commit to user
Surakarta terkenal akan industri batik, bahkan terdapat wisata kampung batik salah satunya di Kelurahan Laweyan yang sering disebut Kampung Batik
Laweyan, di Kelurahan Laweyan pewarna batik yang digunakan adalah pewarna kimia, pewarna inilah yang sisa limbahnya mencemari lingkungan terutama
sungai jika tidak diolah terlebih dahulu. Terhadap permasalahan ini Pemerintah kota Surakarta melalui Badan Lingkungan Hidup melakukan berbagai usaha untuk
menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan. Untuk dapat mengetahi seberapa besar kinerja kegiatan penanggulangan
pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan oleh Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta yang telah dicapai selama ini, berikut
dijelaskan dalam bab ini dengan menggunakan indikator-indikator produktivitas, responsivitas dan akuntabilitas. Selain itu juga akan dibahas faktor-faktor apa saja
yang mendukung dan menghambat penanggulangan air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan.
1. Indikator Produktivitas
Produktivitas dapat dipahami sebagai rasio antara input dan output, artinya perbandingan sejauh mana upaya yang dilakukan dengan hasil yang
diperoleh dalam periode tertentu. Berkaitan dengan prodiktivitas ini kinerja Badan Lingkungan Hidup dapat diukur dari pencapaian target yang telah
ditetapkan dengan hasil realisasi. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh pihak Badan Lingkungan Hidup dalam menanggulangi pencemaran air limbah
industi Batik. Kegiatan-kegiatan ini mengacu pada Perda No 2 Tahun 2006
commit to user
tentang Pengendalian Lingkungan Hidup. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah pencegahan, penyuluhan, pengawasan dan penertiban.
a Pencegahan
Berdasarkan PP No 82 tahun 2001 pasal 38 ayat 1 menyebutkan bahwa “Setiap pertanggungjawaban usaha dan atau kegiatan yang
membuang air limbah ke air atau sumber air wajib mentaati persyaratan yang ditetapkan dalam izin”. Salah satu dari persyaratan
yang harus dipenuhi dalam izin pembuangan limbah adalah ketentuan kewajiban untuk mengolah limbah sebagaimana dimaksud dalam pasal
38 ayat 2 point pertama. Kemudian dipertegas dengan Perda No 2 Tahun 2006 pasal 9 point pertama bahwa “Mewajibkan setiap orang
yang akan melakukan pembuangan air limbah ke sumber-sumber air terlebih dahulu melakukan pengelolaan air limbah IPAL”. Namun
dalam kenyataannya masih banyak industri yang tidak memiliki IPAL dalam melakukan aktivitas industri.
Untuk mendorong kesadaran para pengusaha batik untuk sadar dan peduli lingkungan, Badan Lingkungan Hidup melalui program dari
Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia-Jerman ProLH Deutsche Gesselscaft fur technische Zusammenorbeit GTZ, bekerjasama
dengan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL di Kampoeng Batik
Laweyan. IPAL Komunal ini adalah wujud nyata kegiatan pencegahan pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan, dal ini
commit to user
seperti yang disampaikan oleh mbak Ari Arsianti selaku staf subbidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup Badan Lingkungan
Hidup kota Surakarta, sebagai berikut : “Sebenarnya IPAL komunal itu adalah tindakan preventif yaitu
termasuk dalam pencegahan pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan, sebagai upaya pengendalian pencemaran
air terpadu pada segmen terpilih Bengawan Solo” wawancara, 29 12 10
IPAL Komunal UKM Batik ini diresmikan pada 18 Maret 2008. Pada awal diresmikannya IPAL komunal ini diikuti oleh 11 UKM
batik di Kelurahan Laweyan yaitu : 1.
Puspa Kencana terletak di Jl. Sidoluhur 2.
Mahkota terletak di Jl. Sayangan Kulon 3.
Cempaka terletak di Setono no.22 4.
Gunawan Design terletak di Setono Rt 02II 5.
Gress Tenan terletak di Setono Rt 02II 6.
Surya terletak di Jl. Sidoluhur 7.
Pelangi terletak di Jl. Sidoluhur 8.
Adityan terletak di jl. Sidoluhur 9.
Amelia terletak di Setono Rt 02II 10.
Adina Batik terletak di Jl. Dr. Radjiman 11.
