Tabel 5 Proporsi bagian kayu solid dan bagian kayu yang terdeteriorasi pada batang pohon contoh dan lempengan batang pasca penebangan
Kondisi batang pohon Batang pohon contoh
Lempengan batang Solid
So Terdeteriorasi
Dm+Im Solid
So Terdeteriorasi
Dm+Im Tanpa inokulasi fungi
90 10
93 7
Diinokulasi fungi 89
11 91
9
Tabel 6 menunjukkan bagian kayu bergaharu berdasarkan hasil tomogram dan kondisi faktual pada lempengan batang kayu pasca penebangan. Kondisi
faktual dilakukan dengan menganalisis secara visual luasan bagian kayu berwarna hitam-gelap bergaharu menggunakan perangkat lunak ImageJ. Verifikasi
kesesuaian hasil seperti disajikan Tabel 6 memperlihatkan bahwa pada pohon tanpa inokulasi fungi, proporsi kayu bergaharu berdasarkan tomogram adalah 0.9
sedangkan kondisi faktualnya adalah 1.0. Sementara itu pada batang pohon yang diinokulasi fungi proporsi kayu bergaharu tercatat 2.3 pada tomogram sedangkan
pada kondisi faktualnya pasca penebangan mencapai 2.84. dengan perkataan lain akurasi evaluasi kayu bergaharu berbasis tomogram terhadap kondisi
faktualnya adalah sebesar 90 pohon tanpa inokulasi fungi dan 80.98 pohon yang diinokulasi fungi. Penelitian Gilbert dan Smiley 2004 menunjukkan
perbedaan antara hasil tomogram dan penilaian visual sebesar 0 hingga 20. Sementara itu penelitian Brazee et al. 2010 menunjukkan akurasi sekitar 95.
Citra tomogram dan kondisi faktual batang pohon memiliki kemiripan terutama untuk wilayah yang mengalami deteriorasi. Oleh karena itu, alat sonic tomography
dapat digunakan untuk menunjukkan keberadaan gaharu dalam batang pohon.
Tabel 6 Bagian kayu bergaharu pada tomogram dan lempengan batang pohon contoh
Kondisi batang pohon Tomogram
a
Faktual
b
Akurasi Tanpa inokulasi fungi
0.9 1.00
90.00 Diinokulasi fungi
2.3 2.84
80.98
a
= bagian bergaharu yang ditunjukkan oleh wilayah damage pada tomogram dari alat PiCUS®
b
= bagian bergaharu yang ditunjukkan oleh warna hitam-gelap pada hasil foto yang dianalisis menggunakan ImageJ
Wang et al. 2009 menyatakan walaupun tomogram tidak mengidentifikasi jenis cacat yang terdapat dalam batang pohon, namun mampu memberikan
informasi terkait dengan bentuk dan warna yang tersebar tentang kondisi dalam batang pohon. Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan perbandingan
tomogram dari sonic tomography dengan kondisi faktualnya Rioux 2004; Wang dan Allison 2008; Wang et al. 2009; Liang et al. 2007; Brazee et al. 2010; Lin et al.
2011. Hasilnya menunjukkan bahwa secara umum data dari tomogram lebih rendah dibandingkan kondisi faktualnya. Begitu pula hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa proporsi kayu bergaharu berdasarkan hasil tomogram hanya 80 - 90 dari kondisi faktualnya Tabel 6. Lebih lanjut Gambar 4 memberikan
contoh lempengan kayu bergaharu berdasarkan evaluasi tomogram dan kondisi
faktualnya, baik pada pohon tanpa inokulasi fungi maupun pohon yang diinokulasi fungi.
