commit to user
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Lingkungan hidup diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya. Lingkungan hidup ini terdiri dari 3 komponen utama yaitu
komponen fisikabiotik, komponen abiotik dan komponen kultur. Dalam proses pelaksanaan pembangunan ketiga komponen itu kemungkinan akan mengalami
perubahan atau lebih dikenal dengan kata akan terkena dampak. Dampak yang bersifat positif sangat diharapkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas dan
kenyamanan hidup. Sedangkan dampak yang bersifat negatif memang tidak diharapkan karena dapat menurunkan kualitas dan kenyamanan hidup, harus dapat
diatasi dengan sebaik-baiknya. Dinamika perkembangan hidup manusia menunjukkan bahwa semakin
modern kehidupan manusia, semakin besar pula kerusakan dan pencemaran lingkungan yang ditimbulkannya. Di samping itu perkembangan kehidupan
tersebut juga menyebabkan semakin menipisnya sumber daya alam di bumi ini. Jika kegiatan kelompok masyarakat jaman dulu hanya menimbulkan kerusakan
dan pencemaran lingkungan dalam jumlah minimal, maka kegiatan kelompok masyarakat jaman sekarang ternyata menimbulkan kerusakan yang berlipat ganda,
sehingga Pemerintah selaku penyelenggara negara wajib mengeluarkan kebijakan di bidang lingkungan hidup secara nasional.
commit to user
Prinsip-prinsip pengelolaan hidup di Indonesia telah dirumuskan salah satunya dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Dalam undang-undang tersebut telah dirumuskan pengertian, tujuan dan asas serta sasaran maupun mekanisme dan kewenangan pengelolaan
lingkungan hidup. Pengelolaan Lingkungan Hidup diartikan sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan
penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup.
Tindakan pengendalian mempunyai posisi strategis untuk menjaga dan mengawasi agar fungsi lingkungan hidup terjaga baik daya dukungnya ataupun
daya tampungnya. Tindakan pengendalian perusakan dan atau pencemaran lingkungan salah satunya adalah permasalahan pencemaran air. Air merupakan
kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Air yang bersih sangat didambakan oleh
manusia, baik untuk keperluan sehari-hari, untuk keperluan industri, pertanian dan lain sebagainya. Saat ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian
khusus. Untuk mendapatkan air yang baik sesuai dengan standar tertentu sekarang bukanlah suatu yang mudah karena air sudah banyak tercemar oleh berbagai
macam limbah dari kegiatan manusia, baik itu limbah industri, limbah dari kegiatan rumah tangga, maupun limbah dari kegiatan yang lainnya. Pembuangan
limbah secara langsung inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya pencemaran air. Limbah baik berupa zat padat maupun zat cair yang masuk ke
air akan menyebabkan terjadinya penyimpangan dari keadaan normal air.
commit to user
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup
oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan tidak dapat berfungsi sesuai peruntukkannya Undang-
undang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 angka 11.Kebijakan Pengendalian Pencemaran Air, secara nasional diatur dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Walaupun penetapan air bersih tidaklah mudah, namun ada kesepakatan bahwa air yang bersih tidak ditetapkan pada kemurnian air, akan tetapi didasarkan
pada keadaan normalnya. Apabila terjadi penyimpangan dari keadaan normal maka berarti air tersebut telah tercemar. Menurut Wisnu Arya Wardhana dalam
bukunya “Dampak Pencemaran Lingkungan”, indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati
melalui yaitu : 1.
Adanya perubahan suhu air. 2.
Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen. 3.
Adanya perubahan warna, bau dan rasa air. 4.
Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut. 5.
Adanya mikro organisme. 6.
Meningkatnya radioaktivas air lingkungan 1995:74 Hal ini tercermin dalam berbagai kasus dugaan pencemaran industri:
commit to user
Sulawesi-kasus Pencemaran Teluk Buyat, dugaan pencemaran teluk Buyat akibat dari pembuangan limbah tailing submarine tailing disposal
dugaan yang sama terhadap Perairan laut Lombok Timur akibat operasi PT. Newmont Nusa Tenggara PT.NTT NTB
Papua; PT. Freeport beroperasi dari tahun 1967 telah menimbulkan dampak hancurnya Gunung Grasberg, Tercemarnya Sungai Aigwa, Meluapnya air
danau Wanagon, Tailing mengkontaminasi : 35.820 hektar daratan dan 84.158 hektar Laut Arafura
di Kalimantan Selatan, Pembuangan limbah industri ke aliran Sungai oleh PT Galuh Cempaka.
Kalimantan Tengah; Tiga sungai besar di Kalimantan Tengah masih tercemar air raksa merkurium akibat penambangan emas di sepanjang daerah aliran
sungai DAS Barito, Kahayan, dan Kapuas. Pencemaran itu melebihi baku mutu yang dipersyaratkan.
