Pembahasan Hasil Foto Makro dan Struktur Mikro

merah. Pada daerah yang dipengaruhi oleh panas atau HAZ c dapat dilihat adanya perubahan dibandingkan pada daerah logam induk, terdapat butiran- butiran kristal kecil memanjang yang arahnya melingkar. Hal ini akan menurunkan nilai kekerasannya. Akan tetapi pada daerah ini porositas pada aluminium mulai tidak terlihat dibandingkan pada logam induk. Pada daerah las aluminium d terdapat butiran-butiran kristal yang membesar dan renggang sehingga menaikkan nilai kekerasan. 3. Foto makro dan struktur mikro pada hasil pengelasan FSW dengan kecepatan spindel 3600 rpm dan feed rate 12 cmmenit. Gambar 4.7. Foto makro sambungan las FSW dengan pembesaran 9x a, daerah logam induk b, daerah HAZ c, daerah las dengan pembesaran 200x d. Pengambilan foto makro pada Gambar 4.7. a menunjukkan adanya retakan crack pada daerah las aluminium yang merupakan cacat las. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai perubahan yang terjadi pada struktur mikro logam hasil pengelasan FSW aluminium 5052 maka dilakukan pengambilan foto pada tiga a b c d HAZ HAZ WN TMAZ TMAZ BM Joint Remnant Joint Remnant titik yaitu logam induk, HAZ, dan daerah lasan. Dari Gambar 4.7. b dapat dilihat pada daerah logam induk aluminium 5052 terdapat adanya butiran-butiran kristal yang tidak beraturan dan terdapat juga butiran porositas yang ditunjukkan pada lingkaran merah. Pada daerah yang dipengaruhi oleh panas atau HAZ c dapat dilihat perubahannya dibandingkan pada daerah logam induk, terdapat butiran- butiran kristal kecil yang jaraknya renggang. Hal ini akan menurunkan nilai kekerasannya. Akan tetapi pada daerah ini porositas pada aluminium mulai tidak terlihat dibandingkan pada logam induk. Pada daerah lasan d terdapat butiran- butiran kristal yang membesar dan renggang sehingga menaikkan nilai kekerasannya. Pada daerah ini juga terdapat adanya cacat joint remnant. 4. Foto makro dan struktur mikro pada hasil pengelasan FSW dengan kecepatan spindel 3600 rpm dan feed rate 18 cmmenit. Gambar 4.8. Foto makro sambungan las FSW dengan pembesaran 9x a, daerah logam induk b, daerah HAZ c, daerah las dengan pembesaran 200x d. a b d c HAZ WN HAZ TMAZ TMAZ BM Pengambilan foto makro pada Gambar 4.8. a menunjukkan adanya lubang memanjang pada daerah las aluminium yang merupakan cacat las wormhole. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai perubahan yang terjadi pada struktur mikro logam hasil pengelasan FSW aluminium 5052 maka dilakukan pengambilan foto pada titik logam induk, HAZ, dan daerah lasan. Dari Gambar 4.8. b dapat dilihat pada daerah logam induk aluminium 5052 terdapat adanya butiran-butiran kristal kecil pada daerah tersebut dan butiran porositas yang cukup banyak menyebar. Pada daerah yang dipengaruhi oleh panas atau HAZ c dapat dilihat adanya perubahan struktur dibandingkan pada daerah logam induk, dimana terdapat butiran-butiran kristal kecil memanjang yang jaraknya renggang. Hal ini akan menurunkan nilai kekerasannya. Akan tetapi pada daerah ini porositas pada aluminium mulai tidak terlihat dibandingkan pada logam induk. Pada daerah lasan d terdapat butiran-butiran kristal yang membesar dan renggang sehingga nilai kekerasannya akan lebih tinggi dibandingkan daerah HAZ. Menurut Sudrajat 2012, pada pengelasan friction stir welding, hasil pengelasan stir zone tentu lebih rendah daripada base metal. Sifat yang kurang baik dari proses ini adalah terjadinya pelunakan pada daerah las sebagai akibat dari panas yang timbul. Penurunan nilai kekerasan pada daerah lasan, selain karena karakteristik dari paduan itu sendiri juga disebabkan karena proses pengerasan tidak bisa terjadi ketika proses pengelasan berlangsung.

