Kehidupan Sosial Budaya Kehidupan masyarakat yang sebagian besar dipengaruhi adat sunda. Teknologi Penanaman Padi

2. Kehidupan Sosial Budaya Kehidupan masyarakat yang sebagian besar dipengaruhi adat sunda.

Kehidupan keagamaan tidak terlalu nampak, kalau mengacu pembagian golongan keagamaan oleh Gertz yang membagi menjadi tiga golongan yakni abangan, santri dan priyayi, sebagian besar masyarakat desa Batujajar masuk dalam golongan abangan. Meskipun ada lima lembaga keagamaan pesantren dan juga rumah–rumah untuk mengajari ngaji terhadap anak-anak kecil, ciri yang menonjol masih kuatnya adat sunda dalam peri kehidupan sehari-hari. Ada dua golongan tokoh masyarakat terkait dengan pengaruhnya dalam hal keagamaan, yakni yang anti Speker mengharamkan TV dan pengeras suara dan ada yang membolehkan. Dua tokoh masyarakat ini punya kecenderungan kuat untuk perang pengaruh di desa Batujajar. Masing-masing pihak memegang keyakinan masing-masing, namun golongan yang anti speker dimasyarakat punya citra yang kurang baik. Semisal Ustadz dari golongan aspek tak akan menghadiri acara perkawinan yang menggunakan speker dalam mendukung kemeriahan acara meskipun sudah diundang. Sedangkan dari pihak yang mendukung pengeras suara biasanya lebih moderat toleran.

3. Teknologi Penanaman Padi

Hampir 98 persen lahan sawah di desa Batujajar ditanami padi. Penanaman biasanya dimulai bulan Desember dan panen sekitar bulan Mei. Lahan sawah rata -rata ditanami 2 kali selama setahun, namun jika air melimpah yakni pada musim penghujan maka panen bisa dilakukan sebanyak 3 kali. Produktivitas lahan buat penanaman padi tergolong rendah yakni sekitar 1,6 ton per hektarnya. Hal ini sebenarnya diakui oleh responden bahwa produktivitas yang rendah sebagai akibat dari minimnya pengetahuan menanam padi serta modal untuk membeli benih pabrik. Benih yang petani gunakan biasanya diambil dari hasil panen. Yang dirasa terbaik padat berisi dan besar mereka sisihkan untuk dijadikan benih. Menurut responden sebenarnya pihak desa pernah memberikan penyuluhan tentang pemakaian bibit yang baik namun karena terbatasnya modal maka petani cenderung “berhemat” dengan membuat bibit sendiri. Cara pengolahan lahan di desa Batujajar hampir sama dengan petani-petani Jawa lainnya, alat yang mereka gunakan yakni cangkul, sabit, parang dan alat luku beserta kerbaunya. Pertama kali yang dilakukan untuk membudidayakan tanaman padi adalah dengan membersihkan sisa tanaman hasil panen sebelumnya, yaitu dengan memotong-motong jerami dan membakarnya. Abu dari jerami mereka taburkan keseluruh lahan yang mau ditanami. Menurut responden cara ini lebih cepat dari pada dibiarkan membusuk walaupun mereka paham bahwa jerami yang membusuk dapat menjadi pupuk yang baik buat tanaman padi. Alasan lainnya yakni ketika menggarungluku jerami yang dibiarkan akan menghalangi kerja, karena biasanya menyangkut di alat bajakluku sehingga beban tenaga menjadi berat. Sekitar 3 sampai 4 minggu sebelum mengerjakan sawah para petani sudah terlebih dahulu membuat persemaian. Dengan demikian pada tiba saatnya menanam, maka bibitnya sudah siap. Setelah itu laha n mulai diairi dan didiamkan selama beberapa hari. Setelah lahan dirasa cukup gembur maka mulailah dibajak dengan menggunakan luku. Alat ini digunakan untuk membalik tanah supaya akar-akar tanaman sebelumnya bisa terangkat dan mati. Di desa Batujajar biasanya luku ditarik kerbau. Pemakaian luku yang ditarik kerbau lebih banyak diminati petani ketimbang traktor mesin, yang kepemilikannya hanya satu orang di desa Batujajar. Alat luku tidak semua petani mempunyai, maka untuk menggarap lahan sawahnya biasanya dikerjakan dengan mengupah orang lain yang punya luku, dengan bayaran kerja yang dihitung dengan ukuran mereka sendiri. Pengerjaan ngluku dimulai pukul 07.00-10.00 dengan ongkos Rp 30.000, tanpa tambahan rokok atau makanan ringan, dan Rp.25.000,00 jika memberi makan dan rokok. Selanjutnya jika tanahnya sudah diluku atau dibedah maka tanah dibiarkan untuk beberapa hari lamanya dengan harapan supaya akar-akar yang terbalik dan sisa- sisa tanaman menjadi busuk dan dapat dimanfaatkan untuk pupuk. Selain menungggu waktu petani disibukkan dengan adanya pekerjaan lain seperti memperbaiki saluran air, mencangkuli pematang yaitu ditampingi pada bagian pematang yang tegak selanjutnya pada pematang yang datar mulai diperbaiki dan ditambah tanah dari sawah atau ditemboki. Disamping itu juga mencangkuli pada sawah yang tidak terjangkau oleh luku yang disebut disiku. Didalam mengolah sawah yang akan ditanami padi, pengairannya selalu dijaga dan jangan sampai kekeringan. Sebab bila sampai terjadi maka tanah yang akan diolah menjadi keras. Berikutnya mulai meratakan tanah dengan menggunakan garu yang ditarik oleh sapi dan kerbau. Pada hari berikutnya tanah yang sudah diratakan itu langsung dilumatkan dengan menggunakan garu yang ditarik oleh sapi atau kerbau. Dengan selesainya digaru, maka lahan tersebut siap untuk ditanami, namun sebelumnya lahan tersebut diberi pupuk TSP dan didiamkan selama semalam supaya pupuknya mengendap dan tanahnya tidak panas. Setelah tanamannya kira-kira 2 minggu mulai dibe ri pupuk kimia atau Urea. Memupuk tanaman pada waktu ini dimaksudkan supaya tanamannya bertunas banyak banyak dan dapat tumbuh dengan subur. Sebelum sawah tersebut diberi pupuk lebih dahulu sawahnya dikeringkan atau tidak dialiri sekitar 4 hari. Hal ini dimaksudkan supaya pupuknya mengendap ke tanah dan dimakan oleh akar padi. Dengan diberinya pupuk, maka akan merangsang tumbuhnya rumput liar. Untuk itu setelah rumputnya bermunculan biasanya langsung disiangi atau di bersihkan. Pada waktu menyiangi biasanya menggunakan alat sabit atau menggunakan tangan dengan cara dicabuti rumputnya. Selama perawatan tanaman, selain menjaga pengairan menyiangi dan memberi pupuk bila tanaman padi terserang hama, maka secepatnya harus diberantas. Menurut para responden, bila tanaman terserang hama tikus dan keong mas maka paling susah untuk memberantasnya. Tikus menyerang ketika tanaman hampir panen, biasanya pada malam hari. Sedangkan hama keong menyerang ketika tanamaan baru berumur seminggu sampai sebulan. Yang diserang adalah bagian pangkal tanaman sehingga tanaman akan layu dan mati. Pemberantasannya amat susah karena jumlahnya untuk ukuran lahan sawah 2000m² bisa mencapai ribuan keong mas. Sedangkan obat-obatan di pasaran menurut responden belum ada yang efektif memberantasnya. Untuk itulah petani menggunakan cara konvensioanal dengan memunguti langsung dan membungkusnya dengan plastik dan membiarkannya supaya mati