Cokro Sumarto terletak di Jl. Dr. Radjiman Untuk saat ini batik Cokro Sumarto sudah tidak berproduksi lagi
karena pemiliknya yang sekarang lebih fokus pada usaha perhotelan. IPAL komunal ini diikuti oleh pengusaha batik yang terkonsentrasi di
commit to user
bagian tengah yaitu ada 9 industri dan di bagian barat ada 2 industri. Di bagian timur ada 4 industri batik yang masih berproduksi dan
termasuk industri skala besar, keempat industri ini memiliki IPAL sendiri. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak Yanto
selaku pengelola IPAL komunal di Kelurahan Laweyan sebagai berikut :
“ Yang ikut IPAL komunal antara lain Puspa Kencana, Mahkota, Cempaka, Gunawan Design, Gresstenan, Surya, Pelangi, Adityan,
Amelia, Adina Batik dan Cokro Sumarto. Tetapi Cokro Sumarto sudah tidak produksi karena pemiliknya sekarang fokus ke usaha
hotelnya. Kalau di timur itu ada 4 industri skala besar, mereka punya IPAL sendiri, seperti Putra Laweyan, Batik Sidomanis.”
wawancara, 08 12 10
Pengelolaan IPAL komunal ini, setiap hari dibersihkan dan 3 bulan sekali diberi mikroba pengurai. Seharusnya jenis mikroba pengurai
disesuaikan dengan jenis pewarna sintetis yang digunakan karena banyak sekali macam pewarna sintetis dan antara satu dengan industri
batik yang lain belum tentu sama jenis pewarnanya, tetapi IPAL komunal hanya diberi satu macam mikroba pengurai. Karena itu hasil
limbah yang dialirkan ke sungai Jenes masih belum memenuhi syarat baku mutu air dari pemerintah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Bapak Yanto sebagai berikut : “ IPAL komunal ini dibersihkan setiap hari oleh Pak Marno, 3 bln
sekali di beri mikroba pengurai. Mikroba pengurai untuk IPAL komunal hanya satu macam padahal banyak macam pewarna
sintetis yang digunakan, harusnya jenis mikroba pengurai disesuaikan dengan jenis pewarna sintetis. Hasil pengolahannya
memang belum sesuai ketentuan, tapi paling tidak sudah mengurangi pencemaran. “ wawancara, 08 12 10
commit to user
IPAL komunal dibuat berdasarkan geografis atau kemiringan tanah, kendalanya adalah jika letak UKM di daerah lebih rendah. Ada
sekitar 4 UKM batik yang tidak bergabung dengan IPAL komunal dan juga tidak memiliki IPAL sendiri, hal ini karena UKM tersebut tidak
memiliki dana untuk membuat IPAL. Untuk UKM yang tidak memiliki IPAL, mereka memiliki pre treatment sederhana yaitu
dengan produksi bersih. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Edi Suparmanto selaku staf dari subbidang Pengendalian Pencemaran
Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta sebagai berikut :
“ IPAL komunal dibuat berdasar geografis tanah, dibangun di daerah lebih rendah sehingga tinggal mengalirkan saja, ini untuk
meminimalisasi anggaran dan agar tidak membebani pemilik industri batik, kendalanya jika letak industri lebih rendah dari
IPAL komunal, yang tidak memiliki IPAL hanya melakukan pre treatment sederhana.” wawancara, 25 08 10
Hal ini dipertegas dengan pernyataan dari Bapak Yanto sebagai
berikut : “ Ada sekitar 4 UKM yang tidak memiliki IPAL yaitu Indobatik,
Cattelya, Mu’tisari dan Aryabatik. Karena tidak punya IPAL untuk produksinya mereka melakukan pre treatmen sederhana. Hasil air
limbahnya masih keruh, tapi yang penting sudah berusaha meminimalisasi pencemaran.” wawancara, 08 12 10
Pencegahan pencemaran air limbah dengan IPAL komunal merupakan awal yang bagus bagi Badan Lingkungan Hidup untuk
mengatasi pencemaran limbah batik, tetapi produktifitas Badan Lingkungan Hidup dalam pencegahan lewat IPAL komunal ini masih
commit to user
kurang, karena masih ada industri batik di Kelurahan Laweyan yang tidak bisa ikut IPAL komunal.
b Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan pencemaran air adalah kegiatan yang dilakukan Pemerintah kota Surakarta melalui Badan Lingkungan
Hidup dalam rangka meningkatkan pengertian, pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pelaksanaan PP No 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Perda No 2 Tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup. Kegiatan penyuluhan ini juga
dimaksudkan untuk menggugah kesadaran masyarakat agar tetap menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah terjadinya pencemaran
air limbah dari kegiatan industri oleh masyarakat pelaku industri. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari Bapak Edi Suparmanto,
sebagai berikut : “ Kegiatan penyuluhan ini bertujuan untuk memberikan penjelasan
kepada para pelaku industri tentang PP No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Perda no 2 Tahun 2006 tentang
Pengendalian Lingkungan Hidup.”wawancara, 30 08 10
Kegiatan penyuluhan oleh Badan Lingkungan Hidup lebih bersifat penyuluhan pada aspek perilaku, jadi Badan Lingkungan Hidup
memberikan penyuluhan kepada pemilik industri agar pemilik industri merubah perilakunya untuk tidak mencemari lingkungan dalam proses
produksi mereka., seperti yang diungkapkan oleh Bapak Bambang
commit to user
Wijayani selaku kepala subbidang Pengembangan Kapasitas Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta sebagai berikut :
“Penyuluhan yang kami lakukan kepada masyarakat lebih bersifat pada aspek perilaku.”wawancara, 05 11 10
Pada kegiatan penyuluhan ini, tingkat partisipasi dari masyarakat sangat tinggi dilihat dari undangan yang diberikan kepada masyarakat
sasaran kegiatan, persentase kehadiran masyarakat yang tinggi, hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat di kota Surakarta ini
sebenarnya sadar terhadap kondisi yang ada dan pentingnya pemeliharaan lingkungan hanya saja mereka terkadang masih bingung
dan belum tahu apa saja yang harus mereka lakukan untuk menjaga lingkungan karena itulah kegiatan penyuluhan penting untuk dilakukan
dalam mengarahkan masyarakat pelaku industri dalam melakukan produksi tanpa mencemari lingkungan. Tanggapan positif tentang
kegiatan penyuluhan ini seperti yang dikemukakan oleh mbak Dwi selaku pemilik industri batik di Kelurahan Laweyan, sebagai berikut :
“Saya mendukung kegiatan ini mbak, karena kita mendapatkan pengetahuan dan pengarahan tentang bagaimana melakukan
aktivitas industri dengan tidak mencemari lingkungan”wawancara, 21 10 10
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini merupakan suatu bentuk sosialisasi secara langsung kepada masyarakat. Selain melalui kegiatan
ini, sosialisasi juga dilakukan secara tidak langsung yaitu melalui brosur atau selebaran. Kegiatan penyuluhan di Kelurahan Laweyan
commit to user
merupakan tindak lanjut dari program penyuluhan tahun 2008 tentang Produksi Bersih, penerapan produksi bersih di Laweyan ini dimulai
dari pengadaan pelatihan-pelatihan produksi bersih, yaitu : 1.
Tata kelola yang apik good housekeeping Bertujuan agar industri dapat mengoptimumkan konsumsi
bahan baku, air energi serta menurunkan jumlah limbahnya dan mengelola pemakaian bahan agar tidak menimbulkan resiko
kesehatan bagi pekerjanya maupun bagi lingkungan di sekitarnya.
2. Pengelolaan biaya berorientasi lingkungan environtment
oriented cost management Bertujuan agar industri dapat mengelola biaya yang
dikeluarkannya untuk optimasi biaya produksi. 3.
Pengelolaan bahan kimia dhemical management Bertujuan agar industri dapat mengelola pemakaian,
penyimpanan dan pembuangan bahan kimia dengan benar.
Penyuluhan ini berjalan dengan baik sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam program kegiatan Badan Lingkungan Hidup.
