59 segala jenis Barang
elektronik yang menggunakan tenaga baterai
maupun listrik.
3 Penyerahan Jasa Kena Pajak
dari Kawasan Berikat Daerah Industri Pulau Batam
terutang PPN sejak tanggal 19 Juli 2005
4 Selanjutnya akan ditetapkan
oleh Menteri Keuangan paling lama setiap 6 enam
bulan. dalam rangka
sub kontrak dari PDKB
kepada perusahaan industri
DPILPDKB lainnya dan
pengembaliannya ke PDKB asal.
6 Penyerahan barang hasil
olahan produsen pengguna
fasilitas Kemudahan Impor
Tujuan Ekspor dari DPIL untuk diolah lebih lanjut
oleh PDKB diberikan perlakuan
perpajakan yang sama dengan
perlakuan terhadap barang yang diekspor.
7 Pemasukan pengemas
packing material dari DPIL ke KB untuk
menjadi satu kesatuan dengan barang hasil
olahan PDKB sejak tanggal 20 Desember
2004.
Terutang PPNPPnBM TPB
ke DPIL yang mendapat fasilitas tidak
dipungut PDRI. 5
Pengeluaran barang dan hasil olahan dalam rangka
subkontrak dari PDKB ke PDKB di luar BBK atau ke
DPIL. Termasuk PPN atas jasa pekerjaan sub kontrak.
6 Pengeluaran barang asal
impor dari TPB untuk dimusnahkan di luar BBK.
c. Terutang PPN dan PPnBM
1 Pengeluaran barang dari
TPB ke DPIL. 2
Pengeluaran Barang danatau bahan dari PDKB
ke DPIL sepanjang
merupakan barang hasil olahan dari PDKB ke
DPIL yang seluruh BB berasal dari DPIL, barang
selain hasil olahan asal DPIL dan barang sisa
danatau potongan dari hasil olahan yang bahan
bakunya berasal dari DPIL.
60 1
Impor berupa makanan minuman untuk
konsumsi dalam KB dan Barang Impor lainnya
selain
yang tidak dipungut seperti tersebut
di atas. 2
Pengeluaran barang yang telah diolah oleh PKB
kepada pihak di DPIL yang tidak memperoleh
fasilitas
pembebasan penangguhan
Pajak dalam Rangka Impor.
3 Barang asal DPIL yang
direparasidirekondisi di PDKB yang dikeluarkan
kembali ke DIPL atas komponensparepart yang
berasal dari DPIL yang dipasang pada barang
tersebut.
4 Barang asal LDP yang
direparasidirekondisi di PDKB dengan
menggunakan komponensparepart asal
DPIL yang dikeluarkan ke DPIL atas komponen
sparepart yang berasal dari DPIL yang dipasang pada
barang tersebut.
d. Terutang PDRI
1 Barang asal DPIL yang
direparasidirekondisi di PDKB yang dikeluarkan
kembali ke DPIL atas komponensparepart yang
berasal dari LDP yang dipasang pada barang
tersebut.
61 2
Barang asal LDP yang direparasidirekondisi di
PDKB yang dikeluarkan ke DPIL.
3 Pengeluaran barang asal
impor dari TPB di Pulau Batam ke DPIL di Pulau
Batam.
4 Pengeluaran barang asal
impor dari TPB ke DPIL. 5
Pengeluaran barang dari TPB ke DPIL.
Keterangan: TPB :
Tempat Penimbunan Berikat yang terdiri dari KB, GB, ETP dan TBB di BBK PKB:
Penyelenggara Kawasan Berikat PDKB:
Pengusaha Di Kawasan Berikat PGB :
Penyelenggara Gudang Berikat PPGB:
Pengusaha Pada Gudang Berikat DPIL:
Daerah Pabean Indonesia Lainnya selain DPIL Pulau Batam. DPIL Pulau Batam :
DPIL di Pulau Batam LDP :
Luar Daerah Pabean
62
4.3 Perlakuan Bea dan Cukai di Kawasan tidak Berikat
4.3.1 Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas KPBPB
Tujuan yang ingin dicapai dengan pembentukan KPBPB adalah memaksimalkan
pelaksanaan pengembangan serta menjamin kegiatan usaha di bidang perekonomian yang meliputi
perdagangan, maritim, industri, perhubungan,
perbankan, pariwisata, dan bidang-bidang lainnya dalam kawasan yang pada
akhirnya diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk ekspor di pasar global.