BAB V STRUKTUR AGRARIA DESA BATUJAJAR

5.1. Sistem Pemilikan dan Praktek Pemanfaatan Lahan

Tanah merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam kegiatan perta nian. Luas pemilikan dan penguasaan lahan sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan petani. Pemilikan lahan adalah hak atas tanah yang dapat dimiliki oleh seseorang. Hak milik tersebut dapat diperoleh dari warisan, jual beli, hibah, penukaran atau pemberian dari pihak lain. Sedangkan penguasaan adalah lahan yang diperoleh dari menyewa, menggadai atau menyakap lahan pertanian orang lain. Lahan di daerah penelitian terdiri atas sawah, pekarangan dan tegalan. Sawah adalah lahan pertanian yang diairi dengan saluran irigasi atau air hujan. Lahan pekarangan adalah lahan di sekitar rumah, kebanyakan berpagar dan biasanya ditanami dengan beraneka tanaman musiman dan tanaman tahunan untuk keperluan sendiri maupun diperdagangkan. Sedangkan lahan tegalan adalah lahan kering di luar pekarangan yang ditanami tanaman musiman dan tanaman tahunan. Tabel 10. Luas Pemilikan Lahan Sawah Responden Kepemilikan Lahan Sawah No Luas Lahan Jumlah Perse n 1 Tidak punya 4 20 2 0,25 12 60 3 0,25 - 0,50 2 10 4 ≥ 0,50 2 10 Jumlah 20 100 Sumber : Data Primer 2005 Sistem pemilikan lahan yang berlaku di desa Batujajar adalah terdiri dari tanah bersertifikat, dan tanah belum bersertifikat. Tanah bersertifikat telah memiliki dasar hukum positif yang jelas, yang menunjukkan hak atas tanah dari pemilik tanah. Selain tanah bersertifikat, masih ada sejumlah luasan tanah yang belum bersertifikat. Secara