan dapat pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya
dengan memacu pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia. Berdasarkan Keppres 91998, kepada pengusaha yang
melakukan kegiatan usah adi dalam KAPET diberikan perlakuan di bidang Pajak Penghasilan, berupa :
a. Pembebasan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang
modal, bahan baku, dan peralatan lain, yang berhubungan
langsung dengan kegiatan produksi. b.
Pilihan untuk menerapkan penyusutan danatau amortisasi yang dipercepat di bidang Pajak Penghasilan.
c. Kompensasi kerugian, mulai tahun berikutnya berturut-turut
sampai paling lama 10 tahun. d.
Pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 26 atas Dividen, sebesar 50 dari jumlah yang harus seharusnya dibayar.
70
e. Pengurangan biaya sebagai berikut :
1 Berupa natura yang diperoleh karyawan, dan tidak
diperhitungkan sebagai penghasilan karyawan. 2
Biaya pembangunan dan pengembangan daerah
setempat, yang mempunyai hubungan langsung dengan
kegiatan usaha yang fungsinya dapat dinikmati umum.
Selain perlakuan perpajakan, dengan memperhatikan kondisi masing-masing KAPET, kepada pengusaha KAPET dapat
diberikan perlakuan perpajakan tambahan berupa tidak dipungutnya Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, atas :
a. Pembelian dalam negeri danatau impor barang modal dan
peralatan lain oleh pengusaha di KAPET, yang berhubungan langsung dengan kegiatan produksi.
b. Impor Barang Kena Pajak oleh pengusaha di KAPET, untuk
diolah lebih lanjut. c.
Penyerahan Barang Kena Pajak oleh pengusaha di luar KAPET kepada pengusaha di KAPET, untuk diolah lebih
lanjut. d.
Penyerahan Barang Kena Pajak untuk diolah lebih lanjut, antarpengusaha di dalam KAPET yang sama atau oleh
pengusaha di KAPET lain kepada pengusaha di KAPET.
71 e.
Penyerahan Barang Kena Pajak untuk diolah lebih lanjut, oleh pengusaha di KAPET kepada pengusaha di Kawasan
Berikat atau oleh pengusaha di KAPET kepada pengusaha di daerah pabean lainnya, dan hasil pekerjaan tersebut
diserahkan kembali kepada pengusaha di KAPET. f.
Penyerahan Jasa Kena Pajak oleh pengusaha di luar KAPET kepada atau antar pengusaha di KAPET, sepanjang Jasa Kena
Pajak tersebut mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha yang dilakukan di KAPET.
g. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar
daerah pabean maupun dalam daerah pabean oleh pengusaha di KAPET, sepanjang Barang Kena Pajak tidak berwujud
tersebut mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha yang dilakukan KAPET.
h. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean oleh
pengusaha di KAPET, sepanjang Jasa Kena Pajak tersebut mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha
dilakukan di KAPET.
4.3.3 Kawasan Industri
Tujuan yang ingin dicapai dengan pembentukan KI adalah agar sasaran pembangunan industri dapat dicapai dengan cepat,
tepat, tertib dan teratur yang pada akhirnya diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan industri di daerah, memberikan
72 kemudahan bagi kegiatan industri, mendorong kegiatan industri
untuk berlokasi di Kawasan Industri, meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan. Spesifikasi
Dan Fasilitasi yang diberikan kepada Kawasan Industri dalam Pasal 11Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009
tentang Kawasan Industri menyatakan bahwa “Perusahaan di dalam Kawasan Industri dapat diberikan fasilitas kepabeanan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan”. Hal ini berarti bahwa dalam kawasan industri
diperlakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau tetap dikenakan tarif atas barang yang masuk maupun
barang keluar. Sedangkan untuk fasilitas perpajakan yang diberikan untuk kawasan industri menurut pasal 12 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri “Fasilitas perpajakan terhadap Kawasan Industri dan
Perusahaan Industri di dalam Kawasan Industri diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan”. Hal ini juga berarti bahwa tidak ada perlakuan istimewa dalam hal keluar masuk barang dalam kawasan industri.