commit to user
Tabel 4.1
Penyuluhan Konservasi Sumber Daya Air dan Pengendalian Kerusakan Sumber- Sumber Air Kota Surakarta Tahun 2009
No Kecamatan Waktu
Sosialisasi Tempat HariTanggal
1 Laweyan
Kantor Kecamatan Rabu, 2 Juli 2009
2 Banjarsari
Kantor Kecamatan Kamis, 3 Juli 2009
3 Pasar Kliwon
Kantor Kecamatan Jumat, 4 Juli 2009
4 Serengan
Kantor Kecamatan Senin, 7 Juli 2009
5 Jebres
Kantor Kecamatan Selasa, 8 Juli 2009
Sumber : BLH Secara kuantitas petugas penyuluhan dirasa masih kurang karena
jumlah petugas sekitar 2 atau 3 orang, tidak sebanding dengan jumlah peserta yang mencapai 50 orang. Sedangkan dari segi kualitas, Badan
Lingkungan Hidup selalu berusaha meningkatkan kualitas dari petugas dengan mengikutsertakan mereka dalam pelatihan- pelatihan. Seperti
baru-baru ini dilakukan pelatihan untuk petugas agar mereka lebih berkompeten dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan
pencemaran. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh mbak Ari Arsianti, sebagai berikut :
“Untuk meningkatkan kinerja BLH, petugas mengikuti pelatihan. Hal ini bukan hanya dilakukan kali ini saja, petugas dikirim untuk
mengikuti pelatihan- pelatihan yang diadakan baik oleh pemerintah atau instansi non pemerintah.”wawancara, 02 11 10
Secara umum produktivitas kegiatan penyuluhan yang dilakukan
Badan Lingkungan Hidup dapat dikatakan sudah maksimal, hal ini dikarenakan pencapaian pelaksanaan kegiatan sesuai dengan yang
commit to user
direncanakan. Pelaksanaan kegiatan ini berjalan baik dan lancar. Keberhasilan kegiatan ini didukung dengan besarnya animo
masyarakat pelaku industri ketika kegiatan penyuluhan berlangsung, dalam sesi tanya jawab dan diskusi peserta tidak sungkan untuk
bertanya dan meminta penjelasan tentang kegiatan industri mereka yang berkaitan dengan peraturan yang ada dan permasalahan
penanggulangan pencemaran air. Badan Lingkungan Hidup berharap supaya pemahaman yang diperoleh masyarakat pelaku industri pada
saat penyuluhan tidak hanya sebatas dipahami, tetapi juga diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan industri mereka.
c Pengawasan
Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup merupakan pengawasan terhadap industri dalam melaksanakan
kegiatan industri berdasar pada undang-undang lingkungan hidup. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Edi Suparmanto, seperti
berikut ini : “Badan Lingkungan Hidup melakukan pengawasan terhadap hal-
hal yang ada dalam peraturan perundang-undangan lingkungan hidup. Berdasarkan peraturan perundang-undangan tersebut ada
beberapa hal yang harus ditaati oleh pemilik industri, hal tersebut yang menjadi fokus pengawasan Badan Lingkungan
Hidup”wawancara, 30 08 10
Dalam pasal 20 PP No 82 tahun 2001 Pemerintah dan pemerintahan Provinsi, Pemerintah KabupatenKota sesuai dengan
commit to user
kewenangan masing-masing dalam rangka pengendalian air pada sumber air berwenang :
1. Menetapkan daya tampung beban pencemaran
2. Melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar
3. Menetapkan persyaratan air limbah untuk aplikasi pada tanah
4. Menetapkan persyaratan pembuangan air limbah ke air atau
sumber air 5.
Memantau kualitas air pada sumber air 6.
Memantau faktor lain yang menyebabkan perubahan mutu air.
Dalam usaha untuk mengendalikan permasalahan lingkungan hidup pemerintah Daerah Kota Surakarta membentuk Instansi
Pengendalian Lingkungan Hidup, di Surakarta instansi tersebut dalah Badan Lingkungan Hidup. Badan Lingkungan Hidup wajib melakukan
pemantauan terhadap setiap usaha dan atau kegiatan secara periodik dan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan
Kegiatan pengawasan yang dilakukan Badan lingkungan Hidup bersifat pembinaan. Badan Lingkungan Hidup menjamin dan
mengarahkan agar pelaksanaan aktivitas industri yang dilakukan oleh masyarakat pelaku industri berjalan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Hal ini sesuai dengan keterangan dari mbak Ari Arsianti, sebagai berikut :
“BLH melakukan pengawasan yang bersifat pembinaan. Apabila terjadi masalah atau kesalahan dari pelaku industri maka BLH
commit to user
memberikan arahan atau pembinaan agar dalam pengolahan limbah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.”wawancara, 02 11 10
Kegiatan pengawasan ini terkendala dengan kurangnya jumlah
petugas. Di Surakarta ada sekitar 120 industri batik dan di Laweyan adalah pelaku industri batik terbesar di Surakarta yaitu sekitar 80
