Kerangka Pemikiran TINJAUAN PUSTAKA

kualitas sumberdaya manusia yang tinggi seperti umumnya kondisi petani yang berpendidikan rendah. Dalam sektor informal, individu bebas berkreatifitas di luar sistem peraturan yang mengikat dan kepentingan pemerintah, yang berbeda de ngan kondisi kondisi yang terdapat dalam sektor formal. Bentuk kegiatan yang dilakukan petani sebagaimana tercantum di atas merupakan bentuk difersifikasi kerja, di mana sektor pertanian tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan petani. Menurut Darmawan 2001 upaya diversifikasi kerja yang dilakukan petani adalah untuk : 1. Mempertahankan garis batas aman dengan mencukupi kebutuhan subsisten. 2. Meningkatkan status sosial ekonomi dan meningkatkan standar hidup petani.

2.6 Kerangka Pemikiran

Penguasaan dan kepemilikan lahan sangat erat dengan masalah kemakmuran dan kemiskinan masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih menggantungkan hidupnya disektor pertanian. Semakin sempitnya lahan pertanian yang diusahakan petani Peasant sebagai akibat dari perta mbahan jumlah penduduk dan juga kebijakan penataan struktur agraria oleh pemerintah yang tidak adil. Adapun pola penguasaan lahan yang ada sekarang ini dinilai cukup timpang di mana distribusi penguasaan lahan semakin mengalami polarisasi, pemilik modal mengusai lahan yang begitu luas di sisi lain petani miskin semakin miskin akibat terpisah dari sumberdaya ekonominya yakni lahan. Penguasaan, pemilikan dan penggunaan sebidang lahan menyangkut aspek sosial, ekonomi dan politik. Maka perubahan yang terjadi pada ketiga aspek tersebut akan menyebabkan perubahan pada pola penguasaan, pemilikan dan penggunaan lahan. Perubahan itu terjadi disebabkan perubahan dari dalam masyarakat sendiri faktor internal dan dari luar masyarakat eksternal. Faktor internal yakni adanya kecenderungan menjual tanah dari penduduk setempat, sedangkan dari faktor eksternal yakni adanya intervensi modal kapital dari para pemilik modal baik swasta maupun pemerintah sendiri, sebagai wujud kebijakan pertanahan yang tidak populis. Tanah yang dahulu digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga telah beralih kepihak lain. Dengan tidak adanya sumberdaya tanah yang dimiliki, para petani tentu saja juga kehilangan mata pencaharian. Kalaupun masih berusaha disektor pertanian itupun hanya petani penggarap. Hal ini tentu saja berakibat pada perubahan status petani, petani yang dulunya mengusahakan tanah milik sendiri atau sebagai petani pemilik berubah menjadi petani yang menggarap tanah milik orang lain atau sebagai petani penggarap karena sudah tidak memiliki lahan pertanian lagi. Penelitian ini mengkaji pertanian dalam arti sempit yaitu pertanian yang fokus utamanya untuk menghasilkan pangan dan hortikultura usahatani. Konversi lahan yang dimaksudkan adalah konversi lahan kering tegalan yang berupa perbukitan. Lahan yang semula dijadikan sebagai tambahan penghasilan dengan ditanami tanaman tahunan, setelah terjadi konversi lahan dialihfungsikan untuk pertambangan batu. Masuknya perusahaan PT untuk menanamkan investasinya akan berpengaruh terhadap kondisi sosial maupun ekonomi masyarakat. Pembelian lahan-lahan oleh investor terhadap petani akan berdampak pada perubahan ekonomi masyarakat. Akses masyarakat terhadap lahan sema kin kecil sehingga masyarakat petani yang sebagian besar berpendidikan rendah melakukan berbagai strategi untuk tetap bertahan dari te kanan ekonomi yang dialaminya yakni pola nafkah ganda dan optimalisasi tenaga kerja keluarga. Persoalan lain yang menjadi dampak dari adanya konversi lahan adalah proses konversi dan pengelolaan uang hasil konversi tidak selalu menguntungkan bagi petani, yang pada akhirnya kepemilikan lahan beralih sedangkan uang hasil konversi tidak digunakan untuk alokasi yang produktif sehingga konversi lahan semakin menjadikan masyarakat petani kecil terpuruk dalam kemiskinan. Faktor yang menyebabkan konversi lahan secara mikro dibagi menjadi dua, faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal meliputi pendidikan, pengalaman kerja, tingkat penghasilan dan juga ketergantungan terhadap lahan. Sedangkan faktor eksternal yakni masuknya perusahaan PT, pengaruh dari tetangga dan juga calo serta pemerintahan desa sendiri. Dampak yang ingin dilihat selanjutnya setelah konversi terjadi adalah bagaimana masyarakat yang menjual lahannya beradaptasi dengan kondisi tersebut. Bagaimana penggunaan uang hasil konversi apakah terjadi perbedaan alokasi dana uang hasil konversi antara petani lapisan atas, menengah dan bawah, dan apakah terjadi perubahan struktur rumahtangga dengan alokasi tenaga kerja. Selain itu penelitian ini juga ingin melihat fungsi jaringan sosial rumahtangga petani yang diduga merupakan salah satu pola adaptasi untuk mengatasi kesulitan me menuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari, akibat ketidak pastian penghasilan. Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konversi Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Pola Nafkah Rumahtangga petani. Faktor yang mempengaruhi konversi Faktor Intern. 1. Pendidikan 2. Pengalaman kerja 3. pendapatan 4. Ketergantungan pada tanah Faktor Ekstern. 1. Investor 2. Pemerintah Desa 3. Calo 4. Tetangga Konversi Lahan Adaptasi Berkaiatan dengan Struktur alokasi tenaga kerja rumahtangga 1. Pola nafkah ganda memanfaatkan lahan tidur, usaha lain 2. Optimalisasi tenaga kerja rumahtangga

2.7 Definisi Konseptual