4.3.4 Kawasan Ekonomi Khusus
Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan tertentu dimana diberlakukan ketentuan khusus di bidang kepabeanan, perpajakan,
73 perijinan, keimigrasian dan ketenagakerjaan.
Maksud pengembangan KEK adalah untuk memberi peluang bagi
peningkatan investasi melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan dan siap menampung kegiatanindustri, ekspor-impor
serta kegiatan ekonomi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diketahui bahwa tujuan
pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus antara lain adalah: membantu atau mendukung perekonomian lokal, menciptakan
lapangan kerja, memperbaiki struktur industri di lokasi tersebut, meningkatkan ekspor dan meningkatkan cadangan devisa. Untuk
itu maka pendekatan kawasan untuk pengembangan investasi harus bercirikan pada:
a. Reasonable
artinya layak secara ekonomi, sosial dan politik; b.
Sustainable artinya berorientasi jangka panjang; dan
c. Measurable
yaitu jelas dalam instrumen dan target. Suatu kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi
Khusus akan mendapatkan perlakuan yang berbeda dalam hal peabean ataupun perpajakannya. Menurut Peraturan Pemerintah
No.2 Tahun 2011 dalam pasal 9 menyatakan bahwa pemerintah provinsi dan atau pemerintah kabupaten kota, paling sedikit
memberikan dukungan dalam bentuk :
74 a.
Komitmen rencana pemberian insentif berupa pembebasan atau keringanan pajak daerah dan restribusi daerah serta
kemudahan lainnya. b.
Pendelegasian kewenangan di bidang perizinan, fasilitas dan kemudahan
Kemudahan juga akan diberikan kepada perusahaan dalam wilayah KEK antara lain:
a. fasilitas Pajak Penghasilan PPh dan tambahan fasilitas PPh
sesuai dengan karakteristik Zona UU 392009, pasal 30 b.
Fasilitas perpajakan dalam waktu tertentu kepada penanam modal berupa pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan UU
392009, pasal 31 c.
Impor barang ke KEK dapat diberikan fasilitas berupa: a penangguhan Bea Masuk; b pembebasan cukai, sepanjang
barang tersebut merupakan bahan baku atau bahan penolong produksi; c tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai PPN
atau Pajak Pertambahan Nilai PPN dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM untuk barang kena pajak; dan d
tidak dipungut PPh impor. UU 392009, pasal 32 d.
Penyerahan barang kena pajak dari tempat lain di dalam daerah pabean ke KEK dapat diberikan fasilitas tidak
dipungut PPN dan PPnBM berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyerahan barang kena pajak dari
75 KEK ke tempat lain di dalam daerah pabean sepanjang tidak
ditujukan kepada pihak yang mendapatkan fasilitas PPN dikenakan PPN atau PPN dan PPnBM sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. UU 392009, pasal 31
e. Setiap wajib pajak yang melakukan usaha di KEK diberikan
insentif berupa pembebasan atau keringanan pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Selain insentif pajak daerah dan retribusi daerah, pemerintah daerah dapat memberikan
kemudahan lain.UU 392009, pasal 35 f.
KEK memberikan kemudahan untuk memperoleh hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan
UU 392009, pasal 36 g.
KEK memberikan kemudahan dan keringanan di bidang perizinan usaha, kegiatan usaha, perindustrian, perdagangan,
kepelabuhan, dan keimigrasian bagi orang asing pelaku bisnis, serta diberikan fasilitas keamanan UU 392009, pasal
38
4.4 Analisis Perbandingan Perlakuan Bea dan Cukai di Kawasan Berikat
dengan Perlakuan Bea dan Cukai di Kawasan tidak Berikat.
