Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara siswa berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
5 Penialaian Assessment
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan knowlegde, kecakapan skill, dan sikap atitude. Penilaian terhadap
penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester UAS, ujian tengah smester
UTS, kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware,
maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititik beratkan pada penguasaan softskill, yaitu keaktifan dan
partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut
ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
2.1.4.4 Langkah-langkah Model Problem-Based Learning PBL
Menurut Arends 2007: 57 menguraikan terdapat lima fase dalam pembelajaran PBL, dari perilaku guru terhadap siswa pada setiap fasenya yang
menunjukakan bahwa pola pemeblajaran PBL menekankan pada orientasi guru terhadap siswa, yang menuntut siswa untuk aktif selama proses pembelajaran
berlangsung dari menemukan masalah, mencoba menyelesaikannya serta mengkomunikasikan hasil kerja dalam menemukan permasalahan. diringkas pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sintaks Model Problem-Based Learning Fase
Perilaku Guru Fase 1
Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa
Guru membahas tujuan pembelajaran, mendiskripsikan berbagai kebutuhan
logistik penting dan motivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi
masalah.
Fase 2 Mengorganisasikan siswa untuk
meneliti Guru membantu siswa untuk
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan
permasalahannya.
Fase 3 Membantu investigasi mandiri dan
kelompok Guru mendorong siswa untuk
mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari
penjelasan dan solusi.
Fase 4 Mengembangkan dan
mempresentasikan artefak dan exhibit Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan artefak- artefak yang tepat seperti laporan,
rekaman video, dan model-model dan membantu mereka untuk
menyampaikannya kepada orang lain.
Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses
mengatasi masalah Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi terhadap investigasi dan proses-proses yang mereka
gunakan.
Sumber: Arends, 2007: 57
2.1.4.5 Tujuan Model Problem-Based Learning PBL
Menurut udel.edu pembelajaran berbasis masalah, siswa dapat meningkatkan ketrampilan mereka memecahkan masalah, ketrampilan, penelitian,
dan ketarampilan sosial. Selain itu, manfaat Problem-based learning bagi siswa adalah sebagai berikut:
1 Meningkatkan motivasi belajar.
2 Mengembangkan pemikiran, menulis, dan ketrampilan, komunikasi penting.
3 Meningkatkan retensi informasi.
4 Menyediakan model untuk belajar sepanjang hayat.
5 Menunjukkan kekuatan kooperatif dan bekerja.
Menurut kemendikbud 2013: 56, tujuan dan manfaat dari model pembelajaran berbasis masalah adalah:
1 Ketrampilan berfikir dan ketrampilan memecahkan masalah.
2 Pemodelan peranan orang dewasa.
Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani pembelajran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis
dijumpai di luar sekolah. Aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dikembangkan adalah:
a PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
b PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan
dan dialog yang lain sehingga siswa secara bertahap dapat memahami peran yang diamati tersebut.
c PBL melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang
memungkinkan mereka
mengintreprestasikan dan
menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun temannya tentang fenomena itu.
3 Belajar pengarahan sendiri self directed learning
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada siswa. Siswa harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan darimana informasi harus
diperoleh, di bawah bimbingan guru. 2.1.4.6
Kelebihan Model Problem-Based Learning PBL
Menurut Sanjaya 2014: 220 sebagai suatu model pembelajaran Problem-Based Learning PBL memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
1 Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa. 2
Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa. 3
Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia nyata.
4 Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, PBL dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri terhadap
hasil maupun proses belajarnya. 5
Mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru. 6
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
7 Mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun
pada pendidikan formal telah berakhir. 8
Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna
memecahkan masalah dunia nyata. 2.1.4.7
Kekurangan Model Problem-Based Learning PBL
Menurut Sanjaya 2014: 220 sebagai suatu model pembelajaran Problem-Based Learning PBL memiliki beberapa kekurangan diantaranya:
1 Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan mencobanya.
2 Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai
materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka
mereka akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa PBL adalah
pembelajaran yang menghadirkan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang ketrampilan pemecahan masalah melalui kemampuan
pemecahan masalahnya. Sehingga kemampuan matematika siswa dapat berkembang dengan baik melalui pembelajaran dengan menggunakan model
Problem-Based Learning PBL. 2.1.5
Student Active Book
Modul pembelajaran merupakan suatu pendukung dalam kegiatan belajar mengajar. Keberadaan Modul pembelajaran sangat penting bagi guru karena
keberadaan modul sangat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, mendukung model pembelajaran yang dipakai oleh guru serta
mempermudah jalannya pembelajaran. Menurut Nasution 2005: 205 modul pembelajaran dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap dan berdiri
sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan
jelas.
