10
2. Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50
O
C Ditjen POM, 2000. 3.
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
kontinu dengan pelarut relatif konstan Ditjen POM, 2000. 4.
Infundasi adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90
o
C selama 15 menit Ditjen POM, 1979. 5.
Dekoktasi adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia dengan air bersuhu kamar atau dengan air bersuhu
≥ 90
o
C sambil diaduk berulang-ulang dengan pemanas air selama 30 menit Voigt, 1984.
2.3 Povidon iodin
Povidon iodin adalah senyawa kompleks dari iodin dengan povidon. Povidon iodin mengandung tidak kurang dari 9,0 dan tidak lebih dari 12,0
iodin I dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Larutan topikal povidon iodin adalah larutan povidon iodin. Larutan povidon iodin mengandung tidak
kurang dari 85,0 dan tidak lebih dari 120,0 iodin dari jumlah yang tertera pada etiket. Larutan povidon iodin dapat mengandung sedikit etanol. Larutan povidon
iodin dengan pH antara 1,5 dan 6,5. Larut dalam air dan dalam etanol Depkes RI, 1995.
Identifikasi:
Universitas Sumatera Utara
11
a. Tambahkan 1 ml larutan yang mengandung lebih kurang dari 0,05
iodium kedalam campuran 1 ml kanji LP dan 9 ml air, terjadi warna biru tua Depkes RI, 1995.
b. Masukkan 10 ml larutan kedalam labu Erlenmeyer 50 ml, hindari kontak
dengan leher labu, tutup labu dengan kertas saring dan basahkan dengan 1 tetes kanji LP, tidak terjadi warna biru dalam waktu 60 detik Depkes RI,
1995. c.
Sebarkan 1 ml larutan 1 dalam 10 diatas lempeng kaca 20 cm x 20 cm dan biarkan semalam di udara terbuka dalam suhu kamar dengan
kelembaban rendah : terbentuk lapisan tidak menyebar, kering, coklat dan mudah larut dalam air Depkes RI, 1995.
Povidon-iod Betadine adalah kompleks iod dengan polivynil-pirolidon yang tidak merangsang dan dalam larutan air berangsur-angsur membebaskan
iodium. Zat ini berakumulasi di kulit dan menyebabkan efek antiseptis yang bertahan lama. Kompleks iodofor ini mudah larut dalam air dan mudah dicuci dari
kulit atau pakaian, bersifat lebih efektif karena tidak menguap dan kerjanya lebih panjang dari iod. Karena sifat-sifatnya tinktur povidon-iod 10 dengan kadar iod
bebas 1 telah menggantikan tinktur iodium konvensional Tan dan Rahardja, 2007.
Povidon iodin secara klinis digunakan untuk mencegah dan mengobati permukaan kulit yang terinfeksi, luka yang terinfeksi, luka bakar, lasetasi dan
abrasi untuk pembersihan sebelum dan sesudah pembedahan, dan juga dioleskan pada kulit pasien setelah pembedahan Gennaro, 1990.
Universitas Sumatera Utara
12
Povidon iodin dapat membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif, jamur, virus, protozoa dan ragi. Afinitas dari povidon terhadap iodin lebih besar
daripada iodid, supaya konsentrasi dari iodin yang bebas lebih kecil dari 1 ppm. Sebagai akibatnya aktifitas dari povidon iodin untuk menghambat bakteri
menyebar ke larutan iodin Gennaro, 1990. Penggunaan povidon iodin terutama untuk desinfeksi kulit dalam bentuk
tinktur, sabun cair, salep, krem, lotion, dan bedak tabor. Efek samping: hati-hati bila digunakan pada permukaan kulit rusak yang luas misalnya luka bakar,
karena iodium dapat diabsorpsi dan meningkatkan kadarnya dalam serum sehingga dapat menimbulkan asidosis, neutropeni dan hipotirosis selewar Tan
dan Rahardja, 2007.
2.4 Sterilisasi