76 Penjelasan mengenai beberapa kawasan Industri di Indonesia telah
dijabarkan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Perkembangan ekonomi global Indonesia perlu memfokuskan pada
peningkatan ekspor dan investasi pada beberapa kawasan khusus yang memang mendapatkan fasilitas perpajakan dan kepabeanan. Beberapa
keunggulan Indonesia dapat menjadi peluang dalam menarik investasi, diantaranya, letak geografis Indonesia yang sangat ideal bagi pengembangan
pusat logistik dan distribusi karena dilewati oleh jalur maritim internasional dan posisi Indonesia terletak di tengah pasar yang sangat besar, yaitu pasar
ASEAN. Berikut ini disajikan perbandingan antara Kawasan Berikat dengan Kawasan tidak Berikat di Indonesia:
77
Tabel 4.1 Perbandingan Kawasan Berikat dan Kawasan tidak Berikat Kawasan Ekonomi Lainnya
Kriteria Pembanding
Kawasan Berikat KAPET
KPBPB Kawasan Industri
KEK Dasar
Kebijakan Peraturan
Pemerintah No. 32 tahun 2009 yang
telah diubah menjadi Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia
No.10 Tahun 2012 Keputusan
Presiden No. 150 Tahun
2000. Undang-Undang No. 36
Tahun 2000. Keppres No. 411996
dan PP No. 24 2009 Undang-Undang
No. 39 Tahun 2009.
Definisi
Tempat Penimbunan
Berikat untuk menimbun barang
impor danatau barang yang
berasal dari tempat lain dalam daerah
pabean guna diolah atau digabungkan,
yang hasilnya terutama untuk
diekspor. Wilayah
geografis dengan batas-
batas tertentu yang memiliki
potensi untuk cepat tumbuh
dan mempunyai sektor unggulan
yang dapat mengerakkan
pertumbuhan ekonomi
wilayah dan sekitarnya
danatau Suatu kawasan yang
berada dalam wilayah hukum NKRI yang
terpisah dari daerah pabean sehingga bebas
dari pengenaan Bea Masuk, pajak
pertambahan nilai, pajak penjualan atas
barang mewah, dan cukai.
kawasan tempat pemusatan kegiatan
industri yang dilengkapi dengan
sarana dan prasarana penunjang yang
dikembangkan dan dikelola oleh
Perusahaan Kawasan Industri yang telah
memiliki Izin Usaha Kawasan Industri.
Kawasan dengan batas tertentu
dalam wilayah hukum NKRI yang
ditetapkan untuk penyelenggaraan
fungsi perekonomian dan
memperoleh fasilitas tertentu
yang diberikan perlakuan khusus
seperti dibebaskan dari kepabeanan,
perpajakan, dan didukung
78 memerlukan
dana investasi yang besar bagi
pengembangann ya.
infrastruktur.
Penetapan Kawasan
Ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
Ditetapkan dengan
Keputusan Presiden.
Ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Tujuan Pembentuka
n Kawasan Untuk
memudahkan dan mempercepat
proses impor dan ekspor,
meningkatkan ekspor non migas
khususnya ekspor industri
manufaktur, meningkatkan dan
mempercepat investasi, baik
PMA maupun PMDN, membuka
atau menyerap tenaga kerja serta
memberi peluang Pemerataan
pembangunan dan hasil-
hasilnya ke seluruh wilayah
Indonesia dengan
memberikan peluang kepada
dunia usaha agar mampu berperan
serta dalam kegiatan
pembangunan di Kawasan Timur
Indonesia KTI yang relatif
tertinggal dan Sebagai tempat untuk
mengembangkan usaha- usaha di bidang
perdagangan, jasa, industri, pertambangan
dan energi, transportasi, maritim dan perikanan,
pos dan telekomunikasi, perbankan, asuransi,
pariwisata, dan bidang- bidang lainnya.
mengendalikan pemanfaatan ruang,
meningkatkan upaya pembangunan industri
yang berwawasan lingkungan,
mempercepat pertumbuhan industri
di daerah, meningkatkan daya
saing industri, meningkatkan daya
saing investasi, dan memberikan kepastian
lokasi dalam perencanaan dan
pembangunan infrastruktur, yang
Mendorong investasi dan
meningkatkan daya saing internasional,
pertumbuhan, penciptaan
lapangan kerja dan penerimaan devisa.
79 bagi proses alih
teknologi. beberapa
lainnya di Kawasan Barat
Indonesia KBI. terkoordinasi antar
sektor terkait
Pengelola Kawasan
kelembagaa n
Penyelenggara dan pengusaha
Kawasan Berikat yang berbadan
hukum. 1.
Badan Pengembang
an diketuai Menko
Perekonomia n.
2. Badan
Pengelola diketuai
Gubernur.
