bertujuan agar mikroalga dapat beradaptasi dengan media pertumbuhan yang baru. Selanjutnya dilakukan perbesaran skala kultur dan pembuatan kurva
pertumbuhan. Pembuatan kurva pertumbuhan dilakukan dengan metode penghitungan langsung menggunakan haemasitometer.
Pemanenan C. gracilis dilakukan pada saat kultur berada pada fase stasioner. Pemanenan menggunakan sentrifuse dengan kecepatan 10.000 rpm pada
suhu 4
o
C selama 10 menit. Biomasa yang diperoleh selanjutnya dikeringkan dengan menggunakan freeze dryer dengan suhu -18
o
C selama ± 6 jam. Biomasa kering yang diperoleh selanjutnya dianalisis komponen kimianya.
3.4 Prosedur Analisis
Analisis yang dilakukan antara lain penghitungan jumlah sel, analisis proksimat, analisis komponen aktif, , analisis mineral, dan analisis kandungan
asam lemak dari biomasa kering C. gracilis.
3.4.1 Penghitungan jumlah sel Hadioetomo 1993
Penghitungan jumlah sel dalam kultur dilakukan dengan cara pengambilan sampel setiap harinya dengan menggunakan mikro pipet, kemudian dimasukkan
ke dalam chamber hemasitometer. Proses penghitungan jumlah sel adalah sebagai berikut:
1 Permukaaan hitung hemasitometer dibersihkan dengan secarik kertas lensa
yang telah dibasahi dengan setetes akuades. 2
Kaca tutup hemasitometer dibersihkan sampai tidak lagi tertinggal sisa- sisa kotoran pada permukaan.
3 Biakan Chaetoceros gracilis hasil pengambilan contoh diambil dengan
menggunakan mikro pipet sebanya k 250 μl dan diteteskan pada tempat
menaruh sampel dan ditutup dengan kaca penutup sehingga suspensi Chaetoceros gracilis menyebar pada ruang hitung.
4 Hemasitometer diletakkan di bawah lensa mikroskop, kemudian jumlah
sel yang terdapat dalam 80 kotak kecil yang bervolume 0,02 mm
3
dihitung dengan mikroskop pada perbesaran 400 kali.
5 Formulasi yang dipakai dalam menghitung kepadatan sel adalah sebagai
berikut:
Keterangan: N = kepadatan sel selml
∑ N1 = jumlah sel dalam 80 kotak ∑ N2 = jumlah sel dalam 80 kotak
1mm = panjang hemasitometer dalam 80 kotak 0,2mm = lebar hemasitometer dalam 80 kotak
0,1mm = tinggi hemasitometer dalam 80 kotak
Keterangan: Kotak yang dihitung jumlah selnya
3.4.2 Analisis proksimat
Analisis proksimat merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk memprediksi komposisi kimia suatu bahan, termasuk di dalamnya analisis kadar
air, lemak, protein, dan abu
1 Analisis kadar air AOAC 1995
Tahap pertama yang dilakukan untuk menganalisis kadar air adalah mengeringkan cawan porselen dalam oven pada suhu 105
o
C selama 1 jam. Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator kurang lebih 15 menit dan
dibiarkan sampai dingin kemudian ditimbang. Cawan tersebut ditimbang kembali hingga beratnya konstan. Sebanyak 5 gram contoh dimasukkan ke dalam cawan
tersebut, kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105
o
C selama 5 jam atau N =
hingga beratnya konstan. Setelah selesai, cawan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam desikator dan dibiarkan sampai dingin dan selanjutnya ditimbang
kembali. Perhitungan kadar air :
Kehilangan berat g = berat sampel awal g – berat setelah dikeringkan g
2 Analisis kadar lemak AOAC 1995
Contoh seberat 5 gram W
1
dimasukkan ke dalam kertas saring pada kedua ujung bungkus ditutup dengan kapas bebas lemak, kemudian sampel yang
telah dibungkus dimasukkan ke dalam tabung Soxhlet yang sudah ditimbang berat tetapnya W
2
dan disambungkan dengan labu lemak. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung Soxhlet dan disiram dengan pelarut
lemak n-heksana p.a.. Kemudian dilakukan refluks selama 6 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap.
Pada saat destilasi pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor, pelarut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak, selanjutnya labu lemak
dikeringkan dalam oven pada suhu 105
o
C, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan W
3
. Perhitungan kadar lemak:
Keterangan : W
1
= Berat sampel gram W
2
= Berat labu lemak kosong gram W
3
= Berat labu lemak dengan lemak gram
3 Analisis kadar protein AOAC 1980
Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Pengukuran kadar protein dilakukan dengan
metode mikro Kjeldahl. Sampel ditimbang sebanyak 1 gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 ml, lalu ditambahkan 0,25 gram kjeltab
campuran K
2
SO
4
dan CuSO
4
dan 3 ml H
2
SO
4
p.a. pekat. Sampel didestruksi pada suhu 400
o
C selama kurang lebih 1 jam sampai larutan jernih lalu didinginkan. Setelah dingin, ke dalam labu Kjeldahl ditambahkan 50 ml akuades
dan 5 ml NaOH 50, kemudian dilakukan proses destilasi dengan suhu destilator 100
o
C. Hasil destilasi ditampung dalam labu Erlenmeyer 125 ml yang berisi campuran 25 ml asam borat H
3
BO
3
4 dan 2 tetes indikator bromcherosol green-methyl red yang berwarna merah muda 1:2. Setelah volume destilat
mencapai 40 ml dan berwarna hijau kebiruan, maka proses destilasi dihentikan. Lalu destilat dititrasi dengan HCl 0,10 N sampai terjadi perubahan warna merah
muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis seperti contoh. Kadar protein dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Faktor Konversi = 6,25
4 Analisis kadar abu AOAC 1995
Cawan pengabuan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu 105
o
C, kemudian didinginkan selama 15 menit di dalam desikator dan ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan. Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke
dalam cawan pengabuan dan dipijarkan di atas nyala api hingga tidak berasap lagi. Setelah itu, dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 600
o
C selama 6 jam, kemudian ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan.
Kadar abu ditentukan dengan rumus:
5 Analisis karbohidrat
Pengukuran kadar karbohidrat dilakukan secara by difference, yaitu hasil pengurangan dari 100 dengan kadar air, kadar abu, kadar protein, dan kadar
lemak sehingga kadar karbohidrat tergantung pada faktor pengurangan. Hal ini karena karbohidrat sangat berpengaruh terhadap zat gizi lainnya. Kadar
karbohidrat dapat dihitung dengan mengunakan rumus:
3.4.3 Uji fitokimia Harborne 1987