Kondisi Pasca-Indonesian Code Aplikasi Good Corporat e Governance di Indonesia

Baik Buruk Gambar 2. Hasil Penelitian Penerapan Standar Corporat e Governance di Beberapa Negara Asia dan Australia. Selain buruknya kondisi prakt ik corporat e governance yang j elas memberikan kont ribusi t erbesar bagi t erj adi dan berlarut -larut nya krisis ekonomi kit a, berbagai kondisi dan fakt or lainnya j uga ikut memberikan kont ribusi yang cukup berart i. Fakt or-f akt or t ersebut ant ara lain dapat disebut kan, sepert i bank-bank yang dibebani dengan hut ang luar negeri yang t idak dihedge dalam j umlah yang cukup besar; pengalokasian kredit oleh bank-bank kepada perusahaan-perusahaan yang hanya memberikan perhat ian yang kecil kepada penyelesaian hut ang di masa depan; t ingkat keberlabaan usaha yang rendah; dan sebagainya.

4.2. Kondisi Pasca-Indonesian Code

Berbagai upaya dan langkah t elah dilakukan guna mengat asi krisis yang berlangsung. Sej umlah organisasi bisnis swast a dan LSM, sepert i The Indonesia Net herl ands Associat ion and Transparency Int ernat ional t elah memulai inisit if yang mendukung perbaikan t ransparansi dan corporat e governance. Begit u j uga halnya pada t ingkat birokrat , pemerint ah bersama-sama dengan berbagai inst it usi donor int ernasional, sepert i Int ernat ional Monet ary Fund IMF, Worl d Bank dan Asian Devel opment Bank ADB t elah mencoba merumuskan berbagai upaya unt uk mereformasi good corporat e governance. Pada t anggal 19 Agust us 1999 Pemerint ah t elah membent uk Komit e Nasional Kebij akan 19 Azhar Maksum: Tinjauan Atas Good Corporate Governance Di Indonesia, 2005. USU e-Repository © 2008 Corporat e Governance KNKCG at au Nat ional Commit t ee on Corporat e Governance NCCG yang bert ugas unt uk menggalakkan dan memant au perkembangan reformasi good corporat e governance. NCCG ini memiliki 22 anggot a yang berasal dari kalangan profesi, sekt or publik dan sekt or swast a yang mewakili profesi hukum dan akunt an, bank, BUMN, perusahaan swast a, Bapepam, dan wakil pemerint ah. Set elah melakukan beberapa kali pert emuan dan diskusi, akhirnya komit e ini berhasil merumuskan konsep draf t t ent ang pedoman prakt ik good corporat e governance Code of Good Corporat e Governance. Pedoman yang dit erbit kan dalam bulan Maret t ahun 2001 ini menunj uk secara j elas t iga belas bidang pent ing yang perlu diperbaharui Tj ager dkk. 2003, yait u: 1 Hak dan t anggung j awab pemegang saham; 2 Fungsi, t ugas, dan kewaj iban dewan komisaris; 3 Fungsi, t ugas, dan kewaj iban dewan direksi; 4 Sist em audit , t ermasuk peran audit or ekst ernal dan komit e audit ; 5 Fungsi, t ugas, dan kewaj iban sekret aris perusahaan; 6 Hak st akehol ders dan akses kepada informasi yang relevan; 7 Ket erbukaan yang t epat wakt u dan akurat ; 8 Kewaj iban para komisaris dan direksi unt uk menj aga kerahasiaan; 9 Larangan penyalahgunaan informasi oleh orang dalam; 10 Et ika berusaha; 11 Ket idakpat ut an pemberian donasi polit ik; 12 Kepat uhan pada perat uran perundang-undangan t ent ang prot eksi kesehat an, keselamat an kerj a, dan pelest arian lingkungan; 13 Kesempat an kerj a yang sama bagi para karyawan. Bukan hanya pada lingkungan birokrat saj a, di kalangan swast a pun j uga muncul berbagai inisiat if unt uk membant u upaya sosialiasi corporat e governance ini. Hal ini dit andai dengan t erbent uknya beberapa organisasi non- pemerint ah NGO, sepert i Forum f or Corporat e Governance f or Indonesia FCGI, The Indonesian Inst it ut e f or Corporat e Governance IICG, Corporat e Leadership Devel opment in Indonesia CLDI, Indonesian Inst it ut e of Independent Commissioners IIIC dan Kadin CG t ask f orce. Dari sudut ini 20 Azhar Maksum: Tinjauan Atas Good Corporate Governance Di Indonesia, 2005. USU e-Repository © 2008 dapat dikat akan