Berdasarkan Pasal 3 ayat 1 dan 2Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 tentang Perlakuan
Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai Serta Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan dari Serta Berada di
Kawasan Yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas menyatakan bahwa pemasukan dan
pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Bebas hanya dapat dilakukan oleh pengusaha yang telah mendapat izin usaha dari
Badan Pengusahaahn Kawasan dan berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai serta wajib dilakukan di
pelabuhan atau Bandar udara yang telah mendapat izin dan ditunjuk oleh Menteri Perhubungan. Pasal 4 ayat 1 dan 2 juga
menyatakan bahwa pengusaha yang mendirikan usahanya di Kawasan Bebas tidak harus terdaftar sebagai Pengusaha Kena
63 Pajak dan penyerahan barang dalam kawasan ini tidak dikenakan
PPN. 4.3.1.1
KPBPB Daerah Sabang
Kawasan Sabang meliputi wilayah Provinsi NAD Nanggroe Aceh Darussalam, terdiri dari wilayah Kota
Sabang Pulau Weh, Pulau Klah, Pulau Rubiah, Pulau Seulako, Pulau Rondo, serta sebagian wilayah
Kabupaten Aceh Besar Pulau Breuh, Pulau Nasi dan Pulau Teunom serta pulau-pulau kecil di sekitarnya
dengan luas wilayah ± 394 km
2
. Berdasarkan Undang-undang No. 37 tahun 2000
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No.2 tahun 2000 tentang Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang menjadi Undang-undang. Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas Sabang yang selanjutnya disebut Kawasan Sabang merupakan wilayah di Indonesia yang
telah ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan kawasan pelabuhan bebas. Kawasan ini juga terpisah dari
daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan Bea Masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas
barang mewah dan cukai, yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Perpu
64 Nomor 22000 yang telah ditetapkan menjadi Undang-
undang dengan Undang-undang Nomor 372000 untuk jangka waktu 70 tujuh puluh tahun.
Penetapan Kawasan Sabang sebagai Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas bertujuan untuk
meningkatkan pembangunan dan pengembangan
Provinsi NAD sehingga mampu menjadi pendorong dan model bagi pembangunan daerah-daerah lainnya di
Indonesia. Khusus bagi Kawasan Sabang, hal tersebut dalam rangka lebih memaksimalkan pelaksanaan
pengembangan serta menjamin kawasan ini berfungsi sebagai tempat untuk mengembangkan usaha-usaha di
bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan
telekomunikasi, perbankan, asuransi, pariwisata dan bidang-bidang lainnya. Fungsi-fungsi tersebut meliputi:
1 kegiatan manufaktur, rancang bangun, perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir,
pengepakan, dan pengepakan ulang atas barang dan bahan baku dari dalam dan luar negeri, pelayanan
perbaikan atau rekondisi permesinan, dan peningkatan mutu, 2 penyediaan dan pengembangan prasarana dan
sarana air dan sumber air, prasarana dan sarana
65 perhubungan termasuk pelabuhan laut dan bandar udara,
bangunan dan jaringan listrik, pos dan telekomunikasi, serta prasarana dan sarana lainnya.
Selanjutnya UU No. 112006 tentang Pemerintahan Aceh pada Bab XXII Bagian Ketujuh yang terdiri atas 4
pasal, telah mengukuhkan kapasitas Sabang sebagai suatu kawasan yang bebas dari tata niaga, pengenaan Bea
Masuk, pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah. Penetapan ini juga memberikan
pelimpahan kewenangan di bidang perizinan serta kewenangan lain yang diperlukan kepada DKS Dewan
Kawasan Sabang. Sebagai konsekuensinya, maka Pemerintah bersama Pemerintah Aceh telah
mengamanatkan agar Kawasan Sabang dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi regional dengan
penekanan bagi pembangunan pelabuhan utama hub- port yang fungsinya sebagai pelabuhan impor ekspor
internasional dan juga sebagai pelabuhan alih kapal transhipment nasional.
