Aspek Fisiologik dan Patologik

Dengan adanya penurunan fungsi sensorik, maka akan terjadi penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespon stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi yang berbeda dari stimulus yang ada Maryam, dkk, 2008. c. Teori spiritual Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan. Kepercayaan adalah sebagai suatu bentuk pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir. Sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan antara orang dan lingkungan yang terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-nilai dan pengetahuan Maryam, dkk, 2008.

3. Aspek Fisiologik dan Patologik

Dengan makin lanjutnya usia seseorang, maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik dan fungsional atas organ-organnya makin besar Darmojo, 2009. Proses ini menyebabkan perubahan- perubahan pada lansia diantaranya adalah: a. Perubahan sistem panca-indra Terdapat berbagai perubahan morfologik baik pada mata, telinga, hidung, syaraf perasa di lidah dan kulit. Perubahan yang bersifat degeneratif ini yang bersifat anatomik fungsional, memberi manifestasi pada morfologi berbagai organ panca indra tersebut baik pada fungsi melihat, mendengar, keseimbangan ataupun perasa dan perabaan. Pada keadaan yang ekstrim bahkan bisa bersifat patologik, misalnya terjadinya ektropionentropion, ulkus kornea, glaukoma dan katarak pada mata, sampai pada keadaan konfusio akibat penglihatan yang terganggu. Pada telinga dapat terjadi tuli konduktif, sindrom Meniere Keseimbangan Darmojo, 2009. b. Perubahan sistem gastro-intestinal Kehilangan gigi penyebab utama adanya periodontal disease, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk karies gigi dan gizi yang buruk, serta berkurangnya kekuatan otot rahang sehingga sering kali menyebabkan lansia kelelahan pada saat mengunyah makanan. Indra pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indra pengecap ± 80, hilangnya sensitifitas syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis, asin, asam dan, pahit sehingga menyebabkan penurunan nafsu makan yang dapat mengakibatkan kondisi defisiensi nutrisi pada lansia. Esofagus mengalami kemunduran dalam melakukan gerakan peristaltik, sehingga dapat menyebabkan lansia merasa disfagia, nyeri dada, muntah. Asam lambung menurun sehingga sensitifitas rasa lapar menurun dan waktu mengosongkan lambung menurun. Perubahan pada usus halus termasuk atropi dari permukaan mukosa, menipisnya lapisan villi, dan berkurangnya jumlah dari folikel limfatik. Pada pankreas terjadi penurunan jumlah sekresi pankreatik serta pengeluaran enzim yang berkurang. Penurunan aktivitas enzim berhungan dengan pencernaan lemak. Kemampuan peristaltik usus melemah sehingga biasanya timbul konstipasi pada lansia Darmojo, 2009. c. Perubahan sistem kardiovaskuler Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun, elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat Darmojo, 2009. d. Perubahan sistem respirasi Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas. Semua ini berakibat menurunnya rasio ventilasi-perfusi dibagian paru yang tak bebas dan pelebaran gradient alveolar arteri untuk oksigen. Oklusi sebagian atau total saluran napas atas dapat terjadi, hal ini dapat menyebabkan Obstructive Sleep Apnea OSA. Disamping itu, terjadi penurunan refleks batuk dan refleks fisiologik lain yang menyebabkan peningkatan kemungkinan terjadinya infeksi akut pada saluran napas bawah Darmojo, 2009. e. Perubahan sistem endokrin Produksi semua hormon menurun begitu pula menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya Basal Metabolic Rate BMR juga menurunnya pertukaran zat dan produksi aldosteron, estrogen dan testosteron. Kematian sel merupakan hal yang mendominasi pada perubahan sistem endokrin secara fisiologis, karena kematian sel inilah perubahan sistem endokrin pada lansia ditemukan bahwa hampir semua produksi hormon berkurang. Salah satu contoh penurunan sistem endokrin adalah terganggunya sekresi norepinephrine dan serotonin. Keduanya berperan dalam hal terjaga dan rasa kantuk. Hal inilah yang mengakibatkan gangguan tidur. Darmojo, 2009. f. Perubahan sistem muskulokeletal Tulang kehilangan density cairan dan makin rapuh sehingga menyebabkan pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas, begitupun dengan persendian yang menjadi kaku dan membesar. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis, juga adanya atrofi serabut otot sehingga menyebabkan pergerakan yang lambat, otot-otot dapat mudah menjadi kram dan tremor, sehingga sering dijumpai sebagai gejala Restless Legs Syndrome RLS, tetapi pada otot polos tidak begitu terpengaruh. Dengan bertambahnya usia, proses berpasangan “coupling” penulangan yaitu perusakan dan pembentukan tulang melambat, terutama pembentukannya. Hal ini selain akibat menurunnya aktivitas tubuh, juga akibat menurunnya hormon estrogen wanita, vitamin D terutama mereka yang kurang terkena sinar matahari dan beberapa hormon lain, misalnya parathormon dan kalsitonin Darmojo, 2009. g. Perubahan sistem perkemihan Terjadi perubahan yang signifikan pada sistem perkemihan. Banyak yang mengalami kemunduran contohnya laju filtrasi, ekskresi dan reabsorbsi oleh ginjal, hilangnya protein terus menerus dari ginjal, penurunan kapasitas kandung kemih, nokturia, peningkatan inkontinensia urgensi, dan stres pada wanita terjadi akibat penurunan tonus otot perineal. Pada pria sering terjadi retensi urin dan sulit berkemih akibat pembesaran prostat Potter Perry, 2011. h. Perubahan sistem imun Sistem imun merupakan mekanisme yang digunakan untuk mempertahankan keutuhan tubuh, sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Sebanyak 30 kematian pada lansia disebabkan oleh penyakit infeksi. Bagian tubuh yang bertanggung jawab dalam hal penanganan penyakit infeksi dalam tubuh adalah sistem barier tubuh. Contoh sistem barier pada tubuh adalah batuk, bersin, permukaan mukosa, kulit, sel silia, air mata dan, pH lambung. Pada lansia mekanisme pertahanan ini mengalami penurunan kemampuan, hal ini menyebabkan penurunan kemampuan tubuh dalam menghilangkan bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Penurunan sensitivitas imun pada lansia berhubungan dengan penurunan kelenjar-kelenjar imun, seperti kelenjar timus, kelenjar limfe, dan limpa Fatmah, 2010. i. Perubahan sistem saraf Berat otak pada lansia umumnya menurun 10-20. Selain penurunan berat otak, terjadi juga penebalan meningen, kedalaman giri dan sulci berkurang pada otak lansia Darmojo, 2009. Pada lansia, resiko sindrom Parkinson dan demensia tipe Alzheimer disebabkan oleh adanya degenerasi pigmen substansia nigra, kekusutan neurofibriler, dan juga pembentukan badan-badan hinaro. Perubahan patologik pada jaringan saraf sering diikuti berbagai penyakit metabolik seperti diabetes mellitus, hipertiroid, hipotiroid, yang juga menyebabkan gangguan pada susunan saraf tepi Fatmah, 2010. Perubahan lain yang terjadi pada lansia yakni perubahan kognitif dan perubahan psikososial Potter Perry, 2011. a. Perubahan Kognitif Kemampuan kognitif terdiri dari intelektual atau kecerdasan, ingatan atau konsentrasi, dan bahasa. Pada lansia mengalami penurunan atau kerusakan umum fungsi intelektual yang biasa disebut dengan demensia. Lansia juga mengalami penurunan kemampuan dalam mengingat jangka pendek dan menyimpan informasi baru ke memori jangka panjang juga menurun. Perubahan kemampuan bahasa juga ikut mengalami penurunan, misalnya dapat dijumpai adanya Sindrom Wernicke Potter Perry, 2011. b. Perubahan psikososial Perubahan psikososial terus terjadi seiring dengan terjadinya penuaan. Meskipun perubahan tersebut bervariasi, tetapi beberapa perubahan biasa terjadi pada mayoritas lansia seperti; pensiun, isolasi sosial, seksualitas, dan kematian. Akibat perubahan ini, lansia dapat mengalami depresi yang beratnya tergantung pada stressor yang di dapat. Pada umumnya depresi dapat mengakibatkan gangguan tidur, berat tidaknya gangguan tidur tergantung dari depresi yang dialaminya Potter Perry, 2011.