Karena itu, guru perlu menyusun dan mengembangkan bahan ajar berupa modul yang berfokus pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui model
pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Pada model Problem-Based Learning PBL sangat dianjurkan menggunakan modul
pembelajaran sebagai dukungan utama, sebab dengan guru membuat modul pembelajaran yang berfokus pada model pembelajaran yang digunakan dalam hal
ini Problem-Based Learning PBL akan membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan dapat digunakan sebagai referensi dan
sumber belajar bagi siswa untuk dapat mengembangkan kemampuannya tersebut. Agar memudahkan siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan model Problem-Based Learning PBL dibuatlah sebuah modul pembelajaran pendukung yang disesuaikan dengan sintaks model PBL yang
nantinya dapat membantu siswa untuk memahami konsep pembelajaran sehingga tercipta suasana pembelajaran yang menarik dan relevan. Untuk itu, peneliti
menyusun sebuah modul pembelajaran matematika yang diberi nama “Student Active Book” sebuah modul pembelajaran matematika yang inovatif dan disusun
secara kreatif, berbeda dengan modul-modul pembelajaran yang biasa dipakai guru dan siswa. Modul pembelajaran ini berisi rangkaian kegiatan pembelajaran
yang bertujuan mengembangkan dan membina ketrampilan matematika siswa serta mendukung model Problem-Based Learning yang pada akhir tujuan nanti
dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa. Menurut
Nasution 2005:
205 tujuan
pembelajaran dengan
menggunakan modul pembelajaran ialah membuka kesempatan bagi siswa untuk
belajar menurut kecepatan masing-masing. Dianggap bahwa tidak akan mencapai hasil yang sama dalam waktu yang sama dan tidak sedia mempelajari sesuatu
pada waktu yang sama. Modul juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut cara mereka masing-masing, sebab mereka menggunakan teknik
yang berbeda-beda untuk memecahkan masalah tertentu berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kebiasaan masing-masing. Melalui pembelajaran
dengan menggunakan “Student Active Book” akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mempelajarai materi yang disajikan dalam modul sesuai kecepatan
masing-masing mengingat masing-masing siswa menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk memecahkan masalah yang diberikan.
Menurut panduan Pengembangan Bahan Ajar Depdiknas, 2008: 25 modul paling tidak berisi tentang:
1 Petunjuk Belajar petunjuk siswaguru
2 Kompetensi yang dicapai
3 Konten dan isi materi
4 Informasi pendukung
5 Latihan-latihan
6 Petunjuk kerja, dapat berupa lembar kerja LK
7 Evaluasi
8 Balikan terhadap Evaluasi
Menurut Suryosubroto yang dikutip dalam Wena 2008: 233 juga mengemukakan tentang unsur-unsur modul pembelajaran yaitu sebagai berikut.
1 Pedoman guru, berisi petunjuk untuk guru agar pembelajaran dapat
dilaksanakan secara efisien. Selain itu, juga memberikan petunjuk tentang macam-macam kegiatan yang harus dilaksanakan oleh kelas, waktu yang
disediakan untuk modul itu, alat pelajaran yang harus digunakan, serta petunjuk evaluasi.
2 Lembaran kegiatan siswa, yang berisi materi pelajaran yang harus dikuasai
oleh siswa. 3
Lembaran kerja, yaitu lembaran yang digunakan untuk mengerjakan tugas yang harus dikerjakan.
4 Kunci lembar kerja, yaitu jawaban atas tugas-tugas, agar siswa dapat
mencocokkan pekerjaannya sehingga dapat mengevaluasi sendiri hasil pekerjaannya.
5 Lembaran tes, yaitu alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur tercapai
tidaknya tujuan yang telah dirumuskan modul. 6
Kunci jawaban tes, yaitu alat koreksi terhadap penilaian.
2.1.6 Pendekatan Scientific
Kurikulum 2013 sejatinya menekankan pada penggunaan pendekatan ilmiah atau pendekatan scientific dalam proses pembelajarannya. Pendekatan
ilmiah atau pendekatan scientific diyakini sebagai suatu alat yang digunakan untuk mengembangkan sikap, pengetahuan serta ketrampilan siswa.
Menurut Permendikbud no. 81 A Tahun 2013 lampiran IV tentang Pedoman Umum Pembelajaran dinyatakan bahwa Proses pembelajaran