10 lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang gelombang
antara 350- 900 nm. 2.
Monokromotor: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya berupa prisma untuk mengarahkan sinar
monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian. 3.
Kuvet sel: digunakan sebagai wadah sampel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya spektrofotometer. Kuvet itu haruslah meneruskan energi
radiasi dalam daerah spektrum yang diinginkan. Pada pengukuran di daerah sinar tampak, kuvet dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah
ultraviolet kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Kuvet tampak dan ultraviolet yang khas mempunyai
ketebalan 1 cm. 4.
Detektor: Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang.
2.3. Spektrofotometri Derivatif
Konsep derivatif telah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1950, dimana terlihat memberikan banyak keuntungan. Aplikasi utama spektrofotometri derivatif
ultraviolet–visibel adalah untuk identifikasi kualitatif dan analisis senyawa dalam sampel. Metode spektrofotometri derivatif sangat cocok untuk analisis pita absorpsi
yang overlapping atau tumpang tindih Owen, 1995. Spektrum derivatif dapat digunakan untuk menjelaskan pita-pita serapan
dalam spectrum UV yang lebih kompleks. Efek utama derivatisasi adalah menghilangkan dasar pita-pita serapan luas yang hanya terdapat perubahan bertahap
11 pada kemiringan. Spektrum derivatif pertama diperoleh dengan memplot spectrum
yang kemiringannya nol pada puncak maksimum dan kemiringannya maksimum pada sekitar separuh dari tinggi puncak. Pada spectrum derivatif kedua, kemiringan
segmen 2 nm yang berdekatan dibandingkan dan ini memberikan titik-titik bagian kurva maksimum pada spectrum tersebut Watson, 2009.
Spektrofotometri derivatif berkaitan dengan transformasi spektrum serapan menjadi spektrum derivatif pertama, kedua atau spektrum derivatif dengan order
yang lebih tinggi. Spektrum derivat pertama dibuat dengan memplotkan dA dλ dengan panjang gelombang, derivat kedua dibuat dengan memplotkan d
2
A d λ
2
dengan panjang gelombang dan seterusnya Ditjen, POM., 1995. Jika kita berasumsi bahwa Spektrum orde-nol memenuhi hukum Beer, maka
ada hubungan linear yang sama antara konsentrasi dan amplitudo untuk semua turunan:
Orde nol � = � � �
Orde pertama ��
�� =
�� �� ��
Orde ke-n �
�
� ��
�
= �
�
� ��
�
�� Keterangan:
λ = Panjang Gelombang A = Absorbansi
ε = Absorptivitas b = Tebal Kuvet
12 c = Konsentrasi Sampel
Untuk komponen kuantifikasi tunggal pemilihan gelombang untuk spektrum derivatif ini tidak sederhana seperti untuk spektrum absorbansi karena ada baik
puncak positif dan puncak negatif. Untuk orde mantap yang derivatif ada puncaknya maksimum atau minimum pada saat yang sama panjang gelombang maksimum
sebagai spektrum absorbansi Owen,1995. Ada empat aplikasi spektrofotometri derivatif yang sering digunakan dalam
analisa kuantitatif, antara lain metode peak to zero zero crossing, metode peak to peak, metode peak to tangent dan metode peak to peak ratio Talsky, 1994.
Panjang gelombang zero crossing adalah panjang gelombang dimana senyawa tersebut mempunyai serapan nol dan menjadi panjang gelombang analisis
untuk zat lain dalam campurannya. Metode zero crossing memisahkan campuran dari spektrum derivatifnya pada saat panjang gelombang komponen pertama tidak ada
sinyal. Pengukuran pada zero crossing tiap komponen dalam campuran merupakan fungsi tunggal konsentrasi dari yang lainnya Nurhidayati, 2007.
Panjang gelombang serapan maksimum suatu senyawa pada spektrum normal akan menjadi panjang gelombang zero crossing pada spektrum derivatif pertama,
panjang gelombang tersebut tidak mempunyai serapan atau dA dλ = 0 Nurhidayati, 2007.
Bila campuran analit memiliki panjang gelombang zero crossing lebih dari satu, maka yang dipilih untuk dijadikan panjang gelombang analisis adalah panjang
gelombang zero crossing yang serapan pasangannya dan campurannya persis sama, karena pada panjang gelombang tersebut dapat secara selektif mengukur serapan
senyawa pasangannya dan memiliki serapan yang paling besar. Pada serapan yang
13 paling besar, serapannya lebih stabil sehingga kesalahan analisis dapat diperkecil
Nurhidayati, 2007.
2.4. Validasi Metode Analisis