industri batik, baru sebagian saja yang mampu dipantau. Namun Badan Lingkungan Hidup dalam kegiatan pengawasan ini bekerjasama
dengan instansi lainnya yang terkait seperti dengan Dinas Koperasi dan UMKM. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Bapak Edi Suparmanto
sebagai berikut : “Jumlah petugas yang ada tidak sebanding dengan jumlah industri
yang ada, di Surakarta ada sekitar 120 industri batik. Selain itu di wilayah Laweyan kebanyakan adalah home indutri maka pemilik
banyak yang tidak melaporkan perubahan produksi dan perubahan kapasitas produksi, hal ini mempersulit BLH dalam melakukan
pengawasan. Tetapi dalam kegiatan pengawasan ini BLH bekerjasama dengan instansi lainnya yang terkait seperti dengan
Dinas Koperasi dan UMKM. ”wawancara, 25 08 10 Kegiatan pengawasan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup
diagendakan 3 sampai 4 kali dalam setahun, tetapi untuk industri kecil pengawasan diagendakan 1 atau 2 kali dalam setahun karena industri
kecil hanya beroperasi jika ada order, tidak bisa diawasi secara berkala. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Edi Suparmanto, sebagai
berikut : “Untuk industri kecil pengawasan hanya dilakukan 1 atau 2 kali
dalam setahun, sebab industri kecil hanya beroperasi jika ada order atau pesanan saja, tidak bisa diawasi secara berkala.” wawancara,
25 08 10
commit to user
Kegiatan pengawasan Badan Lingkungan Hidup tidak hanya kepada pelaku industri saja tetapi juga pada sumber-sumber air untuk
mengetahui tingkat pencemaran. Berikut monitoring pencemaran sungai oleh Badan Lingkungan Hidup tahun 2007-2009 Pada sungai
Jenes dan sungai Pepe karena sungai Jenes yang melewati kelurahan Laweyan kemudian bermuara pada sungai Pepe :
commit to user
Tabel 4.5
Baku mutu air berdasarkan PP No 82 Tahun 2001
No Kelas Baku
Mutu BOD COD pH Seng Tembaga Krom Nikel Timbal Nitrit Nitrat Kadmium
1 Kelas I
2 - 6-9 0.05 0.02 0.05 - 0.03 0.06 10
0.01 2 Kelas
II 3 25 6-9 0.05 0.02 0.05 10 0.03 0.06 10
0.01 3 Kelas
III 6 50 6-9 0.05 0.02 0.05 20 0.03 0.06 20
0.01 4 Kelas
IV 12 100 5-9 2 0.2
1 20 1
- 20
0.01
Keterangan :
Kelas I : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air minum Kelas II : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk saranaprasarana
rekreasi air, pengelolaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman
Kelas III : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan air untuk mengairi pertanaman
Kelas IV : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman
Dari monitoring keadaan sungai-sungai yang ada menunjukkan terjadi fluktuasi kondisi pencemaran yang ada di beberapa sungai yang
menunjukkan kenaikan dan penurunan beberapa kandungan zat kimia dalam air. Badan Lingkungan Hidup memberikan alasan bahwa
kondisi tersebut disebabkan oleh aktifitas kegiatan produksi oleh pelaku industri dimana ada waktu ketika industri melakukan aktifitas
yang sangat intensif sehingga limbah yang dihasilkan juga banyak, dan ada waktu ketika industri hanya berproduksi sedikit bahkan tidak
berproduksi sama sekali sehingga limbah yang dihasilkan juga sedikit. Terkait dengan limbah yang dihasilkan oleh industri ini dibenarkan
oleh Bapak Widi selaku Wakil Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan sebagai berikut :
commit to user
“Limbah yang dihasilkan tergantung dari kegiatan produksi pengusaha batik, kebanyakan pemilik industri skala kecil hanya
berproduksi jika ada pesanan.”wawancara, 26 10 10 Dari pemantauan yang dilakukan di beberapa titik sungai,
pencemaran yang terjadi tidak bisa ditetapkan bahwa pencemaran yang disebabkan oleh industri di sekitar situ. Hal ini dijelaskan oleh Bapak
Edi Suparmanto, sebagai berikut : “Pencemaran yang terjadi pada satu titik sungai bisa saja karena
akumulasi dari pencemaran yang terjadi di hulu yang kemudian menumpuk di titik tersebut.”wawancara, 25 08 10
Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak Widi di
Laweyan, seperti berikut ini : “Karena geografis Laweyan yang rendah membuat limbah
terakumulasi di Laweyan dan seolah-olah Laweyan yang menghasilkan limbah paling banyak yang mencemari
sungai.”wawancara, 26 10 10 Hal yang patut disayangkan karena dari hasil data monitoring
menunjukkan bahwa limbah yang ada masih melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah.