bahwa t elah t imbul kemauan dari berbagai pihak unt uk mengaplikasikan corporat e governance sebagai salah sat u solusi ut ama unt uk mengat asi krisis ekonomi yang t erj adi. Namun, amat lah disayangkan bahwa t ernyat a kemauan it u belum merupakan suat u kesadaran mendasar yang sepenuhnya benar. Sebagian besar kalangan pelaku bisnis t ermasuk j uga kalangan birokrat masih menganggap bahwa corporat e governance merupakan sesuat u yang harus diikut i dan dij alankan sebagai wuj ud “ kepat uhan” kepada at uran yang ada, dan bukannya merupakan sesuat u yang memang diperlukan agar perusahaan dapat menghasilkan kinerj a yang opt imal secara berkelanj ut an sehingga roda kehidupan perusahaan dapat t erus berput ar sust ainabl e. Bila digunakan ukuran yang menunj ukkan eksist ensi aplikasi good corporat e governance yang sekurang-kurangnya t erdiri dari ket ersediaan pedoman resmi nat ional code prakt ik good corporat e governance, eksist ensi komisaris independen independent direct ors, dan eksist ensi komit e audit , maka t elah t erj adi kemaj uan yang cukup berart i dalam pelaksanaan good corporat e governance di Indonesia set elah t erbent uknya berbagai lembaga dan pedoman pelaksanaan sebagaimana disebut di at as. Perkembangan t ersebut dapat dilihat dalam t abel berikut . Tabel 3: Kondisi Corporat e Governance per Januari 2003 Country Official Code of Best Practices Mandatory Independent Directors Mandatory Audit Committee Cina YES YES YES Hongkong YES YES NO India YES YES YES Indonesia YES YES YES Korea YES YES YES Malaysia YES YES YES Filippina YES YES YES Singapurs YES YES YES Taiwan YES YES NO Thailand YES YES YES Sumber: Alij oyo dan Zaini 2004 21 Azhar Maksum: Tinjauan Atas Good Corporate Governance Di Indonesia, 2005. USU e-Repository © 2008 Dari t abel di at as t erlihat bahwa kondisi corporat e governance di Indonesia sudah sej aj ar dengan negara-negara Asia yang lain, baik negara yang kondisi corporat e governance-nya memang sudah baik sebelumnya, sepert i Hongkong, Malaysia, dan Singapura lihat Tabel 2 maupun negara- negara yang kondisi sebelumnya masih buruk, sepert i Cina dan Thailand. Jadi, apabila dinilai dari sudut hal-hal yang bersifat mandat ory, t elah t erj adi kemaj uan yang cukup cepat dan berart i dalam reformasi corporat e governance di Indonesia. Pemenuhan t erhadap hal-hal yang bersifat mandat ory secara fundament al belumlah menj amin adanya prakt ik yang memuaskan. Kondisi inilah yang menggiring pada kesimpulan bahwa kesadaran akan pent ingnya prakt ik good corporat e governance bagi peningkat an kinerj a dan kesinambungan usaha yang berkualit as di Indonesia belum t ercapai. Posisi perusahaan-perusahaan t erbaik Indonesia di kalangan negara Asia dalam penerapan good corporat e governance secara keseluruhan masih belum memuaskan dan masih t et ap di posisi yang rendah. Berdasarkan rangking yang diberikan oleh Finance Asia com Lt d. t ahun 2004, dari 100 perusahaan t erbaik di Asia dalam penerapan good corporat e governance, j umlah paling sedikit berasal dari Indonesia. Perbandingannya dapat dilihat dalam t abel di bawah ini. Tabel 4. Distribusi 100 perusahaan terbaik Asia dalam Penerapan Good Corporat e Governance Tahun 2004 No. Negara Jumlah Perusahaan Terbaik Nama Perusahaan Terbaik dari masing-masing negara 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Korea Hongkong Taiwan China India Malaysia Singapura Thailand Indonesia 18 17 17 12 11 8 7 7 5 Samsung Elect ronics Sun Hung Kai Propert ies TSMC CNOOC Inf osys Technologies Public Bank Singapore Telecommunicat ions Siam Cement s Astra International Sumber: Finance Asia 100 Index, 2004. 