Saran Penetapan Kadar Metampiron dan Fenilbutazon Dalam Sediaan KapsulSecara Spektrofotometri Derivatif dengan Metode Zero Crossing

40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan:

1. Metode spektrofotometri derivatif dengan zero crossing dapat digunakan untuk menetapkan kadar campuran metampiron dan fenilbutazon dalam sediaan kapsul. 2. Kadar metampiron dan fenilbutazon dalam sediaan sampel kapsul X memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi V 2014 dengan persentase kadar 100,57 untuk metampiron dan 99,08 untuk fenilbutazon. 3. Uji validasi yang dilakukan pada sampel sediaan kapsul X menunjukkan bahwa metode spektrofotometri derivatif memenuhi persyaratan validasi dengan persen perolehan kembali dari metampiron adalah 99,673 dengan simpangan baku relative RSD 1,33 dan untuk fenilbutazon diperoleh persen perolehan kembali 99,59, dengan simpangan baku relatif RSD 1,23.

5.2 Saran

Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut pada penetapan kadar campuran metampiron dan fenilbutazon pada sediaan kapsul dengan menggunakan pelarut yang berbeda dan metode spektrofotometri derivatif yang berbeda seperti ratio spectra, dan peak to peak. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1Uraian Bahan 2.1.1 Metampiron Menurut Ditjen, BKAK., 2014, uraian tentang metampiron sebagai berikut: Rumus struktur: Gambar 2.1 Struktur Metampiron Nama Kimia : Natrium 2,3-dimetil-1-fenil-5-pirazolon-4 metil amino metana sulfonat Rumus Molekul : C 13 H 16 N 3 NaO 4 S.H 2 O Berat Molekul : 351,37 Pemerian : serbuk hablur, putih atau putih kekuningan Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, 30 bagian etanol, tidak larut dalam eter, CHCl 3 dan Aseton Metampiron adalah derivat sulfonat dari aminofenazon yang larut dalam air. Derivat aminofenazon berkhasiat analgetis, antipiretis,dan antiradang. Obat ini dapat secara mendadak dan tak terduga menimbulkan kelainan darah yang adakalanya fatal Tan dan Rahardja, 2013. Metampiron adalah natrium sulfonat dari aminophenazone dan memiliki sifat yang sama. Karena risiko efek samping yang serius, di banyak negara 6 penggunaannya dianggap dibenarkan hanya dalam rasa sakit berat atau demam di mana tidak ada alternatif yang tersedia atau sesuai. metampiron telah diberikan secara oral dalam dosis 0,5-4 g sehari dalam dosis terbagi. Hal ini juga telah diberikan secara intramuscular atau intravena injeksi dan rektal sebagai supositoria Sweetman, 2009.

2.1.2 Fenilbutazon

Menurut Ditjen, BKAK., 2014, uraian tentang fenilbutazon sebagai berikut: Rumus Struktur: Gambar 2.2 Struktur Fenilbutazon Nama Kimia : 4-Butil-1,2-difenil-3,5-pirazolidinadion Rumus Molekul : C 19 H 20 N 2 O 2 Berat Molekul : 308,38 Pemerian : Serbuk hablur, putih atau agak putih; tidak berbau Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam aseton dan dalam eter; larut dalam etanol Fenilbutazon adalah obat anti-inflamasi non-steroid AINS yang bekerja sebagai anti-inflamasi melalui penghambatan enzim siklooksigenase dan penghambatan terhadap pembentukan mediator inflamasi, seperti prostaglandin Cairsns, 2008. 7 Beberapa jenis antiinflamasi antara lain fenilbutazon, sulfinpirazon, oksifenbutazon dan asam mefenamat, dapat menggeser antikoagulan oral dari ikatannya dengan albumin plasma. Penggeseran ini menyebabkan peningkatan sementara kadar antikoagulan oral bebas dalam darah; biotransformasi dan eksresi juga meningkat sehingga masa paruh diperpendek, selanjutnya akan tercapai taraf- mantap baru dengan nilai kadar antikoagulan bebas di dalam darah dan masa protrombin seperti belum terjadi interaksi obat. Meskipun hanya bersifat sementara, peningkatan kadar antikoagulan oral bebas dalam darah ini dapat menyebabkan perdarahan berat Dewoto, 2011. Fenilbutazon, turunan pirazolon, adalah NSAID. Namun, karena toksisitas dan khususnya hematologis yang merugikan, tidak digunakan sebagai analgesik umum atau antipiretik. Meskipun fenilbutazon efektif di hampir semua muskuloskeletal dan gangguan sendi termasuk ankylosing spondylitis, gout akut, osteoarthritis, dan rheumatoid arthritis, itu hanya harus digunakan dalam kondisi akut mana obat dosis rendah telah gagal. Dosis oral awal hingga 600 mg sehari dalam dosis terbagi telah digunakan dalam pengobatan gangguan rematik meskipun sampai 800 mg per hari mungkin diperlukan di gout akut. Setelah 1-3 hari, dosis harus dikurangi dengan jumlah minimum yang efektif, yang mungkin sedikit 200 mg sehari; pengobatan harus diberikan untuk periode singkat, sampai maksimum biasa 1 minggu. Dosis dikurangi direkomendasikan pada pasien usia lanjut Sweetman, 2009. 8

2.2 Spektrofotometri