Di Jawa, Pembuangan limbah pabrik-pabrik di Sungai Cikijing selama puluhan tahun Jawa Barat, pembuangan limbah oleh beberapa pabrik ke Kali
Surabaya, dan sederetan kasus pencemaran industri yang telah nyata-nyata menimbulkan korban.
gendovara.blogdetik.com20080920limbah-industri-dan-limpahan-air-mata- manusia,diakses pada tanggal 16 Mei 2010
Pertumbuhan ekonomi dapat terjadi akibat dari pembangunan di berbagai bidang. Baik dalam bidang industri, jasa pemukiman, pendidikan maupun
transportasi. Seiring dengan perkembangan perkotaan tersebut, maka terjadi alih
commit to user
fungsi lahan yang tadinya merupakan lahan pertanian yang tidak terbangun menjadi daerah terbangunbuilt up area. Perubahan ini menyebabkan
peningkatan kepadatan penduduk dan kepadatan pemukiman. Perluasan lahan terbangun baik difungsikan sebagai pemukiman, perdagangan maupun industri
secara otomatis akan memicu permasalahan penurunan kualitas lingkungan. Di bidang industri sendiri jika tidak dilakukan pengelolaan yang tepat dari sisa
buangan industri, akan menimbulkan berbagai masalah. Permasalahan tersebut antara lain masalah banjir, sampah, polusi udara dan pencemaran air.Di dalam
kegiatan industri, air yang telah digunakanair limbah industri tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan karena kandungan bahan kimianya dapat
mencemari lingkungan. Air limbah industri harus diolah terlebih dahulu untuk meminimalisasi kandungan kimia dari limbah tersebut. Tetapi pada kenyataannya
masih banyak industri yang membuang limbahnya tanpa diolah. Surakarta ada di titik persimpangan antara Jawa Timur, Jawa Tengah, dan
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan lokasi yang sangat strategis, yang memberikan keuntungan yang sangat menggiurkan bagi para pelaku usaha untuk
menanamkan modalnya di daerah ini. Keadaan seperti inilah yang meramaikan kegiatan perindustrian di kota ini.
Namun pertumbuhan industri juga membawa pengaruh buruk terhadap lingkungan kota, terutama pada sungai-sungai yang ada di kotaSurakarta. Sungai-
sungai yang mengalir di sini mengalami pencemaran yang mengkhawatirkan. Sedikitnya ada sebelas sungai yang melewati wilayah kota Surakarta sudah dalam
kondisi yang mengkhawatirkan.
commit to user
Kota Surakarta sebagai kota yang pertumbuhannya sangat pesat, terutama di bidang industri dengan berbagai limbah yang dikeluarkan dari proses produksi,
memiliki potensi dampak pencemaran. Berdasarkan Peraturan Daerah kota Surakarta Nomor 2 tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup, Pasal 9
mewajibkan setiap orang yang akan melakukan pembuangan air limbah ke sumber-sumber air terlebih dahulu melakukan pengelolaan air limbah yaitu
dengan IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah. Di Surakarta terdapat banyak sekali industri, baik industri makanan,
industri mebel, industri tekstil, industri batik, dll. Kota Surakarta terkenal akan batik. Terdapat banyak industri batik baik skala besar, menengah dan kecil.
Industri batik yang ada di kota Surakarta antara lain yang terdapat pada Kampung Batik Laweyan dan Kampung Batik Kauman. Di Kampung Batik Kauman proses
pewarnaan batik menggunakan bahan pewarna soga yang berasal dari tumbuh- tumbuhan sehingga sisa limbahnya dapat diuraikan oleh alam dan tidak
mencemari lingkungan, tetapi pada Kampung Batik Laweyan bahan pewarna yang digunakan adalah pewarna kimia yang berbahaya bagi lingkungan jika sisa
limbahnya tidak diolah terlebih dahulu.Industri batik tersebut standarnya harus memiliki IPAL. Tetapi berdasarkan wawancara dengan Bapak Alfa Ketua Forum
Pengembangan Kampung Batik Laweyan pada hari Rabu,18 Maret 2009, di Kelurahan Laweyan terdapat sekitar 80an industri batik, yang masih aktif
produksi dari pembuatan pola, pewarnaan dan pencelupan terdapat sekitar 20an industri diantaranya 4 industri skala besar yang terletak di bagian timur kelurahan
Laweyan, 1 industri di bagian tengah, sedangkan 15 UKM tersebar di bagian
commit to user
timur, tengah dan barat kelurahan Laweyan. Ada 11UKM yang bergabung dengan IPAL komunal. Yang tidak tergabung dengan IPAL komunal beberapa memiliki
IPAL sendiri, tapi beberapa memang tidak memiliki IPAL karena industri skala kecil tidak memiliki dana untuk membuat IPAL. Menurut Pusat Telaah dan
Informasi Regional PATTIRO, Lembaga Swadaya Masyarakat di Surakarta, sepanjang tahun 2008 terdapat banyak limbah industri batik yang langsung
dibuang tanpa diolah terlebih dahulu, kalaupun ada yang diolah, pengolahannya kurang maksimal. Bahan kimia batik selain mencemari sungai juga menurunkan
kualitas air di sumur-sumur penduduk sekitar wilayah industri batik, sehingga air sumur tidak dapat dikonsumsi oleh penduduk
http:tempointeraktif.com diakses
tanggal 13 Maret 2010.. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa usaha pemerintah untuk menanggulangi limbah industri batik masih harus ditingkatkan,
permasalahan pencemaran ini merupakan permasalahan yang mendesak dan harus segera ditangani demi pelestarian lingkungan.
