16
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan metode spektrofotometri derivatif terhadap analisa campuran metampiron dan fenilbutazon
dalam sediaan kapsul.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan September 2015 di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3.3 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer UV- Visible dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 32, Personal Computer PC yang
dilengkapi software UV Probe 2.42 UV-1800 Shimadzu, neraca analitik Mettler Toledo, kuvet, kertas saring, bola karet, spatula, alat-alat gelas dan alat-alat lainnya
yang diperlukan dalam penyiapan sampel.
3.4 Bahan
Bahanyang digunakan adalah Etanol-HCl 0,1 N, fenilbutazon BPFI, metampiron BPFI sertifikat pengujian dapat dilihat pada Lampiran 27 dan 28
halaman 117 dan 118, Neo Antidorin® Kapsul PT Samphindo Kimia Farmasi Industri.
17
3.5 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif, yaitu ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang terambil mempunyai karakteristik yang sama
dengan yang diteliti Sudjana, 2005. Sampel yang digunakan yaitu yang mengandung metampiron 300 mg dan fenilbutazon 125 mg. Gambar sediaan dan
daftar spesifikasi sediaan kapsul dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2 halaman 43 dan 44.
3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Pembuatan Pelarut
Diencerkan 8,5 mL HCl 37 dan diadkan sampai 1 liter dengan Etanol Ditjen, POM., 1995. Perhitungan pembuatan pereaksi dapat dilihat pada Lampiran
4 halaman 46. 3.6.2 Pembuatan Larutan Induk Baku dan Larutan Standar
3.6.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Metampiron
Ditimbang seksama 50 mg metampiron dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, dilarutkan dan diencerkan dengan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh
larutan dengan konsentrasi 500 µgml LIB I. Diambil 5 ml dari LIB I kemudian di encerkan dengan pelarut di dalam labu ukur 25 ml untuk mendapatkan larutan
dengan konsentrasi 100 µgml LIB II. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat
pada Lampiran 5 halaman 47. 3.6.2.2 Pembuatan Larutan Induk Baku Fenilbutazon
Ditimbang seksama 50 mg fenilbutazon BPFI dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, dilarutkan dan diencerkan dengan pelarut hingga garis tanda sehingga
18 diperoleh larutan dengan konsentrasi 500 µgml LIB I. Diambil 5,0 ml dari LIB I
kemudian diencerkan dengan pelarut di dalam labu ukur 25 ml untuk mendapatkan larutan dengan konsentrasi 100 µgml LIB II. Bagan alir prosedur penelitian dapat
dilihat pada Lampiran 5 halaman 48.
3.6.2.3 Pembuatan Larutan Standar Metampiron
Larutan standar dibuat dalam 5 labu tentukur 10 mL yang memiliki konsentrasi masing-
masing 12 μgmL, 16 μgmL, 20 μgmL, 24 μgmL, dan 28 μgmL. Dipipet sebanyak 1,2 mL; 1,6 mL; 2,0 mL; 2,4 mL; dan 2,8 mL dari LIB II
metampiron, kemudian dimasukkan ke dalam 5 labu tentukur 10 mL dan dicukupkan volumenya sampai garis tanda dengan pelarut Etanol-HCl 0,1 N. Bagan alir prosedur
penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 49.
3.6.2.4 Pembuatan Larutan Standar Fenilbutazon
Larutan standar dibuat dalam 5 labu tentukur 10 mL yang memiliki konsentrasi masing-
masing 4 μgmL, 6 μgmL, 8 μgmL, 10 μgmL, dan 12 μgmL. Dipipet sebanyak 0,4 mL; 0,6 mL; 0,8 mL; 1,0 mL; dan 1,2 mL dari LIB II
fenilbutazon, kemudian dimasukkan ke dalam 5 labu tentukur 10 mL dan dicukupkan volumenya sampai garis tanda dengan pelarut Etanol-HCl 0,1 N. Bagan alir prosedur
penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 50.
3.6.3 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum 3.6.3.1 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Metampiron
Diambil sebanyak 1,6 mL dari LIB II metampiron konsentrasi = 100 μgmL kemudian dimasukan ke dalam labu tentukur 10 mL untuk diencerkan
dengan pelarut Etanol-HCl 0,1 N hingga garis tanda, lalu dikocok sampai homogen untuk memperoleh larutan dengan konsentrasi 16 μgmL. Diukur serapannya pada
19 panjang gelombang 200-400 nm. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada
Lampiran 5 halaman 49.
3.6.3.2 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Fenilbutazon
Diambil sebanyak 0,95 mL dari LIB IIfenilbutazon konsentrasi = 100 μgmL kemudian dimasukan ke dalam labu tentukur 10 mL untuk kemudian
dilarutkan denganEtanol-HCl 0,1 N. Selanjutnya larutan diencerkan dengan pelarut yang sama hingga garis tanda, lalu dikocok sampai homogen untuk memperoleh
larutan fenilbutazon dengan konsentrasi 9,5 μgmL. Diukur serapannya pada panjang
gelombang 200-400 nm. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 50.
