Hasil dan Pembahasan Pengujian Kekerasan

Gambar 4.10 . Grafik pengaruh feed rate terhadap kekerasan pada pusat sambungan las. Pada Gambar 4.10. di atas menunjukkan grafik batang yang merupakan nilai kekerasan hasil pengelasan aluminium dengan metode friction stir welding menggunakan putaran spindel 3600 rpm dengan kecepatan feed rate bervariasi 2 cmmenit, 6 cmmenit, 12 cmmenit dan 18 cmmenit. Feed rate 12 cmmenit memiliki kekerasan daerah lasan yang paling tinggi dengan nilai kekerasan yaitu 65,9 VHN. Sedangkan nilai kekerasan daerah lasan yang paling rendah terdapat pada feed rate 2 cmmenit yaitu sebesar 61 VHN, hal ini dapat terjadi karena proses pengelasan friction stir welding dengan kecepatan spindel 3600 rpm dan feed rate lambat akan menghasilkan heat input yang besar sehingga dapat membentuk grain yang kecil. 10 20 30 40 50 60 70 80 2 6 12 18 Raw Material Nilai Keker asan VHN Feed Rate cmmenit Gambar 4.11. Grafik pengaruh feed rate terhadap kekerasan pada daerah sambungan las FSW dengan variasi feed rate 2 cmmenit, 6 cmmenit, 12 cmmenit dan 18 cmmenit. Pada hasil pengamatan Gambar 4.11. menunjukkan bahwa nilai kekerasan daerah las semua variasi memiliki harga VHN dibawah logam induk. Pada hasil sambungan pengelasan aluminium 5052 variasi 2 cmmenit dan 6 cmmenit nilai kekerasannya menurun pada titik -2 mm sampai -6 mm dan juga pada titik 2 mm sampai 10 mm dari pusat las. Kemudian nilai kekerasan naik pada titik -8 mm sampai -18 mm. Pada titik -18 mm sampai -2 mm, nilai kekerasan variasi 2 cmmenit lebih tinggi daripada variasi 6 cmmenit. Tetapi pada titik pusat las, nilai kekerasan variasi 2 cmmenit berada di bawah 6 cmmenit dengan nilai 61 VHN berbanding 63,4 VHN. Nilai kekerasan variasi 6 cmmenit berada di atas variasi 2 cmmenit sepanjang titik 2 mm sampai 8 mm. Pada titik 10 mm dan 12 mm terjadi fluktuasi nilai kekerasan diantara kedua variasi. Pada hasil pengujian kekerasan sambungan pengelasan aluminium 5052 dengan variasi 12 cmmenit, nilai kekerasannya menurun pada titik -4 mm sampai -12 mm dan kemudian naik pada titik -14 mm dan -16 mm dari sambungan. Pada titik 4 mm sampai 10 mm, nilai kekerasan variasi 12 cmmenit relatif lebih merata daripada variasi 18 cmmenit. 40 45 50 55 60 65 70 -18 -16 -14 -12 -10 -8 -6 -4 -2 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 cmmenit 6 cmmenit 12 cmmenit 18 cmmenit Jarak mm Keker asan VHN Nilai kekerasan kemudian naik pada titik 12 mm samai 18 mm. Pada titik pusat las, nilai kekerasan variasi 12 cmmenit berada di atas 18 cmmenit dengan nilai 65,9 VHN berbanding 63,4 VHN. Nilai kekerasan variasi 18 cmmenit berada di atas variasi 12 cmmenit sepanjang titik -4 mm sampai -14 mm. Nilai kekerasan variasi 18 cmmenit relatif lebih merata pada titik 2 mm sampai 16 mm. Dari keempat variasi feed rate tersebut, feed rate 12 cmmenit memiliki nilai kekerasan pusat las yang paling tinggi jika dibandingkan dengan variasi lain. Dirhamsyah 2011, melakukan penelitian tentang pengaruh perubahan parameter permesinan terhadap sifat mekanik material AC4CH pada proses friction stir welding, menyimpulkan bahwa bila uji struktur mikro dihubungkan dengan hasil pengujian kekerasan maka akan terlihat bahwa kekerasan pada area HAZ dan TMAZ lebih rendah dibandingkan dengan area lain walaupun angkanya tidak terlalu signifikan dan masih sedikit acak. Hal ini karena kemungkinan bisa terjadi karena material yang digunakan tidak mengalami heat treatment sehingga microstructure yang terbentuk belum sempurna dan sangat mempengaruhi hasil pengujian kekerasan, terutama apabila pengujian dilakukan dengan micro Hardness.