Industri batik di Kelurahan Laweyan membuang limbah produksinya ke sungai Jenes, sungai Jenes mengalir menuju muara sungai Pepe.
Berikut adalah data pencemaran sungai Jenes dan sungai Pepe berdasarkan data dari Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta BLH dari tahun 2007-2009:
commit to user
Tabel 1. 1
Monitoring Sungai Kota Surakarta Badan Lingkungan Hidup KotaSurakarta
Tahun 2007 Berdasarkan Parameter Fisika
Baku Mutu Air Limbah
No Lokasi pengambilan sampel
Parameter Fisika Temperatur TSS
o
C mgL
1 S. Pepe
hulu 28,4
61
2 S. Pepe
tengah 28,6
46,5 3 S.
Pepe hilir
29 48
4 S. Jenes hulu
29,2 55
5 S. Jenes tengah
29,4 62
6 S. Jenes hilir
29,2 69
Sumber : Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta
commit to user
Tabel 1. 2
Monitoring Sungai Kota Surakarta Badan Lingkungan Hidup KotaSurakarta
Tahun 2008 Berdasarkan Parameter Fisika
Baku Mutu Air Limbah
No Lokasi pengambilan sampel
Parameter Fisika Temperatur TSS
o
C mgL
1 S. Pepe
hulu 27,8
49,5 2 S.
Pepe tengah
28 47,5
3 S. Pepe
hilir 28,1
48 4
S. Jenes hulu 28,1
59
5 S. Jenes tengah
28,2 82
6 S. Jenes hilir
28 80
Sumber : Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta
commit to user
Tabel 1. 3
Monitoring Sungai Kota Surakarta Badan Lingkungan Hidup KotaSurakarta
Tahun 2009 Berdasarkan Parameter Fisika
Baku Mutu Air Limbah
No Lokasi pengambilan sampel
Parameter Fisika Temperatur TSS
o
C mgL
1 S. Pepe
hulu 33,6
16 2 S.
Pepe tengah
32,7 14
3 S. Pepe
hilir 33,3
20 4
S. Jenes hulu 29,5
36 5
S. Jenes tengah 32,3
53
6 S. Jenes hilir
31,7 69
Sumber : Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta
Baku mutu air limbah : batas maksimal kandungan limbah yang diperbolehkan TSS
: Zat Padat Tersuspensi Tabel di atas menggunakan batas dari kelas II, yaitu air yang peruntukannya
digunakan untuk sarana prasarana rekreasi air, pengelolaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman batas maksimalnya 50 mgL.
Dari tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2007 terjadi pencemaran sungai pada sungai Pepe hulu, sungai Jenes hulu, tengah dan hilir. Pada tahun
2008 pencemaran terjadi pada sungai Jenes hulu, tengah dan hilir. Sedangkan pada tahun 2009 pencemaran terjadi pada sungai Jenes tengah dan sungai Jenes
commit to user
hilir, kandungan limbah di sungai-sungai tersebut melebihi dari yang diperbolehkan yaitu lebih dari 50 mgL.
Pemerintah dalam hal ini adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap penanggulangan pencemaran ini. Pemerintah memiliki kewenangan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan pengendalian pencemaran. Pemerintah dan pemerintah provinsi, pemerintah kabupatenkota sesuai dengan kewenangan
masing-masing dalam rangka pengendalian air pada sumber air berwenang : 1.
Menetapkan daya tampung pencemaran. 2.
Melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemaran. 3.
Menetapkan persyaratan air limbah untuk aplikasi pada air tanah. 4.
Menetapkan persyaratan pembuangan air limbah ke air atau sumber air. 5.
Memantau kualitas air pada sumber air, dan 6.
Memantau faktor-faktor lain yang menyebabkan perubahan mutu air. PP No 82 Tahun 2001 Pasal 20.
Permasalahan pencemaran lingkungan di kota Surakarta di tangani oleh Badan Lingkungan Hidup kotaSurakarta. Tugas dari Badan Lingkungn Hidup adalah
menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang lingkungan hidup.
Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta mengaku telah melakukan tindakan preventif maupun represif tetapi permasalahan masih ditemui. Untuk mengatasi
permasalahan pencemaran karena air limbah industri batik diperlukan daya tanggap terhadap kebutuhan industri batik dan kemampuan dari Pemerintah kota
dalam menanggulangi pencemaran air limbah secara bertanggungjawab, sehingga
commit to user
kinerja penanggulangan air limbah industri batik bisa responsif dan bertanggungjawab.
Berdasar pada latar belakang masalah di atas, penelitian ini bermaksud menggambarkan bagaimana kinerja Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta
dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan.
B. Perumusan Masalah