f. Lingkungan Lingkungan tempat seseorang tidur dapat berpengaruh pada
kemampuan untuk mulai tertidur dan mempertahankan waktu tidurnya. Ventilasi yang baik memberikan kenyamanan untuk tidur
tenang. Ukuran, kekerasan dan posisi tempat tidur juga mempengaruhi kualitas tidur. Selain itu, cahaya, suhu dan suara
dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Klien ada yang menyukai tidur dengan lampu yang dimatikan, remang-remang atau
tetap menyala. Suhu yang panas atau dingin menyebabkan klien mengalami kegelisahan Potter Perry, 2011.
g. Asupan makanan dan kalori Gangguan pola tidur dapat berhubungan dengan pola makan. Makan
dalam porsi besar, berat dan berbumbu pada makan malam juga menyebabkan makanan sulit dicerna sehingga dapat mengganggu
tidur. Penggunaan bahan-bahan yang mengandung kafein, nikotin, alkohol dan xanthine dapat merangsang sistem saraf pusat sehingga
berdampak pada perubahan pola tidur Potter Perry, 2011.
7. Perubahan Tidur pada Lanjut Usia
Jumlah tidur total pada umumnya tidak berubah sesuai pertambahan usia, akan tetapi kualitas tidur pada lansia kebanyakan
berubah Potter Perry, 2011. Periode REM cenderung memendek dimana terdapat progresif pada tahap tidur NREM 3 dan NREM 4, bahkan
beberapa lansia hampir tidak memiliki tahap tidur 4 atau disebut tidur
dalam. Selama proses penuaan, pola tidur mengalami perubahan yang khas, yang berbeda dengan orang pada umumnyadewasa normal. Hal
tersebut mencakup latensi tidur, gangguan tidur pada dini hari, dan peningkatan jumlah tidur siang serta waktu untuk tidur lebih dalam
menurun. Pada penelitian di laboratorium tidur, lansia memiliki waktu tidur
dalam delta sleep yang pendek, justru lebih panjang pada periode tidur stadium satu dan dua. Dari hasil test dengan alat Polysomnographic
ditemukan lansia mempunyai penurunan yang signifikan dalam Rapid Eye Movement REM dan Slow Wave Sleep. Pada lansia juga terjadi
perubahan irama sirkadian tidur normal, yang mengakibatkan kurang sensitif terhadap pencahayaan terang dan gelap Darmojo, 2009.
Normalnya irama sirkadian menjalankan peranan dalam pengeluaran hormon dan perubahan temperatur badan selama siklus 24
jam. Pada usia lanjut ekskresi kortisol dan GH serta perubahan temperatur tubuh berfluktuasi dan kurang menonjol. Hormon melatonin yang
diekskresikan pada malam hari dan berhubungan dengan tidur, menurun seiring bertambahnya usia Darmojo, 2009.
8. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia
Sampai saat ini berbagai penelitian menunjukkan, penyebab gangguan tidur pada lanjut usia dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Darmojo 2009 menyatakan bahwa ada 3 gangguan tidur yang digolongkan sebagai gangguan tidur primer, yakni terdiri atas;
a. Gangguan tidur karena gangguan pernapasan Sleep Disordered Breathing. Gangguan tidur ini ditandai dengan mengorok saat tidur
dan mengatuk hebat pada siang hari. Gangguan tidur ini dibagi menjadi 3, yaitu; Upper Airway Resistance Syndrome UARS,
Obstructive Sleep Apnea OSA, Obesity Hypoventilation Syndrome OHS. Jenis yang paling banyak ditemukan adalah Obstructive
Sleep Apnea OSA yang terjadi karena oklusi sebagian atau total saluran napas atas. Hal ini disertai dengan penurunan tonus otot
pernapasan dan jaringan pada cavum oral selama tidur. b. Sindrom kaki kurang tenang atau Restless Legs Syndrome RLS dan
gangguan gerakan tungkai secara periodik atau Periodic Limb Movement Disorder PLMD. Restless Legs Syndrome RLS
ditandai dengan rasa tidak enak pada kaki yang berlebihan selama malam saat penderita istirahat. Penderita juga merasa seperti
dirayapi semut atau hewan kecil sehingga menyebabkan penderita menggerakkan kakinya, atau berjalan guna menghilangkan rasa
tidak enak tersebut. Sedangkan gangguan tungkai yang periodik atau juga disebut Periodic Limb Movement Disorder PLMD, mungkin
menyertai sindrom kaki kurang tenang atau berdiri sendiri. Biasanya ditandai gerakan yang tiba-tiba dan berulang contohnya gerakan
menendang, lamanya sekitar 20-40 detik. Dengan adanya kondisi seperti ini, penderita biasanya mengeluhkan rasa lelah yang
berlebihan saat bangun tidur dan tidur tidak nyenyak.
c. Gangguan perilaku Rapid Eye Movement REM. Gangguan ini sangat jarang terjadi, tetapi sering muncul pada usia lanjut. Proses
yang mendasari gangguan ini adalah disinhibisi transmisi aktivitas motorik saat bermimpi. Pasien sering jatuh atau melompat dari
tempat tidur.
9. Penatalaksanaan Gangguan Tidur