3. Tim Teknis
diketuai Menkimpras
wil. 1.
Dewan Nasional diketuai Menko
Perekonomian. 2.
Dewan Kawasan berasal dari unsur
pemerintah. 3.
Badan Pengusahaan Kawasan.
Menteri, menteri terkait, dan gubemur
serta bupatiwalikota sesuai dengan tugas
dan kewenangan masing-masing
bertanggungjawab atas pencapaian tujuan
pembangunan Kawasan Industri.
1. Dewan
Nasional diketuai
Menko Perekonomian.
2. Dewan
Kawasan diketuai
Gubernur.
3. Administrator
4. Badan Usaha
Fasilitas
1. Fasilitas
kepabeanan berupa
pengangguhan Bea Masuk.
2. Fasilitas
perpajakan. 3.
Kemudahan Pembebasan
Bea Masuk tidak dipungut PPN,
PPnBM dan PPh Pasal 22.
1. Pemasukan dan
pengeluaran barang ke dan dari KPBPB
melalui pelabuhan dan bandar udara
yang ditunjuk dan berada di bawah
pengawasan pabean 1.
Perusahaan di dalam Kawasan
Industri dapat diberikan fasilitas
kepabeanan sesuai dengan
ketentuan peraturan
1. Fasilitas fiskal
antara lain: perpajakan,
kepabeanan dan cukai;
perdagangan; pertanahan;
keimigrasian;
80 perizinan.
diberikan pembebasan
Bea Masuk, PPN,
PPnBM, dan Cukai. 2.
Pemasukan barang konsumsi dari luar
Daerah Pabean untuk kebutuhan
penduduk di KPBPB diberikan
pembebasan
Bea Masuk, PPN,
PPnBM, dan cukai. perundang-
undangan di bidang
kepabeanan.
2. Fasilitas
perpajakan terhadap
Kawasan Industri dan Perusahaan
Industri di dalam Kawasan Industri
diberikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan di bidang
perpajakan. dan
ketenagakerjaa n.
2. Fasilitas non
fiskal berupa kemudahan
dan keringanan
antara lain: bidang
perijinan usaha;
kegiatan usaha;
perbankan; permodalan;
perindustrian; perdagangan;
kepelabuhan dan keamanan.
Prinsip dan Syarat
1. Mempunyai
batas-batas yang jelas
berikut peta lokasitempat
dan rencana 1.
Memiliki potensi untuk
cepat tumbuh.
2. Mempunyai
sektor 1.
Mengembangkan usaha-usaha di
bidang perdagangan, jasa, industri,
pertambangan dan energi, transportasi,
1. penyediaanpeng
uasaan tanah; 2.
penyusunan rencana tapak
tanah; 3.
pematangan 1.
Sesuai dengan RTRW dan
tidak berpotensi
mengganggu kawasan
81 tata
letakdenah yang akan
dijadikan Kawasan
Berikat.
2. Berlokasi di
kawasan industri atau
kawasan budidaya yang
sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah yang telah
ditetapkan.
3. Memiliki Surat
Izin Tempat Usaha,
Dokumen Lingkungan
Hidup, dan izin lainnya yang
diperlukan dari instansi teknis
terkait. unggulan
yang dapat menggerakka
n pertumbuhan
ekonomi di wilayah
sekitarnya.
3. Memiliki
potensi pengembalia
n investasi yang besar.
4. Untuk
mengembang kan KAPET
sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi, beberapa
wilayah dalam
KAPET dapat
ditetapkan sebagai
Kawasan Berikat.
maritim dan perikanan, pos dan
telekomunikasi, perbankan, asuransi,
pariwisata, dan bidang-bidang
lainnya.
2. Jangka waktu
kawasan adalah 70 tahun terhitung sejak
ditetapkan.
3. Jumlah dan jenis
barang yang diberikan fasilitas
ditetapkan oleh Badan Pengusahaan.