22 Azhar Maksum: Tinjauan Atas Good Corporate Governance Di Indonesia, 2005. USU e-Repository © 2008 Bila dibandingkan dengan Cina dan India yang dalam survai sebelumnya lihat Gambar 2 j uga berada dalam posisi yang sama posisi paling buruk, dalam survai ini t elah mengalami peningkat an yang j auh lebih baik. Dari 100 perusahaan t erbaik t ersebut , 12 perusahaan berasal dari Cina, 11 perusahaan dari India, sement ara Indonesia hanya menyumbangkan 5 perusahaan saj a 5. Perusahaan-perusahaan t ersebut : PT Telkom Indonesia Tbk., PT Bank Mandiri Tbk., PT Ast ra Int ernasional Tbk., PT Gudang Garam Tbk. dan PT Bank Cent ral Asia Tbk. Unt uk memperoleh gambaran lebih lengkap berikut ini akan dibahas bagaimana kondisi t erbaru aplikasi good corporat e governance negara kit a dengan mengacu kepada prinsip-prinsip yang dij abarkan ke dalam lima aspek ut ama sebagaimana disinggung di bagian sebelumnya. Pembahasan didasarkan pada hasil evaluasi yang disiapkan oleh Worl d Bank bulan Maret t ahun 2005. 1 Aspek Hak-hak Pemegang Saham Menyangkut t ent ang hak-hak dasar pemegang saham basic sharehol der right s yang berkait an dengan hak pendaft aran kepemilikan, hak ment ransfer saham, hak memperoleh informasi perusahaan secara rut in dan t epat wakt u, dan hak dalam pembagian dalam laba perusahaan dapat dinilai sudah memuaskan. Namun berkait an dengan hak berpart isipasi dalam RUPS dan hak unt uk ikut memilih anggot a dewan dewan komisaris dan dewan direksi t erdapat beberapa kondisi yang memerlukan perhat ian dan perbaikan di masa mendat ang. Meskipun sudah dit ent ukan bahwa semua pemegang saham berhak hadir dalam RUPS, namun dalam prakt ik para pemegang saham minorit as j arang sekali menghadirinya. Hal ini mungkin t erkait dengan UUPT yang belum ada mengat ur t ent ang kewaj iban perlakuan yang adil t erhadap pemegang saham minorit as. Dalam hal pemilihan anggot a dewan, hanya sej umlah kecil perusahaan t erdaft ar yang memiliki komit e nominasi unt uk pemilihan anggot a dewan komisaris dan dewan direksi dan dalam prakt iknya nominasi j ust ru dilakukan oleh manaj emen at au pemegang saham pengendali, khususnya pada BUMN. Tidak ada mekanisme yang j elas bagi pemegang saham unt uk menominasikan anggot a dewan. Suara kumulat if cumul at ive vot ing yang 23 Azhar Maksum: Tinjauan Atas Good Corporate Governance Di Indonesia, 2005. USU e-Repository © 2008 memungkinkan bagi pemegang saham minorit as menyalurkan suaranya unt uk menominasi anggot a dewan meskipun t idak dinyat akan dilarang t et api j uga t idak dinyat akan diizinkan. Hal ini menunj ukkan bahwa hak-hak pemegang saham minorit as masih belum diperhat ikan. Berkait an dengan hak pemegang saham unt uk ikut sert a dalam keput usan-keput usan pent ing, misalnya dalam penambahan saham beredar at au t ransaksi yang dapat mengarah pada pengalihan kepemilikan perusahaan, kondisinya sudah cukup memuaskan. Keput usan unt uk hal-hal di at as diambil melalui RUPS UUPT Pasal 103 dan secara rinci j uga diat ur oleh Bapepam. Dalam pelaksanaan RUPS, pemegang saham selalu kurang memiliki akses t erhadap isi agenda rapat . Akibat nya, meskipun mereka memiliki hak unt uk mengaj ukan sesuat u usulan dalam rapat , namun hak ini j arang dipergunakannya. Begit u j uga halnya, bila ada pesert a rapat yang keberat an dengan sesuat u usulan dari kelompok mayorit as, pihak yang berkeberat an ini selalu dimint a unt uk menj elaskan alasannya sehingga cenderung menggiring mereka unt uk t idak berada dalam posisi berlawanan dengan suara mayorit as. Informasi mengenai st rukt ur kepemilikan dapat dinilai masih belum cukup, t erut ama dalam laporan t ahunan. Informasi lengkap t ersimpan dalam Daft ar Pemegang Saham DPS di mana secara hukum dewan komisaris harus mengizinkan pemegang saham memeriksanya, namun dengan alasan kerahasiaan dan persaingan, dewan dapat menolak pemberian izin ini. 2 Aspek Perlakuan yang Set ara Sama t erhadap Pemegang Saham Menurut perat uran yang berlaku