Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian

2.3 Prosedur Penelitian 2.3.1 Pemilihan Pohon Contoh Sepuluh pohon A. malaccensis Lamk. di suatu hutan rakyat di Prabumulih, Provinsi Sumatera Selatan dipilih sebagai pohon contoh. Lima pohon contoh yang telah diinokulasi oleh fungi, dan lima pohon lainnya tanpa perlakuan apapun kontrol. Proses inokulasi dilakukan menggunakan fungi Fusarium solani strain Jambi kode isolat: FORDA CC00500 30 bulan sebelum pengujian dengan cara mengebor batang pohon dengan pola sebaran spiral dari bagian bawah hingga atas batang pohon Gambar 1a. Lebar liang pengeboran 0.8 mm dan kedalaman liang pengeboran 13 dari diameter pohon. Setelah disuntik isolat fungi F. Solani, hasil pengeboran ditutup menggunakan pasak kayu Gambar 1b. a b Gambar 1 Pola sebaran liang inokulasi fungi pada batang pohon contoh a dan pasak kayu penutup liang inokulasi b

2.3.2 Karakterisasi Pohon Contoh

Masing-masing pohon contoh diukur diameter DBH dan tinggi batangnya. Selanjutnya dari masing-masing batang pohon contoh diambil kayu contoh dengan menggunakan bor riap diameter ±10 cm pada ketinggian 130 cm sampai kedalaman setengah diameter batang pohon. Kayu contoh tersebut digunakan untuk menghitung kadar air dan kerapatan kayu pada masing-masing pohon contoh.

2.3.3 Pengujian Nondestruktif pada Batang Pohon Contoh

Pengujian NDT dilakukan menggunakan PiCUS® Sonic Tomograph. Alat ini dilengkapi dengan sensor atau transduser yang dipasang mengelilingi batang pohon contoh pada enam ketinggian batang yaitu 20 cm, 70 cm, 120 cm, 170 cm, 220 cm, dan 270 cm dari permukaan tanah. Jumlah transduser yang digunakan tujuh sampai 12 buah tergantung diameter pohon. Posisi transduser ke-1 pada batang pohon contoh selalu diletakkan pada arah utara. Salah satu transduser berfungsi sebagai pengirim signal gelombang bunyi, sedangkan transduser lainnya berfungsi 20 cm 10 cm Liang inokulasi fungi Batang pohon contoh Batang pohon contoh Pasak penutup liang inokulasi fungi sebagai penerima. Gelombang bunyi dibangkitkan melalui pemukulan palu elektronik pada paku yang terpasang tepat di atas setiap transduser. Masing-masing paku terhubung dengan tranduser disebelah kanannya yang juga tersambung pada perangkat komputer. Saat pemukulan pada salah satu paku, paku lainnya ditutup menggunakan penutup magnetik untuk menghindari bias rambat gelombang Gambar 2. Data kecepatan rambat gelombang bunyi diolah menggunakan perangkat lunak PiCUS 7.2 dan secara otomatis diubah menjadi tomogram yang terbaca pada laptop. Warna tomogram merujuk pada kecepatan rambat gelombang bunyi yang melintas pada bagian batang tersebut dan menunjukkan ada tidaknya deteriorasi damage, zona Dm dan bagian kayu yang sehat utuhsolid, zona So. Zona diantara keduanya didefinisikan sebagai zona intermediate Im. Zona So dicirikan oleh citra warna gelap coklat-hitam dengan kecepatan gelombang bunyi yang tinggi, zona Im dicirikan dengan citra warna hijau hingga violet yang mengindikasikan adanya deteriorasi, sedangkan citra warna biru menunjukkan adanya deteriorasi lanjut advance deterioration Goecke et al. 2010. Gambar 2 Proses aplikasi alat PiCUS® Sonic Tomograph pada batang pohon contoh

2.3.4 Pengujian Nondestruktif pada Lempengan Batang Pohon Pasca Penebangan

Setelah kecepatan rambat bunyi pada masing-masing pohon contoh selesai diukur, pohon contoh lalu ditebang. Pohon contoh dipotong menjadi beberapa log kecil sepanjang ±50 cm, kemudian dibawa ke laboratorium. Setiap log dipotong menjadi lempengan kayu disk setebal ±10 cm, lalu dikeringudarakan dengan bantuan kipas angin selama 30 hari terus menerus hingga mencapai kondisi kering udara. Dari setiap lempengan kayu diambil kayu contoh berukuran 3x3x2 cm untuk menentukan kadar air dan kerapatannya. Masing-masing lempengan kemudian diuji kecepatan rambat gelombang bunyinya. Data kecepatan rambat gelombang bunyi pada masing-masing lempeng digunakan untuk memverifikasi tomogram kondisi Transduser Paku yang ditutup dengan magnet Palu elektronik Laptop dengan software pengolah data Batang pohon contoh Kabel penghubung antar transduser