berwarna merah menandakan adanya kandungan flavonoid pada sampel Egwaikhide Gimba 2007 diacu dalam Kristiono 2009.
2.6.4 Saponin
Saponin adalah senyawa aktif permukaan kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi rendah sering menyebabkan
hemolisis sel darah merah Robinson 1995. Saponin merupakan glikosida yang apabila dihidrolisis secara sempurna akan menghasilkan gula dan satu fraksi non-
gula yang disebut sapogenin atau genin. Saponin larut dalam air, sedikit larut atau tidak sama sekali dalam etanol dan metanol pekat yang dingin Muchtadi 1989.
Komponen saponin berperan dalam mereduksi kolesterol dan melawan kanker kolon. Saponin juga memiliki aktivitas antimikroba, merangsang sistem
imun, dan mengatur tekanan darah Astawan Kasih 2008. Saponin memberikan rasa pahit pada bahan pangan nabati Kristiono 2009.
2.6.5 Fenol hidokuinon
Kuinon adalah senyawa berwarna dan memiliki kromofor dasar. Pigmen quinon alami berada pada kisaran warna kuning muda hingga hitam. Untuk tujuan
identifikasi, quinon dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu benzoquinon, naftaquinon, antraquinon, dan isoprenoid quinon. Tiga kelompok pertama
umumnya terhidrolisis dan memiliki sifat fenol, sedangkan isoprenoid quinon terdapat pada respirasi seluler ubiquinon dan fostosintesis plastoquinon.
Komponen fenolat merupakan struktur aromatik yang berikatan dengan satu atau lebih gugus hidroksil, beberapa mungkin digantikan dengan gugus metil atau
glikosil Harborne 1987.
2.7 Asam Lemak
Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom karbon 4-24, memiliki gugus karboksil tunggal dan ujung hidrokarbon nonpolar
yang panjang. Hal ini yang menyebabkan hampir semua lipid bersifat tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau berlemak. Asam lemak adalah komponen
unit pembangun yang sifatnya khas untuk setiap lipid. Asam lemak tidak terdapat secara bebas atau berbentuk tunggal di dalam sel atau jaringan. Asam lemak
biasanya terdapat dalam bentuk yang terikat secara kovalen dari berbagai kelas
lipid yang berbeda, sehingga dapat dibebaskan dari ikatan tersebut melalui hidrolisis kimia atau enzimatik Muchtadi et al. 1993.
Asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh mempunyai titik cair lebih tinggi dibandingkan asam
lemak tidak jenuh. Oleh sebab itu, lipid yang tersusun oleh asam lemak tidak jenuh akan bersifat cair pada suhu kamar, sedangkan lipid yang tersusun oleh
asam lemak jenuh akan berbentuk padat pada suhu kamar. Asam lemak tidak jenuh yang mengandung satu ikatan rangkap disebut asam lemak tidak jenuh
tunggal MUFA. Asam lemak yang mengandung dua atau lenih ikatan rangkap disebut asam lemak tidak jenuh majenuk PUFA Muchtadi et al. 1993.
Polyunsaturated Fatty Acid PUFA akan berperan dalam proses tumbuh-kembang otak atau kecerdasan, perkembangan indera penglihatan, dan
sistem kekebalan tubuh bayi atau balita. Jenis PUFA yang paling terkenal adalah DHA dan EPA yang termasuk golongan omega-3. Jenis mikroalga yang
banyak mengandung omega yaitu Nitzchia closterium, Chaetoceros sp., Thalassiosira sp., Asterionella glacialis, dan lain-lain Viso Marty 1993.
Cadangan makanan dalam diatom paling besar disimpan dalam bentuk lipid, sehingga diatom dapat menjadi sumber asam lemak yang potensial, khususnya
PUFA Labeau Robert 2003 diacu dalam Pratiwi et al. 2009. Komposisi kimia pada mikroalga sangat tergantung pada kondisi
lingkungan dan fase pertumbuhan Richmond 2004. Hal ini juga berlaku untuk kandungan asam lemak. Komposisi lemak dan asam lemak pada mikroalga
bergantung pada intesitas cahaya, suhu, nutrien atau media pertumbuhan, dan fase pertumbuhan Pernet et al. 2003. Suhu lingkungan yang rendah dapat
meningkatkan pembentukan asam lemak tidak jenuh. Hal ini merupakan respon untuk melindungi ketidakstabilan membran sel. Chaetoceros gracilis tidak dapat
mensintesis PUFA secara lengkap ketika dikultur pada suhu 25-28
o
C Pratiwi et al. 2009.
2.8 GC Gas Chromatography