Kerangka Berpikir TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah satu guru Matematika di SMP N egeri 1 Juwana, mengenai hasil belajar siswa yang diambil dari data hasil ulangan akhir semester gasal salah satu kelas VII di SMP Negeri 1 Juwana menunjukkan bahwa jumlah siswa yang yang mendapatkan nilai kurang dari kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah berdasarkan kurikulum 2013 yaitu 68 masih cukup banyak dan belum memenuhi kriteria ketuntasan klasikal sebesar 75 dari jumlah siswa yang ada di kelas. Artinya kemampuan matematika siswa masih kurang dari yang diharapkan. Berdasarkan hasil wawancara juga peneliti memperoleh informasi bahwa SMP Negeri 1 Juwana sudah menggunakan kurikulum 2013 sebagai kurikulum acuhan dalam proses pembelajarannya. Dijelaskan pula bahwa karena kurang siapnya siswa dalam pembelajaran menggunakan kurikulum 2013, maka guru hanya menggunakan pendekatan ilmiah atau pendekatan scientific sebagai kunci utama dalam proses pembelajaran meskipun masih mengunakan metode ceramah sekalipun. Ini menimbulkan masih kurang optimalnya aktivitas mental siswa yang menyebabkan siswa cenderung masih pasif dan belum memunculkan sikap karakter yang diharapkan dalam hal ini percaya diri yang dimiliki siswa sehingga siswa merasa takut apabila ingin bertanya tidak bisa menggunakan pemahamannya saat menghadapi permasalahan berupa soal pemecahan masalah. Guru sebagai pemberi informasi sehingga pengetahuan yang didapat siswa biasanya cepat terlupakan karena siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran. Dalam penyampaian materi, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah meskipun sudah berkembang dengan penggunaan pendekatan scientific ternyata masih cukup sulit untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam hal pemecahan masalah, karena dalam motode ceramah siswa hanya mendengar dan menerima pelajaran begitu saja. Komponen pembelajaran yang penting atara lain model pembelajaran dan sumber bahan pembelajaran memegang peranan sangat penting dalam proses pembelajaran berlangsung. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat serta pemilihan bahan ajar yang juga tidak tepat akan berdampak pada tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Guru harus merencanakan dan melaksanakan suatu pembelajaran yang tepat terhadap suatu materi sehingga tujuan dapat tercapai. Pada model pembelajaran Problem-Based Learning PBL siswa dilatih untuk memecahkan masalah yang terkait dengan dunia nyata. Hal ini dapat mengembangkan minat siswa untuk terus menerus belajar karena dengan adanya suatu masalah menimbulkan minat siswa untuk memecahkan suatu permasalahan dan tertarik untuk menyelesaikannya. Model PBL merupakan model pembelajaran yang berupaya menggali pengetahuan siswa melalui pemecahan suatu masalah yang diberikan oleh guru. Pada model pembelajaran ini siswa dikelompokkan dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa. Belajar dalam kelompok memberi kesempatan kepada siswa untuk memulai belajar aktif dengan memahami permasalahan terlebih dahulu., kemudian terlibat secara langsung memunculkan berbagai solusi dalam diskusi kelompok sehingga siswa dapat berfikir untuk mencari penyelesaian dari soal tersebut. Di samping itu, siswa juga dapat memberikan tanggapan secara bebas dan dilatih untuk dapat bekerjasama serta menghargai pendapat orang lain. Dengan belajar memahami permasalahan terlebih dahulu dapat memotivasi siswa untuk secara aktif membangun karakter percaya diri siswa. Selain itu siswa secara aktif mencari informasi untuk mengkonstruk sebuah pengetahuan baru sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Cara mengkonstruk pengetahuan baru dapat menggunakan bantuan berupa suatu bahan ajar berupa modul pembelajaran, sehingga diharapkan dengan siswa mengkonstruk pemikirannya yang kemudian menyelesaikan permasalahan serta mencari solusi lewat suatu alat berupa modul pembelajaran. Modul pembelajaran batuan yang digunakan adalah modul pembelajaran yang telah disesuaikan dengan model pembelajaran PBL sehingga penggunaan modul ini hanya dapat digunakan untuk pembelajaran yang menggunakan model PBL. Modul ini diberi nama Student Active Book yang bertujuan untuk dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah melalui model PBL serta meningkatkan karakter percaya diri siswa. Modul dapat membantu siswa untuk mendapat pengetahuan yang baru dari uraian singkat mengenai materi singkat mengenai materi pembelajaran yang akan diajarkan sehingga siswa diharapkan dapat memecahkan suatu permasalahan yang ada melalui kemampuan pemecahan masalahnya akan lebih baik dari sebelumnya serta mencapai KKM dan meningkatkatkan karakter percaya diri siswa. Bagan dari kerangka berfikir dalam penelitian ini ditunjukkan dalam gambar 2.1

2.3 Hipotesis Penelitian