4. Penyediaan dan
pengembangan prasarana dan sarana
air dan sumber air; prasarana dan sarana
perhubungan, termasuk pelabuhan
laut dan bandar udara; bangunan dan
jaringan listrik; pos dan telekomunikasi,
serta prasarana dan tanah;
4. penyusunan
Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan dan
mendapatkan pengesahan;
5. perencanaan dan
pembangunan prasarana dan
sarana penunjang termasuk
pemasangan instalasiperalatan
yang diperlukan;
6. penyusunan Tata
Tertib Kawasan Industri;
7. pemasaran
kaveling Industri; dan
8. penyediaan,
pengoperasian, danatau
pemeliharaan pelayanan jasa
bagi Perusahaan lindung.
2. Pemerintah
provinsikabup atenkota yang
bersangkutan mendukung
KEK.
3. Terletak pada
posisi yang dekat dengan
jalur perdagangan
internasional atau dekat
dengan jalur pelayaran
internasional di Indonesia
atau terletak pada wilayah
potensi sumber daya
unggulan.
4. Mempunyai
batas yang jelas.
5. Terdiri atas
satu atau
82 sarana lainnya.
5. Mata uang rupiah
merupakan alat pembayaran yang
sah di KPBPB. Industri di dalam
Kawasan Industri.
beberapa zona pengolahan
ekspor, logistik,
industri, pengembanga
n teknologi, pariwisata,
energi, danatau
ekonomi lain.
6. KEK harus
siap beroperasi dalam waktu
paling lama 3 tahun sejak
ditetapkan.
7. Mata uang
rupiah merupakan
alat pembayaran
yang sah di KEK.
Penyelengga raan
Infrastruktu r PU dan
Pembangunan infrastruktur
Kawasan Berikat difasilitasi oleh
Pihak yang berperan dalam
mengkoordinasi kan
Penyelenggaraan infrastruktur PU dan
permukiman dikoordinasikan kepada
Pemerintah Daerah dan SKPD terkait
bertanggungjawab atas penyelenggaraan
Standar infrastruktur PU
dan permukiman minimal dalam
83
Permukima n
pemerintah dan penyelenggara
Kawasan Berikat. Besarnya biaya
untuk pembangunan
infrastruktur tersebut diperoleh
dari APBN atau APBD, perusahaan
yang berada di dalam kawasan
tersebut, serta investor domestik
ataupun asing. pembangunan
infrastruktur adalah Gubernur
dengan menetapkan
kebijakan dan strategi
pengembangan KAPET.
Sedangkan pihak yang
bertanggungjaw ab dalam
penyelenggaraan infrastruktur PU
dan permukiman adalah Badan
Pengelola KAPET yang
bekerjasama dengan SKPD
terkait. Alokasi dana
pembangunan Badan Pengusahaan
KPBPB sebagai pengelola. Adapun dana
yang dibutuhkan dalam memenuhi infrastruktur
dan perumahan tersebut diperoleh dari APBN,
APBD, serta sumber- sumber lain yang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. infrastruktur PU dan
permukiman. Aturan dalam
penyelenggaraan infrastruktur PU dan
permukiman terdapat pada RTRW Propinsi
dan RTRW KabupatenKota.
Alokasi dana dalam pembangunan
infrastruktur PU dan permukiman tersebut
diperoleh dari APBN dan APBD.
KEK ditetapkan oleh Dewan
Nasional yang dituangkan dalam
Rencana Induk Nasional dan
kebijakan umum yang terkait. Pihak
yang melaksanakan pengembangan
infrastruktur PU dan permukiman
tersebut adalah Dewan Kawasan
yang dapat dilakukan melalui
pola kemitraan atau kerjasama
pengadaan investasi antara
pemerintah pusat, swasta, dan
masyarakat.
84 infrastruktur
diperoleh dari APBN dan
APBD.
Faktor- faktor
Penyebab Keberhasila
n atau Kegagalan
Pengemban gan
Kawasan Permasalahan yang
menyebabkan kegagalan
Kawasan Berikat diantaranya:
1. Inefisiensi
pengelolaan kawasan.
2. Impor yang
bebas bea pada Kawasan
Berikat hanyalah impor
dari barang- barang yang
menjadi bahan baku dalam
proses produksi
barang untuk ekspor.
3. Iklim investasi
Permasalahan yang
menyebabkan kegagalan
KAPET diantaranya:
1. Kurangnya
peran kelembagaan
pengelola dan
pelaksana.
