Terutang PPN dan PPnBM Terutang PDRI Pembebasan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang

59 segala jenis Barang elektronik yang menggunakan tenaga baterai maupun listrik. 3 Penyerahan Jasa Kena Pajak dari Kawasan Berikat Daerah Industri Pulau Batam terutang PPN sejak tanggal 19 Juli 2005 4 Selanjutnya akan ditetapkan oleh Menteri Keuangan paling lama setiap 6 enam bulan. dalam rangka sub kontrak dari PDKB kepada perusahaan industri DPILPDKB lainnya dan pengembaliannya ke PDKB asal. 6 Penyerahan barang hasil olahan produsen pengguna fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor dari DPIL untuk diolah lebih lanjut oleh PDKB diberikan perlakuan perpajakan yang sama dengan perlakuan terhadap barang yang diekspor. 7 Pemasukan pengemas packing material dari DPIL ke KB untuk menjadi satu kesatuan dengan barang hasil olahan PDKB sejak tanggal 20 Desember 2004. Terutang PPNPPnBM TPB ke DPIL yang mendapat fasilitas tidak dipungut PDRI. 5 Pengeluaran barang dan hasil olahan dalam rangka subkontrak dari PDKB ke PDKB di luar BBK atau ke DPIL. Termasuk PPN atas jasa pekerjaan sub kontrak. 6 Pengeluaran barang asal impor dari TPB untuk dimusnahkan di luar BBK.

c. Terutang PPN dan PPnBM

1 Pengeluaran barang dari TPB ke DPIL. 2 Pengeluaran Barang danatau bahan dari PDKB ke DPIL sepanjang merupakan barang hasil olahan dari PDKB ke DPIL yang seluruh BB berasal dari DPIL, barang selain hasil olahan asal DPIL dan barang sisa danatau potongan dari hasil olahan yang bahan bakunya berasal dari DPIL. 60 1 Impor berupa makanan minuman untuk konsumsi dalam KB dan Barang Impor lainnya selain yang tidak dipungut seperti tersebut di atas. 2 Pengeluaran barang yang telah diolah oleh PKB kepada pihak di DPIL yang tidak memperoleh fasilitas pembebasan penangguhan Pajak dalam Rangka Impor. 3 Barang asal DPIL yang direparasidirekondisi di PDKB yang dikeluarkan kembali ke DIPL atas komponensparepart yang berasal dari DPIL yang dipasang pada barang tersebut. 4 Barang asal LDP yang direparasidirekondisi di PDKB dengan menggunakan komponensparepart asal DPIL yang dikeluarkan ke DPIL atas komponen sparepart yang berasal dari DPIL yang dipasang pada barang tersebut.

d. Terutang PDRI

1 Barang asal DPIL yang direparasidirekondisi di PDKB yang dikeluarkan kembali ke DPIL atas komponensparepart yang berasal dari LDP yang dipasang pada barang tersebut. 61 2 Barang asal LDP yang direparasidirekondisi di PDKB yang dikeluarkan ke DPIL. 3 Pengeluaran barang asal impor dari TPB di Pulau Batam ke DPIL di Pulau Batam. 4 Pengeluaran barang asal impor dari TPB ke DPIL. 5 Pengeluaran barang dari TPB ke DPIL. Keterangan: TPB : Tempat Penimbunan Berikat yang terdiri dari KB, GB, ETP dan TBB di BBK PKB: Penyelenggara Kawasan Berikat PDKB: Pengusaha Di Kawasan Berikat PGB : Penyelenggara Gudang Berikat PPGB: Pengusaha Pada Gudang Berikat DPIL: Daerah Pabean Indonesia Lainnya selain DPIL Pulau Batam. DPIL Pulau Batam : DPIL di Pulau Batam LDP : Luar Daerah Pabean 62

