Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.2. Dasar Teori 2.2.1. Pengelasan
Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas. Menurut Deustche Industry
Normen DIN, pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang terjadi dalam keadaan lumer atau cair, dengan kata lain
pengelasan adalah penyambungan setempat dari dua logam dengan menggunakan energi panas. Pengelasan merupakan salah satu bagian yang
tak dapat terpisahkan dari proses manufaktur. Pengelasan adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk
dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam tambahan dan menghasilkan sambungan yang kontinyu. Okumura. T dan
Wiryosumarto. H., 1996 Penggolongan jenis las menurut cara kerjanya dibagi menjadi tiga, yaitu :
a Pengelasan tekan Yaitu adalah pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan
kemudian ditekan menjadi satu bagian. b Pengelasan cair
Yaitu adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas
yang terbakar. c Pematrian
Yaitu adalah pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair
rendah, logam induk tidak ikut mencair. Daerah pengelasan merupakan daerah yang terpengaruh oleh panas yang
menyebabkan perubahan struktur mikro dan sifat mekanik. Namun pada kasus tertentu struktur mikro dan sifat mekanik tidak mengalami perubahan
apapun. Bagian daerah pengelasan ditunjukkan pada Gambar 2.1., sedangkan daerah pengelasan dibagi menjadi 4 bagian yaitu :
a Logam induk Base metaParent Metal, merupakan bagian yang tidak terpengaruh siklus termal akibat proses pengelasan. Kenaikan suhu
selama proses pengelasan tidak akan mengubah mikrostruktur maupun sifat mekanik dari logam induk. Hal ini dikarenakan kenaikan suhu
yang terjadi pada logam induk belum mencapai temperatur kritis. b HAZ Heat Affected Zone, merupakan daerah yang paling dekat
dengan pusat dari lokasi pengelasan. Material pada daerah ini sudah mengalami siklus termal sehingga menyebabkan perubahan sifat
mekanik dan struktur mikro dari base metal. c TMAZ Thermomechanically Affected Zone, adalah daerah transisi
antara logam induk dan arah las yang mengalami deformasi struktur tetapi tidak terjadi rekristalisasi.
d Daerah las Weld Nugget adalah daerah yang mengalami deformasi plastis dan pemanasan selama proses pengelasan sehingga
menghasilkan rekristalisasi yang menghasilkan butiran halus di daerah pengadukan.
Gambar 2.1. Daerah Pengelasan pada FSW Pagar, 2016
Dalam proses pengelasan ini terkadang menemui hasil pengelasan yang kurang maksimal. Berikut ini adalah jenis cacat yang menyebabkan hasil
pengelasan kurang maksimal, yaitu : a Retak Crack
Sebagian besar cacat las yang terjadi pada paduan aluminium adalah terjadinya keretakan. Retak las ini dapat terjadi pada saat proses
pencairan dan proses pembekuan. Retak las yang terjadi pada saat proses pembekuan disebabkan karena adanya penyusutan logam yang
membeku. b Distorsi Distortion
Distorsi merupakan cacat las yang tejadi akibat kontraksi logam las selama pengelasan yang mendorong atau menarik benda kerja untuk
bergerak. Hal ini disebabkan karena heat input yang terlalu besar. c Porositas Porosity
Porositas adalah salah satu jenis cacat pengelasan yang disebabkan karena terkontaminasinya logam las dalam bentuk gas yang
terperangkap sehingga di dalam logam las terdapat rongga-rongga. Jika lubangnya memanjang maka disebut wormhole atau pipping.
d Cacat las kurang penetrasi Lack of penetration Cacat las jenis ini terjadi karena logam las gagal mencapai akar root
dari sambungan dan gagal menyambungkan permukaan root secara menyeluruh. Kurang penetrasi sering terjadi pada pengelasan vertikal
dan overhead. e Pengaruh panas pengelasan
Panas pengelasan pada paduan aluminium akan menyebabkan terjadinya perubahan struktur aluminium. Hal ini mengakibatkan
penurunan kekuatan dan ketahanan korosi dan kadang-kadang berimbas pada daerah las yang menjadi getas.