UUPT, pemegang saham individu memiliki hak unt uk menunt ut kompensasi at as kerugian perusahaan yang t imbul dari t indakan-t indakan yang t idak sesuai dan t idak beralasan at au akibat kelalaian dewan komisaris at au dewan direksi, t et api hal ini hanya berlaku bagi para pemegang saham yang memiliki hak suara minimal 10 at au mewakili minimal 10 dari t ot al suara. Ket ent uan 10 ini dapat dikat akan t erlalu t inggi bila dibandingkan dengan ket ent uan yang sama 24 Azhar Maksum: Tinjauan Atas Good Corporate Governance Di Indonesia, 2005. USU e-Repository © 2008 pada negara-negara Asia yang lain. Di Korea misalnya, ket ent uan ini hanya sebesar 5 at au 1 bagi perusahaan t ak t erdaft ar perseroan bukan Tbk., dan hanya 0,01 bagi perusahaan t erdaft ar perseroan Tbk.. Berkait an dengan t ransaksi dengan pihak dalam insider t rading, adalah t erlarang menurut hukum yang berlaku dan Bapepam berkewaj iban memonit or kej adian ini. Begit u j uga halnya dengan t ransaksi dalam hubungan khusus rel at ed part y t ransact ions secara rinci t elah diat ur oleh Bapepam, namun ket ent uan t ersebut belum sepenuhnya dipahami dan dalam prakt ik dij umpai j uga ket idakpast ian hukum mengenai hal ini. Selain it u, dalam perat uran j uga t idak ada dipersyarat kan unt uk mengemukakan discl ose mengenai konflik kepent ingan, baik di pihak direkt ur maupun manaj er. Namun hal ini sebenarnya sudah cukup j elas diat ur dalam st andar akunt ansi Indonesia SAK. 3 Aspek Peranan Pemilik Kepent ingan St akehol der dalam Corporat e Governance Terdapat berbagai pihak yang j uga memiliki kepent ingan dalam perusahaan yang disebut dengan st akehol der, misalnya karyawan, kredit ur, pelanggan dan masyarakat yang berada di sekit arnya. Kerangka good corporat e governance seharusnya memperhat ikan hak-hak mereka ini baik secara hukum maupun melalui kerj asama dengan perusahaan. Secara hukum, hak-hak karyawan adalah dilindungi di Indonesia, baik dalam UUPT maupun dalam perat uran ket enagakerj aan. Khusus unt uk hak-hak para kredit ur, meskipun j uga secara hukum t erlindungi, namun inf ormasi yang akurat at as hart a yang dij aminkan t idak t ersedia, sehingga dianggap bahwa hak-hak para kredit ur t ak t erlindungi secara baik. Meskipun demikian, secara hukum kredit ur berhak menj ualkan sesuat u j aminan sebagai gant i rugi. Selain it u, para st akehol der yang lain j uga sulit unt uk dapat berpart isipasi dalam corporat e governance karena inf ormasi yang diperlukan j uga t idak t ersedia dengan baik, misalnya laporan t ahunan at au informasi lainnya mengenai perusahaan t idak dengan mudah diperoleh oleh publik. 25 Azhar Maksum: Tinjauan Atas Good Corporate Governance Di Indonesia, 2005. USU e-Repository © 2008 4 Aspek Pengungkapan dan Transparansi Corporat e governance harus menj amin adanya pengungkapan yang benar dan t epat wakt u at as semua hal yang mat eriil yang berkait an dengan perusahaan, t ermasuk sit uasi keuangan, kinerj a, kepemilikan, dan pengelolaan perusahaan. Pengungkapan it u hendaknya meliput i, t api t idak t erbat as hanya pada informasi yang mat eriil at as keuangan dan hasil operasional, t uj uan perusahaan, pemegang saham mayorit as dan hak suara, anggot a dewan dan eksekut if kunci sert a renumerasinya, fakt or-fakt or risiko yang secara mat eriil t erlihat , isu-isu pent ing yang berkait an dengan karyawan dan pemegang saham sert a st rukt ur dan kebij akan pengelolaan. Meskipun berbagai ket ent uan mengenai pengungkapan ini t elah diat ur, sepert i dalam UUPT, perat uran Bapepam, namun pemegang saham minorit as selalu t idak memperoleh akses t erhadap minut rapat direksi. Begit u j uga halnya t idak ada keharusan bagi perusahaan t erdaf t ar unt uk mengungkapkan t ent ang kondisi int ernal cont rol nya t ermasuk opini audit or at as hal it u, penj