3.6.4 Pembuatan Spektrum Serapan Derivatif 3.6.4.1 Pembuatan Spektrum Serapan Derivatif Metampiron
Dibuat spektrum serapan tanpa diderivatkan dari larutan standar metampiron dengan konsentrasi 12 μgmL, 16 μgmL, 20 μgmL, 24 μgmL, dan 28
μgmL pada panjang gelombang 200-400 nm. Kemudian spektrum ditransformasikan menjadi spektrum serapan derivat pertama dan
kedua dengan Δλ = 2 nm. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 47.
3.6.4.2 Pembuatan Spektrum Serapan Derivatif Fenilbutazon
Dibuat spektrum serapan tanpa diderivatkan dari larutan standar fenilbutazon dengan konsentrasi 4 μgmL, 6 μgmL, 8 μgmL, 10 μgmL, dan 12
μgmL pada panjang gelombang 200-400 nm. Kemudian spektrum ditransformasikan menjadi spektrum serapan derivat per
tama dan kedua dengan Δλ = 2 nm. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 48.
.
20
3.6.5 Penentuan Zero Crossing
Penentuan zero crossing diperoleh dengan menumpangtindihkan spektrum serapan masing-masing derivat dalam berbagai konsentrasi larutan. Zero crossing
masing-masing zat ditunjukkan oleh panjang gelombang yang memiliki serapan nol pada berbagai konsentrasi.
3.6.6 Penentuan Panjang Gelombang Analisis
Dibuat larutan metampiron dengan konsentrasi 24 μgmL, larutan
fenilbutazon dengan konsentrasi 10 μgmL, dan larutan campuran metampiron 24
μgmL dan fenilbutazon 10 μgmL. Kemudian ketiga larutan ini diukur serapannya pada panjang gelombang 200–400 nm.Selanjutnya ditransformasikan menjadi
spektrum serapan derivat pertama dan kedua dari masing-masing zat tunggal dan dari campuran metampiron dan fenilbutazon. Spektrum serapan derivat kedua dari
larutan zat tunggal dan campuran keduanya ditumpangtindihkan. Panjang gelombang yang dipilih untuk menjadi panjang gelombang analisis adalah yang pada panjang
gelombang tertentu, serapan tunggal salah satu senyawa nol sedangkan serapan tunggalsenyawa pasangannya dan campuran keduanya hampir sama atau persis
sama,karena pada panjang gelombang tersebut dapat secara selektifmengukur serapan salah satu senyawa tanpa diganggu oleh serapan senyawa pasangannya.
3.6.7 Pembuatan dan Penentuan Linearitas Spektrum Kalibrasi 3.6.7.1Pembuatan dan Penentuan Linearitas Spektrum Kalibrasi Metampiron
Dibuat larutan standar metampiron dengan konsentrasi 12 μgmL,16
μgmL,20 μgmL,24 μgmL, dan 28 μgmL, kemudian diukur serapan derivat kedua Δλ = 2 nm pada panjang gelombang analisis yang telah ditentukan. Kemudian
dilakukan analisis hubungan antara konsentrasi dan nilai serapan sehingga diperoleh
21 persamaan regresi linear y = ax + b. Berdasarkan nilai serapan pada panjang
gelombang analisis, dilakukan pula perhitungan limit deteksi limit of detection LOD dan limit kuantitasi limit of quantitation LOQ.Untuk menentukan batas
deteksi LOD dan batas kuantitasi LOQ dapat digunakan rumus :
�� = � ∑� − ��
2
� − 2
��� =
3× ��
�����
��� = 10 ×
�� �����
Keterangan : SB = Simpangan baku
LOD = Limit of Detection LOQ = Limit of Quantitation
3.6.7.2 Pembuatan dan Penentuan Linearitas Spektrum Kalibrasi Fenilbutazon
Dibuat larutan standar fenilbutazon dengan konsentrasi 4 μgmL,6 μgmL,8
μgmL, 10 μgmL dan 12 μgmL, kemudian diukur serapan derivat kedua Δλ = 2 nm pada panjang gelombang analisis yang telah ditentukan. Kemudian dilakukan
analisis hubungan antara konsentrasi dan nilai serapan sehingga diperoleh persamaan regresi linear y = ax + b. Berdasarkan nilai serapan pada panjang gelombang analisis,
dilakukan perhitungan limit deteksi limit of detection LOD dan limit kuantitasi limit of quantitation LOQ. Perhitungan untuk menentukan LOD dan LOQ seperti
rumus sebelumnya.