Bisnis Plan Kawasan Perdagangan Bebas Pelabuhan Bebas Sabang I - 2
Dengan adanya kedua UU yang telah mengamanatkan untuk pengembangan dan pembangunan Kawasan
Sabang kepada BPKS melalui DKS; maka BPKS,
66 sebagai sebuah “organisasi usaha” perlu menjalankan
prinsip prinsip good corporate governance, serta harus mempunyai sebuah bisnis plan yang memuat visi, misi,
strategi, sektor prioritas dan unggulan serta analisis kelayakan investasi dan penerimaan bagi BPKS, yang
mampu menjadi “indikator kinerja” bagi seluruh pimpinan dan lapisan karyawan, sesuai dengan amanat
dari UU. 372000 dan No. 112006 tersebut di atas.
4.3.1.2 KPBPB Daerah Batam
Batam adalah salah satu pulau dalam gugusan Kepulauan Riau. Batam merupakan sebuah pulau di
antara 329 pulau yang terletak antara Selat Malaka dan Singapura yang secara keseluruhan membentuk wilayah
Batam. Letak Batam yang strategis menjadi
pertimbangan pemerintah untuk lebih memaksimalkan pelaksanaan pengembangan serta menjamin kegiatan
usaha di bidang perekonomian yang meliputi perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan,
pariwisata, dan bidang-bidang lainnya dalam kawasan, perlu untuk menetapkan kawasan dimaksud menjadi
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Perlakuan Bea dan Cukai dalam KPBPB Batam
sama halnya dengan KPBPB Sabang yaitu mendapat
67 Kawasan ini juga terpisah dari daerah pabean sehingga
bebas dari pengenaan Bea Masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah dan cukai,
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Perpu Nomor 22000 yang telah
ditetapkan menjadi Undang-undang dengan Undang- undang Nomor 372000 untuk jangka waktu 70 tujuh
puluh tahun. Kawasan Batam ditetapkan sebagai Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas untuk jangka waktu 70 tujuh puluh tahun sejak diberlakukannya
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Batam. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam meliputi Pulau Batam,
Pulau Tonton, Pulau Setokok, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau Galang Baru. Di
dalam Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam dilakukan kegiatan-kegiatan di bidang
ekonomi, seperti sektor perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata dan bidang lainnya.
4.3.1.3 KPBPB Daerah Bintan
68 Pasal 1 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Bintan menjelaskan bahwa kawasan Bintan ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
untuk jangka waktu 70 tujuh puluh tahun sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah ini. Sebagai akibat dari
ditetapkannya kawasan Bintan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, maka kawasan ini terpisah dari
daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan Bea Masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas
barang mewah dan cukai.
4.3.1.4 KPBPB Daerah Karimun
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Karimun menetapkan Karimun sebagai kawasan perdagangan bebas karena telah memenuhi
kriteria untuk dijadikan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. Akibat dari penetapan ini kawasan ini
dibebaskan dari pengenaan Bea Masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah
dan cukai.
69 Kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas
Batam, Bintan, dan Karimun sering dikenal dengan sebutan Free Trade Zone BBK Batam, Bintan,
Karimun.
4.3.2 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu KAPET
Tujuan yang ingin dicapai dengan pembentukan KAPET adalah Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan sebagai penggerak
pembangunan di wilayah sekitarnya yang pada akhirnya diharapkan dapat pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya
dengan memacu pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia. Berdasarkan Keppres 91998, kepada pengusaha yang
melakukan kegiatan usah adi dalam KAPET diberikan perlakuan di bidang Pajak Penghasilan, berupa :
a. Pembebasan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang
modal, bahan baku, dan peralatan lain, yang berhubungan
langsung dengan kegiatan produksi. b.
Pilihan untuk menerapkan penyusutan danatau amortisasi yang dipercepat di bidang Pajak Penghasilan.
c. Kompensasi kerugian, mulai tahun berikutnya berturut-turut