3.4.4 Analisis total mineral
Analisis  mineral  dilakukan  untuk  mengetahui  profil  atau  komposisi mineral  makro  natrium,  kalium,  kalsium,  magnesium,  dan  fosfor  dan  mineral
mikro  seng,  besi,  mangan,  dan  tembaga  yang  terdapat  pada  biomasa  kering Chaetoceros gracilis.
1 Pengujian total mineral Ca, Na, K, Mg, Fe, Zn, Se, Cu Reitz et al. 1987
Sampel  yang  akan  diuji,  terlebih  dahulu  mengalami  proses  pengabuan basah. Pada proses ini, sampel ditimbang sebanyak 5 gram, kemudian dimasukkan
ke  dalam  Erlenmeyer  150  ml.  Ke  dalam  erlenmeyer  tersebut  ditambahkan  5  ml HNO
3
dan  dibiarkan  selama  1  jam.  Erlenmeyer  ditempatkan  di  atas  hot  plate selama  ±4  jam  dan  ditambahkan  0,4  ml  H
2
SO
4
pekat,  campuran HClO
4
dan HNO
3
sebanyak 3 tetes, 2 ml akuades dan 0,6 ml HCl pekat. Larutan contoh kemudian diencerkan menjadi 100 ml dalam labu takar. Sejumlah larutan
stok  standar  dari  masing-masing  mineral  diencerkan  menggunakan  akuades sampai konsentrasinya berada dalam kisaran kerja logam yang diinginkan.
Larutan standar, blanko dan contoh dialirkan ke dalam Atomic Absorption Spectrophotometer  AAS  merek  Shimadzu  tipe  AA  680  flame  emission  dengan
panjang gelombang dari masing-masing mineral. Kemudian diukur absorbansinya atau  tinggi  puncak  standar,  blanko  dan  contoh  pada  panjang  gelombang  dan
parameter  yang  sesuai  untuk  masing-masing  mineral  dengan  spektrofotometer. Setelah  diperoleh  absorbansi  standar,  hubungkan  antara  konsentrasi  standar
sebagai  sumbu  Y  dengan  absorbansi  standar  sebagai  sumbu  X  sehingga diperoleh kurva standar mineral dengan persamaan garis linier y = ax + b dimana
y=  variabel  terikat  konsentrasi  standar;  a=  kemiringangradien;  x=  variabel bebas  absorbansi;  dan  b=  konstanta  yang  digunakan  untuk  perhitungan
konsentrasi  larutan  sampel.  Konsentrasi  larutan  sampel  dihitung  dengan mengalikan  a dengan absorbansi contoh.
2 Pengujian fosfor
Sampel  diperlakukan  dengan  asam  nitrat  untuk  mengubah  semua metafosfat  dan  pirofosfat  menjadi  ortofosfat.  Kemudian  sampel  diperlakukan
dengan  asam  molibdat  dan  asam  vanadat  sehingga  ortofosfat  yang  ada  dalam sampel  akan  bereaksi  dengan  pereaksi-pereaksi  tersebut  dan  membentuk
kompleks  asam  vanadimolibdifosfat  yang berwarna  biru dan intensitas warnanya diukur dengan panjang gelombang 660 nm.
Sebanyak 20 gram ammonium molibdat dilarutkan dalam 400 ml akuades hangat  untuk  pembuatan  reaksi  vanadat  molibdat.  Sebanyak  1  gram  ammonium
vanadat untuk dilarutkan dalam 300 ml akuades dan didinginkan, secara perlahan- lahan  ditambahkan  140  ml  asam  nitrat  pekat,  setelah  tercampur  ditambahkan
pereaksi larutan vanadat molibdat dan diencerkan sampai volume 1 liter. Pada pembuatan larutan standar, sebanyak 4,394 gram KH
2
PO
4
dilarutkan dengan  menggunakan  akuades  sampai  1000  ml  untuk  mendapatkan  konsentrasi
fosfor  1000  ppm.  Konsentrasi  ini  kemudian  diencerkan  dengan  akuades  untuk mendapatkan konsentrasi standar fosfor yaitu 0, 2, 3, 4 dan 5 ppm. Larutan sampel
hasil pengabuan basah diambil sebanyak 10 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu  takar  100  ml.  Sebanyak  25  ml  pereaksi  vanadat  molibdat  ditambahkan  ke
dalam  sampel  tersebut  kemudian  diencerkan  dengan  akuades  sampai  tanda  tera. Selanjutnya  sampel  didiamkan  10  menit  dan  diukur  absorbansi  sampel  pada
panjang gelombang 660 nm.
3.4.5 Analisis asam lemak dengan GC