elasan mengenai st rukt ur corporat e governance khususnya yang berkait an dengan t anggung j awab dan independensi dewan komisaris dan dewan direksi sert a hak-hak pemegang saham minorit as. Berkait an dengan st andar akunt ansi, meskipun sej ak t ahun 1994 IAI t elah mengadopsi Int ernat ional Account ing St andards IAS menj adi Pernyat aan St andar Akunt ansi Keuangan PSAK, namun unt uk berbagai aspek di mana diperlukan penyesuaian dengan kondisi lokal, t erdapat berbagai ket idak konsist enan ant ara PSAK dan IAS. Khusus unt uk kegiat an pemeriksaan t elah dit erbit kan St andar Pemeriksaan Akunt an Profesional SPAP yang diadopsi dari st andar profesional AICPA. Namun dengan adanya perubahan pada st andar pemeriksaan int ernasional, maka t imbul ket idak- sesuaiannya dengan SPAP yang berdampak pada bervariasinya kualit as pemeriksaan. Penunj ukan ekst ernal audit or berada di t angan RUPS yang mungkin didelegasikan kepada komit e audit , namun unt uk sebagian kasus peranannya masih belum cukup kuat . Laporan keuangan perusahaan t ermasuk opini audit or harus dipublikasikan di media lokal paling lambat t iga bulan set elah t anggal laporan, t et api laporan t ersebut harus 26 Azhar Maksum: Tinjauan Atas Good Corporate Governance Di Indonesia, 2005. USU e-Repository © 2008 diserahkan kepada RUPS paling lambat lima bulan set elah berakhir t ahun fiskal. Jangka wakt u lima bulan ini dipandang t erlalu lama, seharusnya paling lama t iga bulan set elah t ahun fiskal berakhir. 5 Aspek Tanggung Jawab Dewan UUPT mengat ur bahwa semua perseroan harus memiliki dewan yang t erdiri dari dewan direksi yang bert ugas unt uk mengelola perusahaan sehari-hari, dan dewan komisaris yang bert ugas memonit or dan memberi nasihat kepada dewan direksi. Tet api di dalamnya masih belum ada diat ur mengenai keberadaan anggot a dewan komisaris yang independen walaupun Jakart a St ock Exchange t elah ada mengat urnya, yait u dengan menet apkan bahwa 30 dari anggot a dewan komisaris haruslah independen. Selanj ut nya di dalam prakt ik belum ada mekanisme t ent ang bagaimana pemegang saham memilih komisaris independen ini, sehingga meskipun dalam beberapa kasus komisaris independen ini t elah ada, namun t idak diket ahui bagaimana penunj ukannya. Menyangkut t ent ang renumerasi unt uk anggot a dewan, meskipun nilainya diungkapkan dalam laporan t ahunan, namun mekanisme penent uan dan peninj auannya j uga belum ada. Mungkin perlu dipert imbangkan unt uk mendirikan komit e renumerasi dan nominasi. Dalam hal perlakuan yang adil t erhadap semua pemegang saham, UUPT belum ada mengat urnya secara t egas. Dengan demikian t idak ada kewaj iban bagi dewan direksi unt uk melakukannya. Hal ini t ent u dapat mengakibat kan kurang t erlindunginya hak-hak dan kepent ingan para pemegang saham, t erut ama pemegang saham minorit as dan asing dan sekaligus t ent u dapat dinilai sebagai unsur yang melemahkan aplikasi good corporat e governance. Selain it u j uga t idak ada secara j elas diat ur agar dewan direksi dan dewan komisaris perusahaan t erdaft ar memasukkan dalam laporan t ahunan t ent ang t anggung j awab mereka unt uk mencipt akan dan memelihara int ernal cont rol yang memuaskan dan kepat uhan t erhadap hukum dan perat uran yang berlaku. Karena sist em int ernal cont rol merupakan salah sat u sist em yang sangat membant u 27 Azhar Maksum: Tinjauan Atas Good Corporate Governance Di Indonesia, 2005. USU e-Repository © 2008 dalam meningkat kan keamanan hart a milik perusahaan dan semakin t erj aminnya reliabilit as dan kualit as informasi sert a kepat uhan t erhadap ket ent uan, maka prakt ik sist em int ernal cont rol yang baik j uga seharusnya menj adi perhat ian bagi dewan direksi maupun dewan komisaris.

4.3. Kendala-Kendala Penerapan Good Corporat e Governance di Indonesia