bertujuan untuk mempertahankan dan melindungi susunan bersejarah. Mereka hanya berbeda dalam hal tingkat campur tangan dan perhatiannya terhadap
gambaran yang akurat sejarah masa lalu. Konservasi arsitektur bukan berarti mengawetkan bangunan seperti
keadaan aslinya, tetapi bisa juga mewadahi kegiatan dan bahkan membangun baru asal tidak bertentangan frontal dengan bangunan lama. Upaya konservasi
yang sekedar dilandasi pertimbangan budaya semata-mata, atau atas landasan estetis-arsitekturis belaka, telah seringkali terbukti kurang berhasil. Konsep
konservasi yang lebih sesuai yang dianjurkan adalah dengan menyuntikkan fungsi-fungsi baru yang menguntungkan ditilik dari segi ekonomi-finansial,
misalnya dengan mengembangkan aktifitas ekonomi seperti pertokoan cinderamata, pasar seni, pusat kerajinan, pusat hiburan, dan lain-lain, yang akan
menghasilkan keuntungan yang sebagian bisa disisihkan untuk biaya pemeliharaan Budihardjo, 1997.
2.4 Wisata Budaya
Menurut Gunn 1994 wisata adalah pergerakan sementara manusia untuk tujuan keluar dari tempat kerja dan tempat tinggal mereka, dimana mereka
melakukan kegiatan-kegiatan selama mereka tinggal di tempat tujuan tersebut dan fasilitas-fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kegiatan wisata
itu merupakan suatu sistem yang dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal yang harus dianalisis dan direncanakan dengan baik, antara lain : sumberdaya
alami, sumberdaya budaya, pengusaha, keuangan, tenaga kerja, persaingan, masyarakat, kebijakan pemerintah dan organisasikepemimpinan. Lebih lanjut
Gunn 1994 menyatakan bahwa ada tiga sektor yang terdapat dalam kegiatan wisata, yaitu : sektor bisnis, sektor non bisnis dan sektor pemerintah. Ketiga
sektor ini bersama-sama dalam merencanakan faktor-faktor yang menunjang kegiatan wisata yaitu : atraksi, pelayanan, transportasi, informasi dan promosi.
Pendapat lain mengenai pengertian wisata dikemukakan oleh McIntosh dan Goeldner 1990, yang menyatakan bahwa wisata merupakan kumpulan
aktifitas, layanan dan industri yang menyediakan pengalaman dalam perjalanantravel yaitu : transportasi, akomodasi, makanan minuman, toko-toko,
hiburan, fasilitas kegiatan dan layanan ramah lain yang tersedia bagi perorangan maupun kelompok yang melakukan perjalanan jauh dari tempat tinggalnya. Kata
wisata tourism mengacu pada suatu pengertian konseptual yang berkaitan dengan pengertian turperjalanan Kodhyat, 1996.
Usaha-usaha untuk mendefinisikan wisata budaya mencakup semua aspek perjalanan dimana orang dapat mempelajari mengenai cara hidup dan
pemikiran orang lain. Wisata kemudian menjadi suatu sarana penting dalam memperkenalkan hubungan budaya dan kerjasama internasional. Kebalikannya,
pengembangan faktor-faktor budaya sebuah negara adalah serupa untuk meningkatkan sumber daya penarik wisatawan. Kesenian, musik, arsitektur,
pencapaian teknologi dan bidang-bidang kegiatan lain memiliki daya tarik wisata. Warisan budaya suatu daerah diekspresikan dalam sumber daya sejarahnya
untuk lebih mengenal sejarah dan pra-sejarah arkeologi suatu daerah dapat menjadi suatu motivasi paling menarik bagi semua perjalanan McIntosh dan
Goeldner, 1990. Menurut Yoeti 1996 wisata budaya adalah jenis pariwisata di mana
motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan dikarenakan adanya daya tarik seni budaya pada suatu tempat atau daerah. Obyek kunjungannya berupa
warisan nenek moyang dan benda-benda kuno.
2.5 Perencanaan Lanskap Pendukung Kegiatan Wisata Budaya