2. Kebijakan
insentif fiskal yang
diberikan pemerintah
kurang menarik
investor.
3. Iklim
investasi Permasalahan yang
dihadapi KPBPB diantaranya:
1. Kemudahan dalam
perijinan belum berlangsung secara
optimal.
2. Ketersediaan
fasilitas kepelabuhan belum
optimal, dan belum adanya penentuan
pelabuhan untuk pemasukan dan
pengeluaran barang.
3. Adanya ketentuan
mengenai barang larangan dan
pembatasan yang berlaku nasional.
4. Teknis dan sistem
prosedur 1.
Terdapat berbagai Perda
yang kurang menguntungkan
bagi pengusaha di kawasan industri,
seperti Perda mengenai
pungutan genset, penerangan jalan
dan lalu lintas menambah biaya
berusaha.
2. Para pelaku usaha
mengeluhkan pengenaan pajak
yang ditetapkan pemerintah atas
kawasan industri. Pemerintah
sampai saat ini masih
memberlakukan Pengembangan
KEK dapat dikatakan berhasil
apabila:
1. Adanya
komitmen yang kuat antara
pemerintah daerah,
kebijakan fiskal dan nonfiskal,
serta infrastruktur
dasar pada kawasan.
2. Pemilihan yang
tepat dan pengembangan
yang optimal terhadap jenis
komoditas yang diunggulkan.
85 yang kurang
menunjang karena
rendahnya tingkat
kepercayaan investor.
4. Trend
pendapatan yang relatif
stagnan, namun
sebaliknya biaya semakin
meningkat.
5. Infrastruktur
yang kurang memadai, serta
sarana dan prasarana yang
sudah tua.
6. Sistem
birokrasi pada Kawasan
Berikat relatif masih rumit,
seperti persyaratan
belum kondusif
karena belum adanya
kemudahan birokrasi.
4. Terbatasnya
aksessibilitas pendukung
kelancaran pengembang
an usaha, seperti
infrastruktur yang belum
memadai. kepabeanan yang
ada belum diatur secara tegas.
5. Menurunnya daya
tarik penanaman modal oleh investor
asing dan domestik.
6. Penerimaan negara
dari pajak tidak sebanding dengan
potensi kerugian akibat pemberian
fasilitas fiskal dan non fiskal.
7. Pengembangan
KPBPB yang diharapkan dapat
meningkatkan ekspor daripada
impor, ternyata impor masih
mendominasi daripada ekspor.
peraturan perpajakan yang
dinilai mengurangi
gairah tumbuhnya
industri di kawasan itu,
contohnya dalam pemanfaatan
tanah yang melebihi nominal
Rp 1 miliar akan tekena pajak 20
persen.
Padahal biasanya hanya
10 persen. 3.
Disamping pajak, pemerintah juga
dinilai tidak memberikan
insentif yang memadai
dibandingkan negara lain yang
memiliki kawasan industri
maju. 3.
Tersedianya infrastruktur
sesuai dengan kebutuhan
kawasan.
4. Segala bentuk
peraturan, hukum dan
kemudahan birokrasi dalam
pelaksanaannya disesuaikan
dengan keinginan
masyarakat internasional.
86 teknis dan
nonteknis semakin ketat.
4. Infrastruktur dan
Tata Ruang yang belum memadai
seperti Beberapa kawasan industri
belum memiliki fasilitas
pengolahan limbah yang baik
sehingga menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan
dan sarana infrastruktur
masih sangat tidak memadai.
Sumber: Data diolah berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
87 Dari table 4.1 diatas terlihat bahwa Kawasan Berikat memberikan
fasilitas dan kemudahan yang lebih banyak seperti fasilitas kepabeanan berupa pembebasan Bea Masuk, fasilitas perpajakan berupa tidak dipungut
Pajak Penghasilan Pasal 22 Undang-Undang Pajak Penghasilan,danatau pembebasan cukai dan kemudahan perizinan. Hal ini tentunya akan
memberikan dampak positif terhadap laporan keuangan Perusahaan dalam Kawasan Berikat berupa pengurangan beban pajak, bea dan cukai.
4.5 Dampak Suatu Kawasan Ditetapkan sebagai Kawasan Berikat