Acute toxicity Toksisitas akut Chronic toxicity Toksisitas kronik Lethal toxicity Toksisitas letal Sublethal toxicity Toksisitas subletal Cumulative toxicity Toksisitas kumulatif

Toksisitas Pengertian dan jenis toksisitas Toksisitas secara umum dianggap sebagai suatu fenomena kultural yang merupakan hasil dari tersalurkannya kontaminan ke dalam media. Namun terkadang toksisitas juga dapat ditimbulkan dari fenomena alam Novotny dan Olem, 1993. Hampir seluruh bahan, termasuk garam dapur NaCl, mempunyai ambang batas toksik, yang jika berlebihan dapat menyebabkan bahaya pada manusia Krenkel dan Novotny, 1980 in Novotny dan Olem, 1993. Dampak yang dihasilkan dari kontaminasi suatu toksikan terhadap kehidupan organisme ditentukan dengan beberapa konsep dasar menurut Sprague 1969 in Novotny dan Olem 1993 yaitu:

1. Acute toxicity Toksisitas akut

Kontaminasi toksikan pada organisme melalui senyawa atau campuran senyawa yang bersifat kritis. Umumnya berlangsung pada waktu yang singkat seiring laju kontaminasi yang mengakibatkan kematian pada organisme. Efek toksisitas akut ini berkorelasi langsung dengan absorpsi zar toksik.

2. Chronic toxicity Toksisitas kronik

Kontaminasi suatu toksikan yang bersifat sublethal pada organisme dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Efek toksisitas kronis ini sering kali dikarenakan absorpsi zat toksik dalam jumlah keci dalam jangka waktu yang lama, sehingga terakumulasi mencapai konsentrasi toksik dan menimbulkan gejala keracunan.

3. Lethal toxicity Toksisitas letal

Laju kontaminasi toksikan yang mengakibatkan kematian pada organisme.

4. Sublethal toxicity Toksisitas subletal

Kontaminasi suatu toksikan pada organisme yang berdampak pada metabolisme organisme tetapi tidak menyebabkan kematian.

5. Cumulative toxicity Toksisitas kumulatif

Kontaminasi suatu toksikan pada organisme yang bersifat akumulatif. Menurut Hodgson 1987 bahan kimia yang memiliki potensi sebagai toksik terdapat pada tumbuhan. Di antaranya adalah komponen sulfur, lipid, phenol, alkaloid, dan banyak lagi jenis yang lainnya. Keberadaan komponen ini pada tumbuhan biasanya sebagai perlindungan dari serangan hewan herbivore, seperti jenis serangga dan mamalia. Namun berdasarkan Ariens 1986 suatu zat yang memiliki potensi toksik didalam tubuh organisme belum tentu menyebabkan timbulnya gejala keracunan selama jumlah yang diabsorpsi berada di bawah konsentrasi yang toksik. Sebaliknya, jika diabsorpsi dalam jumlah besar yang tidak sesuai, setiap zat yang pada dasarnya aman ternyata beracun. Hal tersebut menjadikan pentingnya sebuah pembuktian racun pada konsentrasi yang subtoksik agar bahaya dapat diketahui pada saat yang tepat dan kerusakan karena keracunan dapat dihindari. Mason 1981 mengkategorikan senyawa yang berpotensi racun sebagai berikut : • Senyawa metal, seperti nikel, cadmium, zink, copper, dan merkuri yang dihasilkan dari berbagai proses industri serta beberapa penggunaan metode pertanian. • Komponen organik, seperti petroleum hydrocarbon, solvents, organometalic compounds, phenols, formaldehyde, organo-clorine pesticides. • Gas, seperti klorin dan ammonia. • Anion, seperti sianida, fluorida, sulfida, dan sulfat. Pengujian toksisitas Toksisitas dapat ditemukan nilainya dengan melakukan uji biologi atau uji toksisitas. Bioassay atau uji toksisitas merupakan cara untuk mengukur pengaruh dari satu atau lebih bahan pencemar pada satu atau lebih spesies organisme. Beberapa istilah yang sering digunakan dalam mengungkapkan hasil bioassay adalah:

1. Lethal concentration LC