Perencanaan Lanskap Pendukung Kegiatan Wisata Budaya

wisata tourism mengacu pada suatu pengertian konseptual yang berkaitan dengan pengertian turperjalanan Kodhyat, 1996. Usaha-usaha untuk mendefinisikan wisata budaya mencakup semua aspek perjalanan dimana orang dapat mempelajari mengenai cara hidup dan pemikiran orang lain. Wisata kemudian menjadi suatu sarana penting dalam memperkenalkan hubungan budaya dan kerjasama internasional. Kebalikannya, pengembangan faktor-faktor budaya sebuah negara adalah serupa untuk meningkatkan sumber daya penarik wisatawan. Kesenian, musik, arsitektur, pencapaian teknologi dan bidang-bidang kegiatan lain memiliki daya tarik wisata. Warisan budaya suatu daerah diekspresikan dalam sumber daya sejarahnya untuk lebih mengenal sejarah dan pra-sejarah arkeologi suatu daerah dapat menjadi suatu motivasi paling menarik bagi semua perjalanan McIntosh dan Goeldner, 1990. Menurut Yoeti 1996 wisata budaya adalah jenis pariwisata di mana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan dikarenakan adanya daya tarik seni budaya pada suatu tempat atau daerah. Obyek kunjungannya berupa warisan nenek moyang dan benda-benda kuno.

