Pola Nafkah Ganda TINJAUAN PUSTAKA

berwenang memberikannya atau dengan perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa -menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan undang-undang ini. Selanjutnya mengenai bagi hasil, pada UU No.2 tahun 1960, tentang perjanjian bagi hasil dijelaskan bahwa : Perjanjian bagi hasil, ialah perjanjian dengan nama apapun juga yang diadakan antara pemilik pada satu pihak dan seseorang atau badan hukum pada lain pihak yang dalam undang-undang disebut penggarap berdasarkan perjanjian mana penggarap diperkenankan oleh pemilik tersebut untuk menyelenggarakan usaha pertanian di atas tanah pemilik, dengan pembagian hasilnya antara kedua belah pihak.

2.3 Pola Nafkah Ganda

Petani di Indonesia rata-rata penguasaan lahan sekitar 0.83.ha 7 . Secara ekonomi pemanfaatan lahan yang sempit tidak akan mampu memenuhi kebutuhan petani. Dengan kondisi yang serba kekurangan, rumahtangga petani menerapkan strategi nafkah ganda. Artinya rumah tangga petani tidak hanya mengandalkan hidup pada satu pekerjaan saja. Untuk itu terutama bagi rumahtangga yang mempunyai jumlah anak dalam kategori banyak, mereka mencari sumber pendapatan lain yang dapat menambah penghas ilan rumahtangga mereka. Dalam beberapa penelitian, 8 menunjukkan adanya usaha memaksimalkan sumberdaya keluarga, yakni dengan melibatkan peran wanita dan anak-anak sebagai tenaga kerja produktif untuk turut serta menyokong keuangan rumahtangga. Diantaranya ada wanita yang berjualan makanan kecil-kecilan, beternak ayam ataupun bekerja sebagai buruh dibidang pertanian. Agusta dan Tetiani 2000 menunjukkan bahwa ada kecenderungan pola nafkah ganda di desa di Indonesia, yang 7 BPS.1994. Sensus Pertanian 1993 Seri :J.2 . Pada tahun 1993 rata -rata nasional penguasaan lahan perkeluarga petani adalah 0,83 ha;dimana rata-rata di Jawa 0,47 ha dan diluar Jawa 1,27 Ha. sebagai gambaran kasus Jawa dan Madura Lihat Tabel Lampiran 5 8 Penelitian Frans Husken didesa Gondosari,Pati , Jawa Tengah dalam Bukunya Masyarakat desa dan Perubahan Zaman.Hal.157 - 173 biasa dilakukan dengan memanfaatkan tempat tinggal rumah tidak hanya sekedar menjadi tempat tinggal tetapi seringkali juga menjadi lokasi berusaha. Contohnya untuk menjemur padi, membuka warung ataupun untuk industri rumahtangga. Dalam kaitannya dengan pertanian, studi hubungan a ntara pola distribusi tanah dan distribusi pendapatan diantara petani menemukan perbedaan strategi pola nafkah. Rumahtangga dilapisan buruh petani gurem berpola ”dahulukan selamat”, dilapisan menengah berpola konsolidasi dimana pendapatan dari perta nian dengan luas lahan tani sedang, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan subsistensi anggota rumahtangga, sehingga mereka tidak memiliki modal cadangan yang cukup untuk mengembangkan usaha. Oleh karena itu, anggota rumahtangga pencari nafkah bekerja pada usaha luar pertanian untuk berjaga -jaga kalau hasil usahatani tidak mencukupi karena gagal panen misalnya. Untuk petani di lapisan atas tanah cukup, modal kuat cenderung berpola akumulasi modal, yaitu mengembangkan usaha produktif, baik dari surplus usaha pertanian keusaha luar pertanian atau sebaliknya Mawardi,2003. Penelitian yang dilakukan Sayogjo 1978 menunjukkan bahwa penduduk miskin hampir seluruhnya berpola nafkah ganda. Penyesuaian kondisi kemiskinan ini berguna untuk mengurangi resiko manakala salah satu pola nafkah tidak menghasilkan pendapatan. Jika dikaitkan dengan luas pemilikan atau penguasaan lahan dan tingkat kemiskinan tidak sepenuhnya langsung. Kaitan langsung keduanya luas penguasaan lahan dan kemiskinan hanya muncul pada usaha tani berbasis lahan. Masyarakat tani yang berbasis lahan dapat kita lihat dari tulisan Gertz 1964 tentang involusi pertanian di pedesaan Jawa, di mana masyarakat dicirikan oleh suatu sistem usaha tani padi sawah. Gambaran yang diperoleh menunjukkan diantara petani kurang tampak differensiasinya. Walaupun produktivitas padi sawah meningkat dalam jangka lama, namun karena tekanan penduduk maka lahan tetap harus menerima tambahan tenaga kerja. Terjadilah involusi yaitu suatu pe rkembangan di mana produktivitas meningkat tapi hasil per individu tidak naik maka yang terjadi adalah kemiskinan berbagi Share Poverty .

2.4 Konversi Lahan