4.4 Hasil dan Pembahasan Pengujian Bending

Pengujian bending dilakukan dengan menggunakan spesimen sesuai standar ASTM E190 yang dibuat dari aluminium hasil pengelasan friction stir welding. Hasil dari proses pengujian bending yang dilakukan untuk memperoleh data beban maksimal yang nantinya akan digunakan untuk mengetahui nilai kekuatan lentur σ b . Pengujian ini dilakukan pada sisi permukaan lasan face dan akar lasan root menggunakan alat Universal Testing Machine dengan parameter sebagai berikut :  Testing Speed : 10 mmmin  Jarak Span : 77 mm  Diameter Plunger : 30 mm Gambar 4.12. Spesimen Uji Bending Aluminium 5052 sesuai standar ASTM E190. Setelah melalui proses pembentukan spesimen, lalu dilanjutkan dengan proses pengujian bending. Pemilihan spesimen yang akan diuji bending face atau root dilakukan secara acak random. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut ini. Tabel 4.2. Data hasil pengujian bending pada sambungan las FSW No Kecepatan Spindel rpm Feed Rate cmmenit Sisi Bending Beban Maksimal kN Nilai Kekuatan Lentur MPa Rata – rata Standar Deviasi 1 3600 2 Face 1,34 162,91 35,81 2 3600 2 Root 5,99 729,06 51,01 3 3600 6 Face 1,84 224,51 20,96 4 3600 6 Root 2,92 355,82 62,61 5 3600 12 Face 1,37 166,96 17,59 6 3600 12 Root 1,43 173,85 17,15 7 3600 18 Face 1,30 158,86 28,93 8 3600 18 Root 1,11 135,35 60,47 9 - Raw Material - 5,18 629,77 20,63 Dari Tabel 4.2. di atas menunjukkan bahwa hasil pengujian bending nilainya fluktuatif pada sisi permukaan las face. Sedangkan pada sisi akar pengelasan root nilainya akan semakin menurun seiring dengan naiknya kecepatan feed rate. Gambar 4.13. Grafik pengaruh feed rate terhadap kekuatan lentur sambungan las FSW. Pada Gambar 4.13. menunjukkan grafik pengaruh variasi feed rate terhadap nilai kekuatan lentur pada sambungan las FSW. Nilai kekuatan lentur permukaan lasan face yang paling tinggi terdapat variasi feed rate 6 cmmenit sebesar 224,51 MPa. Nilai kekuatan lentur permukaan lasan face yang paling rendah terdapat pada variasi feed rate 18 cmmenit sebesar 158,86 MPa. Nilai ini sangat jauh di bawah nilai kekuatan lentur raw material dengan nilai 629,77 MPa. Nilai kekuatan lentur akar lasan root tertinggi terdapat pada variasi feed rate 2 cmmenit sebesar 729,06 MPa. Nilai variasi feed rate ini melebihi nilai kekuatan lentur raw material yaitu sebesar 629,77 MPa. Nilai kekuatan lentur akar lasan root terendah terdapat pada variasi feed rate 18 cmmenit sebesar 135,35 MPa. Lamanya gerak translasi pergerakan meja akan mempengaruhi kekuatan lentur material aluminium hasil pengelasan. Kecepatan feed rate yang terlalu kencang akan menurunkan kekuatan lentur. Hal ini terjadi karena panas yang dihasilkan dari gesekan antara pin tool dengan material kurang menyebar pada material aluminium sehingga proses pelunakan aluminium melalui panas ini tidak 100 200 300 400 500 600 700 800 900 2 6 12 18 Raw Material Root Face Kek u at an L en tur M Pa Feed Rate mm

Dokumen yang terkait

PENGARUH PUTARAN DAN KECEPATAN TOOL TERHADAP SIFAT pMEKANIK PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

5 28 44

PENGARUH BAHAN ALUMINIUM 1100 DAN 5083 TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN, SERTA STRUKTUR MAKRO PADA PENGELASAN DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING

1 6 66

PENGARUH VARIASI WAKTU GESEKAN AWAL SOLDER TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN STRUKTUR MAKRO ALUMUNIUM 5083 PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING

7 29 59

PENGARUH PENGGUNAAN PIN TOOL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MAKRO ALUMINIUM 5083 PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING

2 8 60

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

2 5 7

PENGARUH KECEPATAN SPINDLE DAN FEED RATE TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN LAS TIPE FRICTION STIR WELDING UNTUK Pengaruh Kecepatan Spindle dan Feed Rate Terhadap Kekuatan Sambungan Las Tipe Friction Stir Welding Untuk Aluminium Seri 1100 Dengan Tebal 2 MM.

0 4 15

PENDAHULUAN Pengaruh Kecepatan Spindle dan Feed Rate Terhadap Kekuatan Sambungan Las Tipe Friction Stir Welding Untuk Aluminium Seri 1100 Dengan Tebal 2 MM.

0 3 5

PENGARUH FEED RATE TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM SERI 6110

0 1 6

Pengaruh Putaran Tools Terhadap Struktur Mikro Dan Sifat Mekanis Sambungan Friction Stir Welding Pada Aluminium Paduan 6061

0 0 6

Pengaruh Shot-peening Terhadap Struktur Mikro Dan Laju Korosi Sambungan Friction Stir Welding Pada Aluminium 6061

0 0 8