4.3 Hasil dan Pembahasan Pengujian Kekerasan

Pengujian kekerasan ini dilakukan pada empat variasi spesimen hasil pengelasan dengan menggunakan vickers hardness tester. Penentuan titik pengujian kekerasan didasarkan pada pengamatan secara makro. Titik pengujian berada 2 mm di bawah permukaan pengelasan dengan interval 2 mm. Titik 0 terletak pada pusat sambungan las. Pada tiap spesimen diuji dengan total 17 titik pengujian kekerasan. Gambar bekas identasi uji kekerasan ditunjukkan pada Gambar 4.9. serta nilai kekerasan ditunjukkan pada Tabel 4.1. berikut ini. Gambar 4.9. Bekas identasi pengujian kekerasan pada aluminium hasil lasan friction stir welding. Feed rate 2 cmmenit a, feed rate 6 cmmenit b, feed rate 12 cmmenit c, feed rate 18 cmmenit d. Tabel 4.1. Hasil Pengujian Kekerasan No Posisi titik uji Nilai Kekerasan VHN 2 cmmenit 6 cmmenit 12 cmmenit 18 cmmenit Raw Material 1 -16 58.0 56.5 58.7 54.5 77,5 2 -14 56.5 54.5 55.2 54.5 3 -12 55.2 53.2 52.6 54.5 4 -10 55.2 52.6 52.6 55.2 5 -8 53.8 51.3 52.6 55.2 6 -6 52.6 51.3 53.2 55.2 7 -4 52.6 51.3 53.8 55.2 8 -2 55.2 51.9 61.0 53.8 9 61.0 63.4 65.9 62.6 10 2 56.5 56.6 55.2 56.5 11 4 55.2 55.8 54.5 53.8 12 6 53.2 54.5 53.8 55.2 13 8 52.6 53.8 53.2 53.2 14 10 55.8 52.6 53.8 55.2 15 12 52.6 54.5 56.5 55.2 16 14 52.6 52.6 58.0 53.8 17 16 52.6 52.6 58.7 54.5 a b c d Gambar 4.10 . Grafik pengaruh feed rate terhadap kekerasan pada pusat sambungan las. Pada Gambar 4.10. di atas menunjukkan grafik batang yang merupakan nilai kekerasan hasil pengelasan aluminium dengan metode friction stir welding menggunakan putaran spindel 3600 rpm dengan kecepatan feed rate bervariasi 2 cmmenit, 6 cmmenit, 12 cmmenit dan 18 cmmenit. Feed rate 12 cmmenit memiliki kekerasan daerah lasan yang paling tinggi dengan nilai kekerasan yaitu 65,9 VHN. Sedangkan nilai kekerasan daerah lasan yang paling rendah terdapat pada feed rate 2 cmmenit yaitu sebesar 61 VHN, hal ini dapat terjadi karena proses pengelasan friction stir welding dengan kecepatan spindel 3600 rpm dan feed rate lambat akan menghasilkan heat input yang besar sehingga dapat membentuk grain yang kecil. 10 20 30 40 50 60 70 80 2 6 12 18 Raw Material Nilai Keker asan VHN Feed Rate cmmenit

Dokumen yang terkait

PENGARUH PUTARAN DAN KECEPATAN TOOL TERHADAP SIFAT pMEKANIK PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

5 28 44

PENGARUH BAHAN ALUMINIUM 1100 DAN 5083 TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN, SERTA STRUKTUR MAKRO PADA PENGELASAN DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING

1 6 66

PENGARUH VARIASI WAKTU GESEKAN AWAL SOLDER TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN STRUKTUR MAKRO ALUMUNIUM 5083 PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING

7 29 59

PENGARUH PENGGUNAAN PIN TOOL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MAKRO ALUMINIUM 5083 PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING

2 8 60

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

2 5 7

PENGARUH KECEPATAN SPINDLE DAN FEED RATE TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN LAS TIPE FRICTION STIR WELDING UNTUK Pengaruh Kecepatan Spindle dan Feed Rate Terhadap Kekuatan Sambungan Las Tipe Friction Stir Welding Untuk Aluminium Seri 1100 Dengan Tebal 2 MM.

0 4 15

PENDAHULUAN Pengaruh Kecepatan Spindle dan Feed Rate Terhadap Kekuatan Sambungan Las Tipe Friction Stir Welding Untuk Aluminium Seri 1100 Dengan Tebal 2 MM.

0 3 5

PENGARUH FEED RATE TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM SERI 6110

0 1 6

Pengaruh Putaran Tools Terhadap Struktur Mikro Dan Sifat Mekanis Sambungan Friction Stir Welding Pada Aluminium Paduan 6061

0 0 6

Pengaruh Shot-peening Terhadap Struktur Mikro Dan Laju Korosi Sambungan Friction Stir Welding Pada Aluminium 6061

0 0 8