Gambar 4 Contoh perbandingan hasil citra tomogram a dan gambar pengamatan visual b
3.4 Kuantitas dan Kualitas Gaharu
Rerata volume gaharu pada lima pohon A. malaccensis yang diinokulasi fungi adalah 0.00931 m
3
atau 3.8 dari total volume batang pohon. Penelitian Ng et al. 1997 menyatakan bahwa tidak semua pohon Aquilaria spp. berhasil
memproduksi gaharu. Volume dan kualitas gaharu yang dihasilkan dari satu pohon penghasil gaharu juga sangat bervariasi. Hanya sekitar 10 gaharu yang dapat
dihasilkan secara alami oleh pohon Aquilaria spp. La Frankie 1994 juga menyatakan bahwa hanya sepersepuluh dari pohon penghasil gaharu dengan
diameter diatas 20 cm yang mampu memproduksi gaharu 1 kg gaharu per pohon. Liu et al. 2013 melakukan penelitian pada pohon A. sinensis berumur tujuh tahun
dengan empat teknik induksi. Setelah diinokulasi selama enam bulan menggunakan agar-wit, gaharu yang dihasilkan mencapai 6 kg per pohon. Setelah 20 bulan kualitas
gaharu yang dihasilkan menyerupai gaharu alami tanpa inokulasi buatan. Chong et al. 2015 menyatakan bahwa rerata volume gaharu yang dihasilkan dari batang
pohon yang diberi perlakuan pancingan Agarwood Inducement Nuclear Malaysia AINM adalah 42.42, sedangkan yang diberi perlakuan pancingan Fungi
Infection FI hanya 3.30 dari volume total pohon.
Pada pohon gaharu yang dibudidayakan, proses produksi gaharu sangat ditentukan oleh jumlah lubang inokulasi fungi atau luka hasil inokulasi fungi dan
kualitasnya tergantung tenggang waktu sejak diinokulasi hingga gaharu dipanen. Semakin lama tenggang waktu tersebut, maka semakin banyak resin wangi yang
terakumulasi dan semakin tinggi kualitas gaharu yang dihasilkan. Dengan teknik inokulasi dan jenis isolat yang lebih murni dan potensial serta tenggang waktu
Pohon 1 – 120 cm
Pohon 2- 220 cm cm
Pohon 7-20 cm Pohon 9
–70 cm
a
b
antara saat inokulasi dan panen yang lebih panjang, maka kualitas gaharu super mungkin akan dapat terbentuk Mucharromah 2010.
Kualitas gaharu yang dihasilkan dari penelitian ini termasuk kedalam mutu sedang jenis kemedangan TG.C. Menurut SNI 7631 kemedangan yaitu kayu yang
berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki kandungan resin wangi dengan aroma yang lemah, ditandai oleh warnanya yang putih keabu-abuan
sampai kecoklat-coklatan, berserat kasar, dan kayunya yang lunak. Bobot gaharu tergolong terapung dan memiliki aroma yang agak wangi hingga wangi bila
dibakar. Kualitas gaharu yang dihasilkan pada penelitian ini baik untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuat minyak gaharu.
4 SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Kecepatan rambat gelombang bunyi pada berbagai ketinggian batang pohon A. malaccensis tidak berbeda nyata baik pada pohon tanpa inokulasi maupun yang
diinokulasi fungi. Kecepatan rambat gelombang bunyi juga tidak berbeda nyata antara pohon tanpa inokulasi fungi dan pohon yang diinokulasi. Kecepatan rambat
gelombang bunyi pada kondisi lempengan batang pohon pasca penebangan kondisi kering udara 1.10 kali lebih tinggi dibandingkan pada kondisi batang pohon yang
masih berdiri. Bagian kayu bergaharu pada pohon yang diinokulasi fungi lebih besar dibandingkan pohon tanpa inokulasi fungi. Tomogram dari PiCUS® Sonic
Tomograph mampu mendeteksi keberadaan gaharu pada batang pohon dengan tingkat akurasi 80-90. Rerata volume gaharu yang dihasilkan pohon A.
malaccensis adalah 3.8 dari volume total batang pohon dengan kualitas gaharu tergolong sedang.
4.2 Saran
Teknik sonik tomografi dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan gaharu pada batang pohon A. malaccensis. Kepadatan bagian dalam batang pohon
A. malaccensis berbasis citra tomogram PiCUS
®
perlu lebih dispesifikasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad IN, Almuin N, Mohammad F. 2012. Ultrasonic characterization of standing tree. Di dalam: Proceeding: 18th World Conference on Nondestructive
Testing; 2012 April 16-20; Durban, South Africa . Selangor [MY].