Indikator Kinerja Kajian Teori

commit to user Performance Management, Vol 10, No 1, 2008 hal 86-98 dalam www.inderscience.com berikut ini : “When designing and implementing a PM system there are always some impacts on the management, leadership and further on the QWL of the employees. Hence, the successful implementation of a PM system should bring out positive impacts. If the PM system can support the management of the company in leadership and communication, it can enhance for example the employees’ commitment, motivation and possibilities to affect the decision making”. terjemahan : ketika merencanakan dan mengimplementasikan sebuah sistem manajemen kinerja selalu berdampak pada manajerial, kepemimpinan dan juga termasuk di dalamnya kualitas kehidupan pekerja QWL dari para pekerja. Sehingga keberhasilan dari implementasi sistem manajemen kinerja selalu membawa dampak positif. Jika dalam sistem manajemen kinerja dapat mendukung manajemen di perusahaan dalam hal kepemimpinan dan komunikasi, itu dapat dijadikan contoh sebagai komitman karyawan, motivasi, dan tanggungjawab dalam pengambilan keputusan.

D. Indikator Kinerja

Menurut Bastian dalam Hessel Nogi Tangkilisan, 2005:175 indikator kinerja organisasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan. Bastian mengemukakan beberapa elemen-elemen indikator kinerja antara lain : a. indikator masukan inputs, yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan agar organisasi mampu menghasilkan produknya,baik barang atau jasa, yang meliputi sumber daya manusia, informasi, kebijakan, dan sebagainya. b. indikator keluaran outputs, yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun non fisik. commit to user c. indikator hasil outcomes, yaitu segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah efek langsung. d. indikator manfaat benefit, yaitu sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. e. indikator dampak impacts, yaitu pengaruh yang ditimbulkan, baik positif maupun negatif, pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan. Indikator kinerja untuk tiap-tiap unit organisasi berbeda-beda tergantung pada tipe pelayanan yang dihasilkan. Selim dan Woodward dalam Agus Dwiyanto, 2006:52 melihat kinerja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomi, efisiensi, efektivitas, dan persamaan pelayanan. Sedangkan Zeithaml, Pasuraman, dan Berry dalam Agus Dwiyanto, 2006:53 mengemukakan bahwa kinerja pelayanan publik yang baik dapat dilihat melalui berbagai indikator yang sifatnya fisik. Wahyudi Kumorotomo dalam Agus Dwiyanto, 2006:52 menggunakan beberapa kriteria untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja organisasi pelayanan publik, antara lain, adalah berikut ini : a. Efisiensi Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. Apabila commit to user diterapkan secara objektif, kriteria seperti likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas merupakan kriteria efisiensi yang sangat relevan. b. Efektivitas Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut tercapai? Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi, serta fungsi agen pembangunan. c. Keadilan Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Keduanya mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai- nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang menyangkut pemerataan pembangunan, layanan kepada kelompok pinggiran dan sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini. d. Daya tanggap Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta, organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh sebab itu, kriteria organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria daya tanggap ini. Agus Dwiyanto 2006:50-51 mengemukakan bahwa penilaian kinerja birokrasi publik tidak cukup hanya dilakukan dengan menggunakan indikator- commit to user indikator yang melekat pada birokrasi itu, seperti efisiensi dan efektivitas, tetapi juga harus dilihat juga dari indikator-indikator yang melekat pada pengguna jasa, seperti kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas, dan responsivitas. Agus Dwiyanto mengemukakan lima indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik yaitu : a. Produktifitas Produktifitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektifitas pelayanan. Produktifitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output . Konsep produktifitas dirasa terlalu sempit dan kemudian General Accounting Office GAO mencoba mengembangkan satu ukuran produktifitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting. b. Kualitas Layanan Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam menjelaskan kinerja organisasi publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan masyarakat seringkali tersedia secara mudah dan murah. commit to user Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan seringkali dapat diperoleh dari media massa atau diskusi publik. Akibat akses terhadap informasi mengenai kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi suatu ukuran kinerja organisasi publik yang mudah dan murah dipergunakan. Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi publik. c. Responsivitas Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas disini menunjukkan pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung mengambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuan, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi- organisasi publik. Organisasi memiliki responsivitas yang rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula. commit to user d. Responsibilitas Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang ekspilisit maupun implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas. e. Akuntabilitas Akuntabilitas publik menunjukkan pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal seperti nilai- nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat. commit to user Berdasarkan beberapa indikator kinerja yang disampaikan tersebut, maka yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah produktivitas, responsivitas, dan akuntabilitas sebagai indikator kinerja . Ketiga indikator ini dipilih karena dirasa telah mewakili dari beberapa indikator yang ada. Indikator responsibilitas sudah tercakup dalam indikator akuntabilitas. E. Kinerja Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan. Instansi Pengendalian Lingkungan Hidup adalah Unit Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta yang menurut tugas dan fungsinya mengendalikan lingkungan hidup Perda no 2 tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup pasal 1 poin 5. Pengendalian lingkungan hidup adalah upaya pencegahan dan atau penanggulangan dan atau pemulihan pencemaran dan atau kerusakan lingkungan melalui kegiatan perencanaan, penataan, pemanfaatan, pengembangan, pengawasan, dan pemeliharaan. Di Surakarta instansi tersebut adalah Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta. Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta merupakan instansi pemerintah yang berperan dalam menanggulangi pencemaran limbah di wilayahnya, dalam penelitian ini khususnya menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan. Dalam melaksanakan tugasnya Badan Lingkungan Hidup harus mampu bekerja secara optimal untuk mewujudkan visi dan misi Badan Lingkungan Hidup demi menjaga keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup. commit to user Kinerja Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta adalah kemampuan yang dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dalam menangani pencemaran lingkungan sehingga tujuan penanggulangan pencemaran air limbah, yaitu meminimalisir jumlah pencemaran air limbah industri khususnya limbah industri batik di Kelurahan Laweyan. Kinerja Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dapat diidentifikasikan melalui beberapa indikator kinerja yang dapat menjadi tolak ukur keberhasilan dalam kegiatan menanggulangi pencemaran air limbah industri batik. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah produktivitas, responsivitas, dan akuntabilitas. Ketiga indikator ini dipilih karena dirasa telah mewakili dari beberapa indikator yang ada. Indikator responsibilitas sudah tercakup dalam indikator akuntabilitas. Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut mengenai batasan- batasan indikator yang telah dipilih tersebut : a. Produktivitas Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dan output, artinya perbandingan sejauh mana upaya yang dilakukan dengan hasil yang diperolehnya dalam periode tertentu. Menurut Agus Dwiyanto 2006:50 konsep produktivitas tidak hanya menyangkut pada tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Selain itu juga harus memperhitungkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diterapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting. commit to user Berdasarkan penjelasan di atas mengenai konsep produktivitas maka dalam penelitian ini akan menekankan konsep produktivitas pada sejauh mana upaya yang telah dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan. Hal ini dapat diketahui dengan berbagai kegiatan apa saja yang dilakukan dalam upaya menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan dan apakah hasilnya sesuai dengan target yang telah ditetapkan. b. Responsivitas Responsivitas merupakan salah satu konsep yang digunakan sebagai indikator untuk menilai kinerja. Responsivitas ini merupakan daya tanggap yang dimiliki suatu organisasi terhadap suatu permasalahan. Responsivitas menurut Dilulio dalam Agus Dwiyanto 2006:62 adalah kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat dapat dikatakan bahwa responsivitas ini mengukur daya tanggap birokrasi terhadap harapan, keinginan dan aspirasi, serta tuntutan pengguna jasa. Responsivitas sangat diperlukan dalam pelayanan publik karena hal tersebut merupakan bukti kemampuan dari suatu organisasi . Organisasi yang memiliki responsivitas yang rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula. Osborne Plastrik dalam Agus Dwiyanto, 2006:62 commit to user Responsifitas menurut Agus Dwiyanto 2006:63 dalam operasionalisasinya dijabarkan menjadi beberapa indikator yaitu : 1 terdapat tidaknya keluhan pengguna jasa selama satu tahun terakhir ; 2 sikap aparat birokrasi dalam merespon keluhan dari pengguna jasa 3 penggunaan keluhan dari pengguna jasa sebagai referensi bagi perbaikan penyelenggaraan pelayanan pada masa mendatang; 4 berbagai tindakan aparat birokrasi untuk memberikan kepuasan pelayanan pada pengguna jasa ; serta 5 penempatan pengguna jasa oleh aparat birokrasi dalam sistem pelayanan yang berlaku. Responsivitas disini menunjukkan pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas secara tidak langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik. Organisasi yang memiliki responsivitas yang rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang buruk. Sebuah organisasi publik harus mempunyai responsivitas yang tinggi terhadap apa yang menjadi permasalahan, kebutuhan, keluhan dan aspirasi masyarakat. Organisasi hendaknya cepat memahami apa yang menjadi tuntutan masyarakat dan commit to user berusaha semaksimal mungkin memenuhinya. Organisasi dapat menangkap masalah yang dihadapi publik dan berusaha untuk mencapai solusinya. Sehingga dengan demikian dibutuhkan sumber daya manusia yang memadai dan peka agar dapat lebih mengenali aspirasi masyarakat serta dapat memberikan solusi terhadap tuntutan kebutuhan masyarakat. Sebagai salah satu instansi pemerintah Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta harus memiliki responsivitas yang tinggi agar kinerja baik. Responsivitas pada Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan dapat diketahui dengan sejauh mana instansi tersebut merespon, mengatasi, menjawab dan memberikan solusi yang tepat sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam permasalahan pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan. c. Akuntabilitas Akuntabilitas dalam penyelenggaraan publik menurut Agus Dwiyanto 2006:57 adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilai-nilai atau norma eksternal yang ada dimasyarakat atau yang dimiliki oleh para Stakeholders . nilai dan norma pelayanan yang berkembang dalam masyarakat tersebut, diantaranya meliputi transparasi pelayanan , prinsip keadilan jaminan penegakan hukum, hak asasi manusia, dan orientasi pelayanan yang dikembangkan terhadap masyarakat pengguna jasa. commit to user Menurut Wahyudi Kumorotomo 2005:3-4 akuntabilitas diartikan sebagai ukuran yang menunjukkan apakah aktivitas birokrasi publik atau pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah sudah sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang dianut oleh rakyat dan apakah pelayanan publik tersebut mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakat sesungguhnya. Dalam Mahmudi 2005:9 akuntabilitas publik terdiri dari dua macam, yaitu 1 akuntabilitas vertikal dan 2 akuntabilitas horizontal. Akuntabilitas vertikal adalah akuntabilitas kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya akuntabilitas kepala dinas kepada bupati atau walikota, menteri kepada presiden, kepala unit kepada kepala cabang, kapala cabang kepada CEO, dan sebagainya. Akuntabilitas horizontal adalah akuntabilitas kepada publik secara luas atau terhadap sesama lembaga lainnya yang tidak memiliki hubungan atasan-bawahan. Dalam penelitian ini, akuntabilitas sebagai kriteria untuk mengetahui sejauh mana Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki tingkat akuntabel, jika kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat. commit to user

F. Kerangka Pemikiran