Klon GMB 7 Klon GMB 9

yang lebih baik dan menguntungkan, yaitu klon yang berproduksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit dan mempunyai pertumbuhan cepat, pada bulan Oktober 1998, PPTK melalui Menteri Pertanian RI melepas enam klon teh unggul yang diberi nama GMB 6, GMB 7, GMB 8, GMB 9, GMB 10 dan GMB 11. Klon-klon tersebut memiliki sifat-sifat yang hampir sama dengan klon sebelumnya, yaitu GMB 1 sampai GMB 5 yang dilepas oleh Menteri Pertanian RI tanggal 21 April 1988 hanya potensi hasilnya lebih tinggi, yaitu ada yang mencapai 5.500 kgha, sedangkan GMB 1 sampai GMB 5 memiliki potensi hasil 4.000 kgha Sriyadi, 2006.

1. Klon GMB 7

Klon ini berasal dari persilangan Mal 2 x PS 1. Diantara kloln seri GMB, GMb 7 merupakan klon yang paling baik karena potensi hasilnya tinggi 5.800 kghatahun Tabel 1. Ciri klon GMB 7 adalah warna daun mengkilap, bentuk daun agak cekung, internodia sedang, kedudukan daun semi erek, dan percabangannya sangan baik. Klon ini mempunyai persentase pucuk peko tinggi, mudah dipangkas dan pertumbuhan tunas setelah pangkas cepat, tahan terhadap penyakit cacar dan kekeringan. Tabel 1 Produksi teh kering klon GMB 6 sampai GMB 11 selama tiga tahun di dua lokasi Lokasi Pasir Sarongge Klon gambung Produksi kgha tahun ke Produksi kgha tahun ke Klon I II III I II III GMB 6 GMB 7 GMB 8 GMB 9 GMB 10 GMB 11 1.860 2.075 1.704 1.222 2.009 1.748 1.860 2.730 1.434 1.903 2.070 2.280 4.362 5.768 4.043 4.730 4.084 5.495 2.408 2.374 1.903 2.115 2.102 2.887 2.748 3.228 2.694 3.204 3.182 3.566 4.517 5.391 4.154 4.485 4.813 5.032 Sumber : Prosiding PPTK, 2006