B. Tidur

Dokumen yang terkait

PENGARUH MASASE KAKI DAN RENDAM AIR HANGAT PADA KAKI TERHADAP PENURUNAN Pengaruh Masase Kaki Dan Rendam Air Hangat Pada Kaki Terhadap Penurunan Insomnia Pada Lansia.

6 33 12

PENGARUH MASASE KAKI DAN RENDAM AIR HANGAT PADA KAKI TERHADAP PENURUNAN Pengaruh Masase Kaki Dan Rendam Air Hangat Pada Kaki Terhadap Penurunan Insomnia Pada Lansia.

0 22 16

PENGARUH TERAPI RENDAM AIR HANGAT PADA KAKI TERHADAP INSOMNIA PADA LANSIA DI KELURAHAN ANGGES KECAMATAN TAHUNA BARAT

0 0 8

Pengaruh Rendam Air Hangat Pada Kaki Dalam Meningkatan Kuantitas Tidur Lansia

0 0 5

View of PENGARUH RENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI DESA PAKUSAMBEN KECAMATAN BABAKAN KABUPATEN CIREBON

0 0 14

SKRIPSI PENGARUH RENDAM KAKI AIR HANGAT TERHADAP LATENSI DAN DURASI TIDUR LANSIA DI PANTI WERDHA SINAR ABADI SINGKAWANG, KALIMANTAN BARAT

0 0 15

PENGARUH RENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT TERHADAP KUALITAS TIDUR USIA LANJUT DI DUSUN MANGIRAN TRIMURTI SRANDAKAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Rendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap Kualitas Tidur Pada Usia Lanjut di Dusun Mangiran Trimurti Srandakan

0 0 16

PENGARUH MANDI DENGAN AIR HANGAT TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI BPSTW UNIT BUDHI LUHUR BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH MANDI DENGAN AIR HANGAT TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI BPSTW UNIT BUDHI LUHUR BANTUL YOGYAKARTA - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 12

PENGARUH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR LANSIA DI DESA ARGOPENI KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN

0 0 17

STUDI KASUS Penerapan Rendam Air Hangat Pada Kaki Dalam Meningkatkan Kuantitas Tidur Pada Lansia di Puskesmas Bae

0 1 10