22
3.6.8 Penentuan Kadar Metampiron dan Fenilbutazon Dalam Sediaan Kapsul
Ditimbang 20 sampel sediaan kapsul X yang mengandung metampiron 300 mg dan fenilbutazon 125 mg kemudian digerus dalam lumpang sampai halus dan
homogen. Selanjutnya ditimbang seksama sejumlah serbuk setara dengan 50 mg metampiron, dihitung kesetaraan fenilbutazon yang terkandung didalamnya
penimbangan serbuk dilakukan sebanyak 6 kali pengulangan. Selanjutnya dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, dan dilarutkan dengan Etanol-HCl 0,1 N
dengan sonikator selama ±15 menit, kemudian dicukupkan dengan Etanol-HCl 0,1 N sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Larutan tersebut kemudian
disaring, lebih kurang 10 mL filtrat pertama dibuang. Filtrat selanjutnya ditampung, kemudian dari filtrat ini dipipet sebanyak 0,24 mL, dimasukkan ke dalam labu
tentukur 10 mL dan dicukupkan dengan Etanol-HCl 0,1 N sampai garis tanda sehingga diperoleh larutan yang didalamnya terdapat metampiron konsentrasi 24
μgmL dan fenilbutazon konsentrasi 10 μgmL. Diukur serapan pada panjang gelombang 200
−400 nm, selanjutnya spektrum serapan ditransformasikan menjadi spektrum serapan derivat kedua dengan Δλ 2 nm pada panjang gelombang analisis
metampiron dan fenilbutazon masing-masing 251,20 nm dan 222,60 nm. Bagan alir prosedur penelitian penentuan kadar metampiron dan fenilbutazon dapat dilihat pada
lampiran 5 halaman 36-37.
3.6.9 Analisis Data Penetapan Kadar Secara Statistik
Data perhitungan kadar metampiron dan fenilbutazon dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji T
Tabel
distribusi t dapat dilihat pada Lampiran 26 halaman 87.
23 Menurut Rohman 2007, rumus yang digunakan untuk mencari standar
deviasi adalah :
SD =
1 -
n X
- Xi
2
∑
Sedangkan menurut sudjana 2005, untuk mencari t hitung digunakan rumus:
t
hitung
= n
SD X
Xi −
Data diterima jika -t
tabel
t
hitung
t
tabel
pada interval kepercayaan 95 dengan nilai α = 0,05.
Keterangan : SD
= Standard deviation simpangan baku Xi
= Kadar dalam satu perlakuan
−
X
= Kadar rata-rata dalam satu sampel mg100g n
= Jumlah perlakuan α
= Tingkat kepercayaan Menurut Sudjana 2005, untuk menghitung kadar metampiron dan
fenilbutazon sebenarnya dalam sampel secara statistik dapat digunakan rumus: µ =
X
± [tα2, dk x SD √n ] Keterangan : SD
= Standard deviation simpangan baku
−
X
= Kadar rata-rata dalam satu sampel n
= Jumlah perlakuan t
= Harga t
tabel
sesuai dengan derajat kepercayaan
24
3.6.10 Uji Validasi 3.6.10.1 Uji Akurasi
Uji akurasi dilakukan dengan metode penambahan bahan baku yaitu dengan membuat 3 konsentrasi analit sampel dengan rentang spesifik 80, 100, 120.
Dimana pada masing-masing rentang spesifik digunakan 70 sampel dan 30 baku yang akan ditambahkan Harmita, 2004.
Kemudian campuran sampel dan baku diukur serapannya pada panjang gelombang 200–400 nm, selanjutnya spektrum serapan ditransformasikan menjadi
spektrum serapan derivat kedua dengan Δλ 2 nm pada panjang gelombang analisis metampiron dan fenilbutazon masing-masing 251,20 nm dan 222,60 nm.
Menurut Harmita 2004, perhitungan persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus:
perolehan kembali =
C
F
− C
A
C
A ∗
x 100 Keterangan:
C
F
= Konsentrasi sampel setelah penambahan bahan baku C
A
= Konsentrasi sampel sebelum penambahan bahan baku C
A
= Jumlah baku yang ditambahkan
3.6.10.2 Uji Presisi
Presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual
ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya
keseksamaan metode yang dilakukan Harmita, 2004.
25 Menurut Rohman 2007,simpangan baku relatif dapat dihitung dengan
rumus berikut ini : RSD =
�� �
× 100 Keterangan
: �
= Kadar rata-rata sampel SD = Standard Deviation
RSD = Relative Standar Deviation
26
nm . 200.00
250.00 300.00
350.00 400.00
Ab s.
1.30000 1.00000
0.50000
0.00000 -0.10000
27
Gambar 4.3 Spektrum tumpang tindih serapan maksimum metampiron konsentrasi
16 µgmL dan fenilbutazon konsentrasi 9,5 µgm Dari Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa hasil tumpang tindih serapan
metampiron dan fenilbutazon terdapat serapan yang berimpit. Berdasarkan hasil spektrum tumpang tindih serapan maksimum diatas maka tidak dapat dilakukan
penetapan kadar masing-masing komponen maka dilakukan derivatisasi terhadap masing-masing komponen.
4.2 Penentuan Spektrum Serapan