5.2 Kelembagaan Pemilikan dan Penguasaan Lahan 5.2.1 Bentuk-bentuk sewa dan sakap-menyakap
Beberapa studi kasus di pulau Jawa menunjukkkan di Jawa Barat petani menyakapkan tanah lebih banyak daripada menyewakan. Sebaliknya di Jawa Tengah
dan Jawa Timur petani-petani lebih banyak menyewakan dari pada menyakapkan. Di desa Batujajar bentuk sewa dan sakap-menyakap hampir seimbang. Sewa biasanya
dilakukan oleh orang-orang yang mampu dan mempunyai lahan yang luas, sedangkan sakap-menyakap biasanya dilakukan oleh petani yang tidak punya lahan tunakisma
atau yang berlahan sempit. Sewa menyewa lebih banyak dilakukan antara petani yang agak jauh hubungan kekeluargaannya, sedangkan sakap-menyakap lebih banyak
dilakukan diantara petani yang mempunyai hubungan kekeluargaan yang lebih dekat.
5.2.2 Ceblokan
Ceblokan adalah memanen di sawah orang lain dan menerima dari hasil panenan sebagai upah memanen. Pemanen penderep menerima upah memanen seperlima
bagian 20 persen dari hasil yang dipanen. Di Batujajar besarnya bawon upah berupa padi didapat dengan cara ikut memanen dan kerja menyiangi lahan orang lain
disamping itu penyeblok juga harus mengolah tanah. Semua pekerjaan tambahan ini dilakukan tanpa dibayar hanya diberi maka n. Hak panen dengan persyaratan-
persyaratan seperti disebut diatas biasa disebut nyeblok atau ceblokan menurut bahasa setempat.
5.2.3 Maro
Untuk maro penyakap dan pemilik lahan masing-masing menerima separo bagian dari hasil kotor. Untuk kasus di Batujajar Saprodi ditanggung bersama, penyakap
dan pemilik masing-masing mendukung 50 persen, begitupula dengan hasil panen pemilik dan penggarap memperoleh bagian yang sama yakni 50:50.
5.2.4 Aturan Sewa-Menyewa
Di desa penyewa membayar sewa kepada pemilik lahan yang besarnya sudah ditentukan sebelum pengolahan tanah.Kasus yang terjadi di Batujajar adalah
pembayaran sewa ada yang dilakukan menjelang tanah diolah, ada yang dilakukan setelah atau waktu panen dan ada pula pembayaran dilakukan jauh sebelum masa
pengolahan. Bentuk pembayaran ada yang dengan uang ada pula dalam bentuk hasil panen. Besarnya sewa antara daerah dusun satu dengan lainnya berbeda meskipun
dalam desa yang sama. Hal ini tergantung kesuburan lahan, keadaan pengairan dan juga lokasi. Daerah pinggiran jalan lebih mahal dibandingkan lahan yang jauh dari jalan.
Besarnya sewa akan dipengaruhi pula oleh harga -harga hasil pertanian yang dapat dihasilkan diatas tanah tersebut.
5.3 Sejarah Agraria Lokal