2.5 Perencanaan Lanskap Pendukung Kegiatan Wisata Budaya

Gold 1980 menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu alat yang sistematis yang digunakan untuk menentukan saat awal suatu keadaan dan cara yang terbaik untuk mencapai keadaan tersebut. Lebih lanjut Gold 1980 menyatakan bahwa perencanaan merupakan kegiatan pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan atau proses penjabaran pemikiran dari suatu ide kearah suatu bentuk yang nyata. Perencanaan lanskap merupakan suatu tindakan menata dan menyatukan berbagai penggunaan lahan berdasarkan pengetahuan teknis lahan dan kualitas estetiknya guna mendukung fungsi yang akan dikembangkan pada lahan atau kawasan tersebut. Perencanaan suatu kawasan merupakan proses untuk menyediakan, mengalokasikan kebutuhan manusia dan menghubungkannya satu sama lain, di dalam maupun di luar kawasan, disertai imajinasi dan kepekaan terhadap analisis tapak pada kawasan tersebut. Didalam perencanaan tapak atau kawasan terdapat penyesuaian kawasan tersebut dengan program tertentu. Adapun persyaratan dari program tersebut haruslah dilengkapi dan disesuaikan antara satu dengan yang lainnya Laurie, 1990. Menurut Gold 1980 terdapat berbagai metode atau pendekatan yang yang dapat digunakan dalam perencanaan kawasan rekreasi, yaitu : pendekatan sumberdaya, pendekatan aktifitas, pendekatan ekonomi dan pendekatan tingkah laku. Pendekatan sumberdaya adalah pendekatan yang mempertimbangkan situasi dan kondisi sumberdaya, untuk menentukan bentuk dan kemungkinan aktifitas rekreasi. Pendekatan aktifitas merupakan pendekatan yang digunakan untuk menentukan bentuk rekreasi berdasarkan aktifitas penggunaan agar kepuasan pengguna dapat tercapai. Pendekatan yang lain yaitu pendekatan ekonomi yang digunakan untuk menentukan jumlah, tipe dan lokasi dari kawasan rekreasi dilihat dari sumberdaya ekonomi masyarakat. Sedangkan pendekatan tingkah laku, dilihat dari kebiasaan dan tingkah laku manusia dalam menggunakan waktu senggangnya, pendekatan ini lebih mengutamakan alasan seseorang berekreasi serta manfaat yang diinginkan dari kegiatan rekreasi yang dilakukan. Perencanaan memegang peranan penting dalam pengembangan kepariwisataan. Tanpa perencanaan, dapat timbul masalah-masalah sosial budaya, terutama di daerah atau tempat di mana terdapat perbedaan tingkat sosialnya antara pendatang dan penduduk setempat Yoeti, 1997. Terutama bagi lanskap budaya yang pada mulanya tidak dirancang untuk penggunaan massal oleh wisatawan, maka perencanaan wisata perlu dilakukan untuk menghindari kerusakan sumberdaya budaya dan alam. Penentuan kawasan wisata budaya unggulan didasarkan pada wisata budaya yang membentuk kawasan kaitannya dengan ruang, yaitu : budaya sebagai obyek wisata yang mengelompok dan menyatu baik budaya dalam bentuk warisan maupun budaya yang hidup act dan artifact = tingkah laku dan hasil karya yang saat ini sudah berkembang dan berpotensi didalam menarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Berdasarkan kajian kawasan wisata budaya yang ditetapkan pada dua kawasan wisata budaya di Lombok, yaitu kawasan wisata budaya Suranadi dan sekitarnya dan kawasan wisata budaya Sade-Rembitan dan sekitarnya maka yang layak diunggulkan adalah kawasan wisata budaya Suranadi dan sekitarnya karena keberadaannya yang mengelompok dan saling terkait serta membentuk satu kesatuan dalam kawasan wisata budaya baik obyek wisata maupun atraksi wisata budayanya. Sedangkan untuk wisata budaya unggulan yang bukan kawasan wisata atau selain kawasan wisata budaya Suranadi dan sekitarnya, terdapat pada obyek wisata budaya yang keberadaannya menyebar di Propinsi NTB Bappeda NTB, 2000. Wisata secara umum dipengaruhi oleh dua kekuatan utama yaitu permintaan dan penawaran. Karenanya dalam perencanaan wisata perlu diketahui aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi kedua kekuatan yang saling mempengaruhi satu sama lain ini. Sisi permintaan atau pasar wisata adalah orang-orang yang yang berminat dan memiliki kemampuan untuk berwisata. Sedangkan sisi penawaran dapat didefinisikan sebagai program dan pengembangan fisik di daerah tujuan wisata untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan Gunn, 1997. Lebih lanjut Gunn 1997, menyatakan bahwa terdapat lima komponen yang membentuk sisi penawaran yaitu : atraksi, pelayanan, transportasi, informasi dan promosi. Tentang atraksi wisata, Yoeti 1996 mendefinisikannya sebagai segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. Atraksi ini tidak hanya berupa obyek yang dapat disaksikan tetapi juga termasuk aktifitas yang dapat dilakukan pada daerah tujuan wisata. Atraksi merupakan sumberdaya wisata yang merupakan kekuatan utama yang mengendalikan pariwisata dan menarik wisatawan. Sedangkan menurut Bappeda NTB 2000, salah satu strategi dalam penetapan kawasan wisata budaya unggulan adalah terdiri dari obyek dan atraksi wisata budaya unggulan yang saling terkait baik dalam daya tarik dan pencapaian serta sosial budaya masyarakat setempat. Pelayanan wisata bukan merupakan daya tarik kepariwisataan tetapi esensial dalam pengembangan kepariwisataan karena berkaitan dengan kebutuhan pengunjung. Dengan mempertimbangkan perencanaan terhadap faktor pelayanan wisata, maka daerah tujuan wisata dapat memenuhi fungsinya dengan lebih baik Gunn, 1997. Menurut Bappeda NTB 2000, strategi pengembangan usaha sarana dan jasa wisata ditekankan melalui kelengkapan dan kemudahan pelayanan dengan berbagai standar dan pengembangan yang berorientasi lingkungan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa strategi pengembangan sarana dan parasarana transportasi adalah meningkatkan kemudahan aksespencapaian baik lewat darat, laut maupun udara ke kawasan wisata atau obyek wisata potensial di Propinsi NTB terutama pada kawasan wisata prioritas dengan kawasan atau obyek wisata yang ada di sekitarnya. Tentang informasi, lebih lanjut Gunn 1997 menjelaskan bahwa informasi berfungsi membantu pengunjung untuk memahami dan menikmati atraksi yang ditawarkan. Informasi juga berfungsi memberikan panduan arah dan identifikasi lokasi wisata dan pelayanan wisata. Sarana informasi dalam wisata dapat berupa tanda-tanda pengarah jalan, peta, leaflet, pusat informasi, pusat interpretasi pengunjung dan pemandu wisata. Komponen promosi meliputi semua bentuk penawaran dan ajakan yang digunakan untuk memikat orang untuk berwisata Gunn, 1997. Menurut Yoeti 1996 promosi perlu dilakukan agar dapat mencapai sasaran seperti makin banyaknya wisatawan yang datang dan lebih lama tinggal serta lebih banyak membelanjakan uangnya. Strategi pangsa pasar wisatawan domestik maupun mancanegara Propinsi NTB yaitu dengan meningkatkan promosi dan publikasi, informasi wisata, kerjasama yang saling menguntungkan dan kalender wisata Bappeda NTB, 2000.

BAB III KEADAAN UMUM WILAY AH STUDI