2. Klon GMB 9

Klon ini berasal dari persilangan GP 3 x PS 1 sehingga merupakan hibrid yang mendekati tipe sinensis dan kualitasnya sangat baik, seperti sifat tetua GP 3 Tabel 2. Daunnya agak kecil berbentuk oval, pucuknya berwarna violet, kedudukan daun semi erek, daunnya hijau muda, sistem percabangannya baik tetapi cabangnya kecil-kecil sehingga agak sulit dipangkas. Tabel 2 Potensi kualitas klon GMB 6 sampai GMB 11 Parameter Klon Warna Rasa Aroma Ampas seduhan Total nilai GMB 6 GMB 7 GMB 8 GMB 9 GMB 10 GMB 11 4,66 4,66 5,00 5,00 5,00 5,00 41,00 41,00 40,33 45,00 42,33 42,33 3,33 3,33 3,33 4,33 3,00 3,33 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 52,99 52,99 52,66 58,33 54,33 54,66 Sumber : Prosiding PPTK, 2006 Tahap pemetikan daun teh perlu memperhatikan beberapa hal agar dapat memenuhi sayarat-syarat pengolahan. Pemetikan pada tanaman teh adalah pengambilan pucuk yang terdiri dari: 1 kuncup berikut 2-3 daun muda. Beberapa istilah yang digunakan dalam pemetikan, antara lain: peko, burung, kepel, daun biasanormal, daun muda, daun tua, cakar ayam, manjing, gabar, inang, pucuk tanggung, kaboler, peko nagog, ngabandera, selewer dan imeut. Peko adalah kuncup tunas aktif berbentuk runcing yang terletak pada ujung pucuk, dalam rumus petikan tertulis dengan huruf p. Pucuk teh adalah bahan baku dalam pengolahan teh dan mutu pucuk harus diusahakan tetap bermutu tinggi agar teh yang dihasilkan bermutu tinggi. Seluruh kegiatan pengelolaan tanaman ditujukan untuk membentuk zat penentu kualitas katekin, kafein dan enzim yang tinggi dalam pucuk, mengingat senyawa ini mempunyai peranan besar terhadap rasa, warna dan aroma teh-jadi. Kegiatan penanganan pasca panen ditujukan agar kondisi pucuk tetap utuhtidak rusak agar tidak terjadi perubahan kimia kandungan zat penentu kualitas dalam pucuk teh sebelum waktunya. Kandungan zat penentu kualitas katekin dan lain-lain terdapat dalam bagian-bagian pucuk teh, makin muda bagian pucuk teh makin tinggi kadarnya. Dengan kata lain, makin halus pucuk berarti makin banyak bagian yang muda, makin tinggi potensi kualitas pucuk tersebut; sebaliknya makin kasar pucuk, makin rendah potensi kualitasnya. Sebagai gambaran daftar kandungan katekin dan kafein pada bagian-bagian pucuk disajikan pada Tabel 1. Tabel 3 Kandungan katekin dan kafein pada bagian-bagian pucuk teh dalam berat kering Bagian pucuk Katekin Kafein Pucuk Daun pertama Daun kedua Daun ketiga Tangkai atas 26,5 25,9 20,7 17,1 11,7 4,7 4,2 3,5 2,9 2,5 Sumber : PPTK 2006 Sejarah minuman teh Budaya minum teh di Cina sudah ada sejak 2737 SM, tepatnya pada masa pemerintahan Khaisar Shen Nong. Selanjutnya teh dibawa para pendeta Budha ke Jepang 709-784. Dalam perkembangannya teh sampai juga ke daratan Eropa pada abad ke-17 ketika VOC membawanya ke Belanda 1610. Di Indonesia teh mulai dikenal pada tahun 1864, setelah diperkenalkan oleh dr. Andreas Clever yang berkebangsaan Belanda www.sosro.com. Di Indonesia teh telah lama dikenal dan digemari oleh masyarakat. Sebagian besar masyarakat Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur meminum teh dalam keadaan panas, kental, dan wangi dengan tambahan gula agar terasa manis. Banyaknya penemuan-penemuan baru mengenai khasiat teh di berbagai belahan dunia mendorong masyarakat untuk minum teh. Hasil penelitian ilmiah Sibuea 2003 menunjukkan bahwa teh adalah jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi manusia dewasa setelah air. Diperkirakan tak kurang dari 120 ml setiap harinya. Di Inggris misalnya konsumsi teh mencapai 2,5 kgkapita tahun, di Irlandia sekitar 3,5 kgkapitatahun, Pakistan dan India berturut-turut mencapai 1,0 kg dan 0,6 kgkapitatahun. Namun di Indonesia, konsumsi teh masih sangat rendah, yakni baru mencapai 0,2 kgkapitatahun. Teh dianggap sebagai minum fungsional, dan hal tersebut di Amerika telah tercantum dalam Paper Position The American Dietetic Association 1999 yakni termasuk kedalam kategori makanan dan minuman fungsional. Ragam minuman teh Di Indonesia tanaman teh yang dibudidayakan terdapat dua varietas, yaitu varietas assamica yang biasanya diolah menjadi teh hitam dan varietas sinensis yang sebagian besar menjadi bahan baku teh hijau dan teh semi fermentasi. Namun berdasarkan produktifitasnya, teh varietas assamica lebih unggul dari varietas sinensis, sehingga ketersediaan daun teh varietas assamica lebih tinggi daripada varietas sinensis. Selain dari varietasnya, teh juga dibedakan berdasarkan proses pengolahannya, yakni tergantung pada intensitas proses oksidasi enzimatisnya oksimatis. Semakin lama proses oksimatis, warna daun yang hijau akan berubah menjadi cokelat dan akhirnya kehitaman. Daun teh yang baru dipetik mengandung 23 bahan kering terdiri dari bahan yang larut dan tidak larut dalam air dan 77 air Harler 1963. Teh yang tidak melalui proses oksimatis biasa disebut dengan green tea atau teh hijau. Teh ini biasanya berwarna hijau lumut hingga kekuningan dan memiliki aroma tanaman teh yang segar. Teh hijau ini berdasarkan hasil penelitian telah terbukti bermanfaat untuk menurunkan kadar kolesterol. Berbeda dengan teh hijau, teh yang melalui proses oksimatis berwarna merah kecoklatan atau yang lebih dikenal dengan teh hitam black tea. Teh jenis ini harus melalui proses oksidasi enzimatis terlebih dahulu sebelum proses pengeringan. Sibuea 2003 menyatakan bahwa teh dapat dibedakan dalam tiga kategori utama berdasarkan pengolahannya yaitu : teh hijau tidak mengalami oksimatis, teh oolong semi oksimatis dan teh hitam oksimatis penuh. Meski ketiga jenis teh ini berasal dari tanaman yang sama yakni Camelia sinensis, namun ada perbedaan yang cukup berarti dalam kandungan total katekinnya karena perbedaan cara pengolahan. Kandungan total katekin, senyawa antioksidan tertinggi diperoleh pada teh hijau, kemudian oolong, lalu disusul teh hitam.

1. Teh Hijau