Hasil Ekstraksi Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Povidon Iodin

38 Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total, dan kadar abu tidak larut asam serbuk simplisia daun titanus No. Parameter Hasil MMI 1. Kadar air 5,97 - 2. Kadar sari larut air 9,03 - 3. Kadar sari larut etanol 9,72 - 4. Kadar abu total 9,14 - 5. Kadar abu tidak larut asam 0,87 - Keterangan : - : tidak ada Syarat kadar sari larut dalam air, kadar sari larut dalam etanol, kadar abu total dan kadar abu tidak larut dalam asam pada umumnya untuk masing-masing simplisia tidak sama. Pada pemeriksaan ini, karakterisasi simplisia belum tertera didalam Materia Medika Indonesia MMI. Penetapan kadar air pada simplisia dilakukan untuk mengetahui jumlah air yang terdapat di dalam simplisia. Hasil yang diperoleh dari penetapan kadar air yaitu 5,97. Kadar air yang melebihi 10 dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan jamur. Penetapan kadar sari larut air dilakukan untuk mengetahui jumlah senyawa yang bersifat polar yang dapat tersari dalam pelarut air. Kadar sari larut air yang diperoleh adalah 9,03. Penetapan kadar sari larut etanol dilakukan untuk mengetahui jumlah senyawa yang bersifat polar maupun non polar yang dapat tersari dalam pelarut etanol. Kadar sari larut etanol yang diperoleh adalah 9,72. Penetapan kadar abu total dilakukan untuk mengetahui jumlah mineral pada sampel. Kadar abu total diperoleh 9,14. Penetapan kadar abu tidak larut asam dilakukan untuk mengetahui jumlah mineral yang tidak larut dalam asam, seperti silikat. Kadar abu tidak larut asam yang diperoleh adalah 0,87.

4.3 Hasil Ekstraksi

Universitas Sumatera Utara 39 Hasil ekstraksi 500 g serbuk simplisia dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96, bertujuan untuk mengekstraksi senyawa yang terdapat pada simplisia daun titanus, baik bersifat polar maupun non polar, diperoleh ekstrak etanol daun titanus sebanyak 65 g.

4.4 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Povidon Iodin

Hasil uji aktivitas antibakteri povidon iodin terhadap Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa pada Tabel 4.2, 4.3 dan 4.4. Tabel 4.2 Data hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus No. Konsentrasi Diameter daerah hambatan mm Povidon iodin 1. 10 19,16 2. 7,5 18,56 3. 5 17,33 4. 2,5 14,36 5. 1 10,43 6. 0,5 7,46 7. 0,25 - 8. Blanko Aquadest - Keterangan : : Diameter rata- rata tiga kali pengulangan; - : Tidak ada hambatan Tabel 4.3 Hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis Universitas Sumatera Utara 40 No. Konsentrasi Diameter daerah hambatan mm Povidon iodin 1. 10 19,1 2. 7,5 17,46 3. 5 15,93 4. 2,5 14,71 5. 1 11,16 6. 0,5 7,46 7. 0,25 - 8. Blanko Aquadest - Keterangan : : Diameter rata- rata tiga kali pengulangan; - : Tidak ada hambatan Tabel 4.4 Hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa No. Konsentrasi Diameter daerah hambatan mm Povidon iodin 1. 10 18,76 2. 7,5 17,28 3. 5 15,23 4. 2,5 14.08 5. 1 11,1 6. 0,5 7,35 7. 0,25 - 8. Blanko Aquadest - Keterangan : : Diameter rata- rata tiga kali pengulangan; - : Tidak ada hambatan Hasil uji aktivitas antibakteri povidon iodin dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa. Efektivitas antimikroba terhadap spesies bakteri atau suatu galur bakteri berbeda antara yang satu dengan yang lain.Sensitivitas setiap Universitas Sumatera Utara 41 bakteriterhadap suatu antimikroba harus diujidengan berbagai konsentrasi untuk menentukan tingkat konsentrasi yang menyebabkan pertumbuhan bakteri tersebut terhambat atau mati TimMikrobiologi FK Brawijaya, 2003. Hasil yang tertera pada Tabel 3.2, 3.3 dan 3.4 terlihat bahwa Hasil uji aktivitas antibakteri diketahui semakin tinggi konsentrasi povidon iodin maka diameter daerah hambat yang dihasilkan semakin besar. Konsentrasi yang dapat memberikan diameter zona hambat yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Ditjen POM 1995 dengan batas daerah hambatan yang efektif lebih kurang 14-16 mm. Berdasarkan hasil pengukuran diameter daerah hambatan memperlihatkan bahwa povidoniodinmemberikanaktivitasantibakteri yang efektif dalam menghambatpertumbuhanbakteriStaphylococcusaureus,Staphylococcus epidermidisdan Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 2,5 dengan diameter daerah hambat berturut-turut adalah 14,36 mm, 14,71 mm, dan 14,08 mm. Konsentrasi Hambat Minimum KHM diperoleh pada konsentrasi 0,5 untuk bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidisdanPseudomonas aeruginosa berturut-turut adalah 7,46 mm, 7, 46 mm, dan 7,35 mm. Povidone iodine merupakan iodine kompleks yang berfungsi sebagai antiseptik yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang ada di dalam atau di atas jaringan hidup Brooks, et al., 2001. Aktivitas antimikroba povidone iodine didapatkan dari kemampuan oksidasi kuat iodine bebas terhadap asam amino, nukleotida dan ikatan ganda, dan juga lemak bebas tidak jenuh. Universitas Sumatera Utara 42 Hal ini menyebabkan povidone iodine mampu merusak protein dan DNA mikroba Reimer, et al., 1998. Senyawa iodine akan bereaksi secara kovalen dengan basa purin dan pirimidin sehingga bergabung dengan DNA atau membentuk ikatan silang antar rantai. Lesi DNA yang diinduksi secara kimia akan membunuh sel terutama dengan cara mengganggu replikasi DNA. Povidone iodine mempunyai spektrum luas, yang menginaktivasi mikroorganisme Brooks, et al., 2001.

4.5 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Titanus