4.3 Perlakuan Bea dan Cukai di Kawasan tidak Berikat

4.3.1 Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas KPBPB

Tujuan yang ingin dicapai dengan pembentukan KPBPB adalah memaksimalkan pelaksanaan pengembangan serta menjamin kegiatan usaha di bidang perekonomian yang meliputi perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata, dan bidang-bidang lainnya dalam kawasan yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk ekspor di pasar global. Berdasarkan Pasal 3 ayat 1 dan 2Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 tentang Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai Serta Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan dari Serta Berada di Kawasan Yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas menyatakan bahwa pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Bebas hanya dapat dilakukan oleh pengusaha yang telah mendapat izin usaha dari Badan Pengusahaahn Kawasan dan berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai serta wajib dilakukan di pelabuhan atau Bandar udara yang telah mendapat izin dan ditunjuk oleh Menteri Perhubungan. Pasal 4 ayat 1 dan 2 juga menyatakan bahwa pengusaha yang mendirikan usahanya di Kawasan Bebas tidak harus terdaftar sebagai Pengusaha Kena 63 Pajak dan penyerahan barang dalam kawasan ini tidak dikenakan PPN. 4.3.1.1 KPBPB Daerah Sabang Kawasan Sabang meliputi wilayah Provinsi NAD Nanggroe Aceh Darussalam, terdiri dari wilayah Kota Sabang Pulau Weh, Pulau Klah, Pulau Rubiah, Pulau Seulako, Pulau Rondo, serta sebagian wilayah Kabupaten Aceh Besar Pulau Breuh, Pulau Nasi dan Pulau Teunom serta pulau-pulau kecil di sekitarnya dengan luas wilayah ± 394 km 2 . Berdasarkan Undang-undang No. 37 tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No.2 tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang menjadi Undang-undang. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang yang selanjutnya disebut Kawasan Sabang merupakan wilayah di Indonesia yang telah ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan kawasan pelabuhan bebas. Kawasan ini juga terpisah dari daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan Bea Masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah dan cukai, yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Perpu 64 Nomor 22000 yang telah ditetapkan menjadi Undang- undang dengan Undang-undang Nomor 372000 untuk jangka waktu 70 tujuh puluh tahun. Penetapan Kawasan Sabang sebagai Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas bertujuan untuk meningkatkan pembangunan dan pengembangan Provinsi NAD sehingga mampu menjadi pendorong dan model bagi pembangunan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Khusus bagi Kawasan Sabang, hal tersebut dalam rangka lebih memaksimalkan pelaksanaan pengembangan serta menjamin kawasan ini berfungsi sebagai tempat untuk mengembangkan usaha-usaha di bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, perbankan, asuransi, pariwisata dan bidang-bidang lainnya. Fungsi-fungsi tersebut meliputi: 1 kegiatan manufaktur, rancang bangun, perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir, pengepakan, dan pengepakan ulang atas barang dan bahan baku dari dalam dan luar negeri, pelayanan perbaikan atau rekondisi permesinan, dan peningkatan mutu, 2 penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana air dan sumber air, prasarana dan sarana 65 perhubungan termasuk pelabuhan laut dan bandar udara, bangunan dan jaringan listrik, pos dan telekomunikasi, serta prasarana dan sarana lainnya. Selanjutnya UU No. 112006 tentang Pemerintahan Aceh pada Bab XXII Bagian Ketujuh yang terdiri atas 4 pasal, telah mengukuhkan kapasitas Sabang sebagai suatu kawasan yang bebas dari tata niaga, pengenaan Bea Masuk, pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah. Penetapan ini juga memberikan pelimpahan kewenangan di bidang perizinan serta kewenangan lain yang diperlukan kepada DKS Dewan Kawasan Sabang. Sebagai konsekuensinya, maka Pemerintah bersama Pemerintah Aceh telah mengamanatkan agar Kawasan Sabang dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi regional dengan penekanan bagi pembangunan pelabuhan utama hub- port yang fungsinya sebagai pelabuhan impor ekspor internasional dan juga sebagai pelabuhan alih kapal transhipment nasional. Bisnis Plan Kawasan Perdagangan Bebas Pelabuhan Bebas Sabang I - 2 Dengan adanya kedua UU yang telah mengamanatkan untuk pengembangan dan pembangunan Kawasan Sabang kepada BPKS melalui DKS; maka BPKS, 66 sebagai sebuah “organisasi usaha” perlu menjalankan prinsip prinsip good corporate governance, serta harus mempunyai sebuah bisnis plan yang memuat visi, misi, strategi, sektor prioritas dan unggulan serta analisis kelayakan investasi dan penerimaan bagi BPKS, yang mampu menjadi “indikator kinerja” bagi seluruh pimpinan dan lapisan karyawan, sesuai dengan amanat dari UU. 372000 dan No. 112006 tersebut di atas.

4.3.1.2 KPBPB Daerah Batam

Batam adalah salah satu pulau dalam gugusan Kepulauan Riau. Batam merupakan sebuah pulau di antara 329 pulau yang terletak antara Selat Malaka dan Singapura yang secara keseluruhan membentuk wilayah Batam. Letak Batam yang strategis menjadi pertimbangan pemerintah untuk lebih memaksimalkan pelaksanaan pengembangan serta menjamin kegiatan usaha di bidang perekonomian yang meliputi perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata, dan bidang-bidang lainnya dalam kawasan, perlu untuk menetapkan kawasan dimaksud menjadi Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Perlakuan Bea dan Cukai dalam KPBPB Batam sama halnya dengan KPBPB Sabang yaitu mendapat 67 Kawasan ini juga terpisah dari daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan Bea Masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah dan cukai, yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Perpu Nomor 22000 yang telah ditetapkan menjadi Undang-undang dengan Undang- undang Nomor 372000 untuk jangka waktu 70 tujuh puluh tahun. Kawasan Batam ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas untuk jangka waktu 70 tujuh puluh tahun sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam meliputi Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Setokok, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau Galang Baru. Di dalam Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam dilakukan kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi, seperti sektor perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata dan bidang lainnya.

4.3.1.3 KPBPB Daerah Bintan

68 Pasal 1 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan menjelaskan bahwa kawasan Bintan ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas untuk jangka waktu 70 tujuh puluh tahun sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah ini. Sebagai akibat dari ditetapkannya kawasan Bintan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, maka kawasan ini terpisah dari daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan Bea Masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah dan cukai.

4.3.1.4 KPBPB Daerah Karimun

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun menetapkan Karimun sebagai kawasan perdagangan bebas karena telah memenuhi kriteria untuk dijadikan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. Akibat dari penetapan ini kawasan ini dibebaskan dari pengenaan Bea Masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah dan cukai. 69 Kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Batam, Bintan, dan Karimun sering dikenal dengan sebutan Free Trade Zone BBK Batam, Bintan, Karimun.

4.3.2 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu KAPET

Tujuan yang ingin dicapai dengan pembentukan KAPET adalah Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan sebagai penggerak pembangunan di wilayah sekitarnya yang pada akhirnya diharapkan dapat pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dengan memacu pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia. Berdasarkan Keppres 91998, kepada pengusaha yang melakukan kegiatan usah adi dalam KAPET diberikan perlakuan di bidang Pajak Penghasilan, berupa :

a. Pembebasan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang

modal, bahan baku, dan peralatan lain, yang berhubungan langsung dengan kegiatan produksi. b. Pilihan untuk menerapkan penyusutan danatau amortisasi yang dipercepat di bidang Pajak Penghasilan.

c. Kompensasi kerugian, mulai tahun berikutnya berturut-turut