Produktivitas Badan Lingkungan Hidup dalam kegiatan ini dirasa masih kurang karena pengawasan yang diagendakan hanya dilakukan 3
sampai 4 kali dalam setahun, dan 1 atau 2 kali untuk industri kecil. Jumlah petugas juga berpengaruh karena jumlah petugas yang sedikit
akan menyulitkan proses pengawasan. Jika jumlah petugas ditambah maka disa dilakukan pengawasan yang lebih sering.
commit to user
d Penertiban
Kegiatan penertiban pengendalian pencemaran air adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Kota Surakarta untuk
menertibkan kegiatan industri di Kota Surakarta yang dalam pelaksanaan aktivitas usahanya telah melanggar ketentuan dan
peraturan yang berlaku dalam kaitan ini adalah PP No 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
dan Perda No 2 Tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup. Dari pengertian ini terkandung tujuan diadakannya kegiatan tersebut,
sebagai mana yang dikemukakan oleh bapak Edi Suparmanto sebagai berikut ini :
“Tujuan dari kegiatan penertiban yang dilakukan ini adalah untuk menertibkan industri yang dalam melaksanakan kegiatannya telah
menyalahi peraturan-peraturan yang telah ada, terutama terhadap permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan yang berkaitan
dengan limbah yang dibuang yang kemungkinan dapat menyebabkan terjadi pencemaran air.” wawancara, 30 08 10
Setiap pihak yang akan mendirikan industri harus memenuhi syarat
dan ketentuan perundang-undangan pada Perda no 2 Tahun 2006 pasal 53 dan 54 sebagai berikut :
Persyaratan dan Prosedur Izin Pasal 53
“Setiap pemberian izin melakukan usaha danatau kegiatan wajib mendasarkan pada ketentuan tentang baku mutulingkungan hidup dan
atau kriteria baku kerusakanlingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
commit to user
Pasal 54
1 Prosedur untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksuddalam Pasal 52 ayat 1 diatur sebagai berikut:
a. mengajukan permohonan secara tertulis dengandilengkapi data, dokumen dan informasisebagaimana dipersyaratkan dalam
ketentuanperizinan; b. data, dokumen dan informasi sebagai kelengkapanpersyaratan
izin sebagaimana dimaksud pada hurufa, harus jelas, lengkap, akurat dan benar; dan
c. seluruh data, dokumen dan informasi harus dibuatsalinannya kemudian disampaikan kepada pejabatyang berwenang.
2 Proses perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat 1wajib didasarkan pada :
a. batas waktu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
b. penghitungan batas waktu sebagaimana dimaksudpada huruf a dilakukan setelah semua persyaratandinyatakan lengkap.
3 Penerimaan permohonan izin tidak dapat dimulai apabilapemohon tidak dapat memenuhi persyaratansebagaimana
dimaksud pada ayat 1.
commit to user
4 Izin sebagaimana dimaksud pada ayat 2 harus sudahdiputuskan dalam jangka waktu sesuai dengan
peraturanperundang-undangan yang berlaku. 5 Apabila peraturan perundang-undangan tidakmenentukan
jangka waktu penyelesaian izinsebagaimana dimaksud pada ayat 4, makaditentukanselambat-lambatnya 90 sembilan puluh hari
keputusanterhadap izin harus sudah diterbitkan. 6 Dalam rangka penerapan prinsip-prinsip kehati-hatian,pejabat
pemberi izin dapat meminta pertimbangan dariasosiasi profesi, pakar, dan masyarakat yang terkenadampak.
7 Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 dapatberupa persetujuan atau penolakan penerbitan izinmelakukan usaha danatau
kegiatan. 8 Penolakan penerbitan izin sebagaimana dimaksud padaayat 7
harus disertai dengan alasan dan penjelasantertulis. 9 Permohonan izin bersifat terbuka untuk umum.
