4.2.2. Usaha Mematikan Pelan-Pelan Para Pedagang
Dari wawancara mendalam terungkap 6 isu utama yang menjelaskan penyebab kelesuan bisnis di Pasar Sembada. Pertama, hadirnya Carrefour yang
bersebelahan dengan Pasar, kedua kurangnya infrastruktur dasar di pasar; ketiga, munculnya agen pasar sebagai pihak yang selalu mempersulit pedagang, keempat,
persaingan kuat dengan PKL yang menggelar dagangannya di seputar pasar; kelima, minimnya dana bagi ekspansi bisnis; keenam, penurunan kemampuan
daya beli masyarakat akibat lonjakan harga BBM. Selain itu, beberapa pedagang di pasar Sembada juga mengatakan bahwa supermarket telah meraup sebagian
keuntungan mereka. Untuk dapat kita pahami bersama bahwa agen pasar di Pasar Sembada
juga terlibat dalam permainan-permainan kotor yang membuat para pedagang lainnya sulit mendapat keuntungan di tempat-tempat usaha lainnya di Padang
Bulan. Terkhusus untuk OKP, kelompok ini menurut informasi juga bermain di
Pajus Pajak USU, Pajak Sore, dan juga tempat usaha di sepanjang Jl. Jamin Ginting kawasan Padang Bulan. Namun, tidak seperti di Pasar Sembada para OKP
ini tidak seluruhnya menerapkan monopoli tempat usaha di setiap kawasan bisnis yang menjadi daerah kekuasaannya. Untuk tempat usaha yang ada di sekitar
pinggir jalan Jl. Jamin Ginting kawasan Padang Bulan mereka hanya mengutip biaya jasa keamanan pada para pengusaha.
Universitas Sumatera Utara
4.2.3. Mempertahankan Kios Pedagang
Meskipun banyak para pedagang yang menjual kios nya kepada para agen pasar tersebut, ternyata juga masih banyak para pedagang yang tidak menjual kios
dagangannya karena berbagai hal. Ada yang beralasan bahwa tidak bisa menjual kios miliknya karena tidak tahu lagi akan membuka usaha apa jika kiosnya dijual.
Ada juga yang tidak menjual kiosnya dengan alasan bahwa kios tersebut merupakan harta dari orang tuanya yang sudah sejak lama berjualan di Pasar
tersebut. Seperti yang disebutkan salah seorang informan peneliti yang bernama
Bapak Bangun, usia 40 tahun, yang bekerja sebagai penjual alat-alat rumah tangga menuturkan :
“. . . enggak mungkin kami menjual kios kami kayak orang lain itu. Kios ini uda dari sejak awal pasar ini dibangun uda kami tempati.
Mau dijual pun kami mau pindah jualan dimana ? jadi enggak akan mau kami menjualnya . . .”
Sementara itu pendapat yang berbeda di katakan oleh informan lainnya yakni Ibu Surbakti 38 tahun, yang bekerja sebagai penjual sembako di kiosnya:
“. . . mana lah kami mau ngejual kios kami dengan harga murah seperti yang ditawarkan sama orang-orang OKP itu. Buat beli kios
baru aja jauh dari kata cukup. Kalau misalnya orang itu mau beli kios kami dengan harga mahal ya oke-oke ajanya kami . . .”
Dari dua pendapat diatas terlihat bahwa memang ada pedagang yang menempati kios yang tidak mau menjual kios nya dengan alasan apapun. Namun,
di lain sisi ada juga pedagang yang mau menjual kiosnya namun dengan harga yang sepadan.
Hal ini sebenarnya wajar-wajar saja terjadi mengingat pilihan-pilihan yang
Universitas Sumatera Utara
dimiliki oleh para pedagang sangatlah terbatas. Namun, yang paling penting adalah bahwa hubungan para pedagang antar pedagang harus tetap berjalan baik.
Sebab usaha memecah belah dapat berasal bukan hanya dari para agen pasar saja namun juga dapat datang dari dalam kelompok pedagang itu sendiri.
4.2.4. Perlawanan Pedagang Terhadap Agen Pasar