Di Kelurahan Laweyan dari 80 industri yang ada sekitar 80 telah berijin dan 20 sedang dalam proses pendataan untuk memperoleh
ijin industri, sedangkan dari ke-20 industri batik yang masih aktif berproduksi keseluruhannya telah memiliki ijin industri. Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh bapak Bambang Wijayani sebagai berikut :
commit to user
“Di Kelurahan Laweyan memang baru 80 yang memiliki ijin mendirikan industri, tetapi 20 sedang dalam pendataan untuk
memperoleh ijin” wawancara, 29 12 100 Hal ini dipertegas dengan pernyataan dari Bapak Widi sebagai
berikut : “80 pemilik industri di Kelurahan Laweyan ini telah memiliki
ijin sedangkan sisanya masih dalam proses untuk memperoleh ijin, untuk 20industri yang masih aktif produksi seluruhnya telah
memiliki ijin.’ wawancara, 30 12 10 Penertiban dalam rangka pengendalian pencemaran air di Kota
Surakarta dilaksanakan berdasarkan hasil laporan dari kegiatan pengawasan dan pemantauan yang telah dilakukan sebelumnya, untuk
mewujudkan kondisi lingkungan yang optimal dan dapat untuk mendukung dalam kegiatan sehari-hari masyarakat.
Produktivitas dari kegiatan penertiban ini dirasa masih kurang mengingat masih ada pelanggaran yang terjadi, petugas kurang berani
memberikan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Pada tahun 2009 terjadi 4 pelanggaran di Kelurahan Laweyan,
petugas hanya memberi peringatan lesan dan peringatan tertulis. Bentuk dari penertiban yang dilakukan oleh Badan Lingkungan
Hidup Kota Surakarta ini disesuaikan dengan tingkatan dari pelanggaran yang dilakukan oleh industri seperti yang diungkapkan
oleh Bambang Wijayani sebagai berikut ini : “ Kalau jenis penertiban yang kita dilakukan terhadap industri yang
melanggar peraturan yang ada itu kita sesuaikan dengan jenis pelanggarannya, kita lihat pelanggarannya berat atau tidak.”
wawancara, 05 11 10
commit to user
Terhadap pelanggaran yang terjadi penertiban dapat dilakukan dari pencabutan ijin operasi sementara maupun pencabutan ijin secara
permanen tergantung dari pelanggarannya. Penanggungjawab kegiatan industri dapat dikenakan sanksi
berupa penghentian atau penutupan sementara dilakukan apabila : 1.
sifat dan bobot pelanggaran pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup belum menimbulkan dampak yang besar;
2. belum terpenuhi persyaratan pokok perizinan yang telah
ditentukan; 3.
terdapat keberatan atau pengaduan dari pihak ketiga; 4.
pelanggaran atau kesalahan yang bersifat teknis. Sementara itu pengenaan sanksi pencabutan izin permanen
Pengenaan sanksi penghentian dilakukan terhadap pelanggaran : 1.
persyaratan pokok yang diajukan ternyata mengandung cacat, masih dalam sengketa, kekeliruan, penyalahgunaan,
ketidakbenaran, ketidakakuratan, kebohongan dan atau tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. pelaksanaan izin telah menyimpang dari ketentuan dan persyaratan
yang tercantum dalam izin; 3.
dalam waktu selama-lamanya 6 enam bulan ternyata tidak terpenuhinya suatu keharusan yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
commit to user
4. usaha dan atau kegiatan telah dihentikan selama 12 dua belas
bulan berturut-turut dan tidak diajukan lagi. Tata cara pengenaan sanksi pencabutan izin dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut : 1.
kepada penanggung jawab diberikan teguran pertama secara tertulis dalam jangka waktu selama-lamanya 30 tiga puluh hari
untuk segera menghentikan pelanggaran; 2.
apabila teguran pertama sebagaimana dimaksud belum diindahkan oleh penanggung jawab, dikenakan teguran kedua secara tertulis
dalam jangka waktu selama-lamanya 30 tiga puluh hari untuk segera menghentikan pelanggaran;
3. apabila teguran kedua sebagaimana dimaksud dalam diindahkan
oleh penanggung jawa, dikenakan teguran ketiga secara tertulis dalam jangka waktu selama-lamanya 30 tiga puluh hari untuk
segera menghentikan pelanggaran; 4.
apabila teguran ketiga sebagaimana dimaksud belum diindahkan oleh penanggung jawab, dikenakan pencabutan izin sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku Pada setiap tahapan sebagaimana dimaksud pemberi izin
pemerintah wajib memberikan kesempatan seluas mungkin kepada pemegang izin untuk memberikan penjelasan.
commit to user
2. Indikator Responsivitas