Tujuan Bank Perkreditan Rakyat Syariah Ciri-ciri Bank Perkreditan Rakyat Syariah

c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya. d. Pelaksana kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, Bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan, mengelola, menghimpun, mengadministrasikan, dan mendistribusikan zakat serta dana- dana sosial lainnya.

4. Tujuan Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Menurut Isa Abdurahman dalam Sudarsono 2003:40, BPR syariah mempunyai beberapa tujuan yaitu : a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyrakat golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan. b. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan sehingga dapat mengurangi arus urbanisasi. c. Membina semangat Ukhwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita menuju kulaitas hidup yang memadai. Tujuan operasional BPRS memerlukan strategi operasional, yaitu sebagai berikut : a. BPRS tidak bersifat menunggu terhadap datangnya permintaan fasilitas, melainkan bersifat aktif dengan melakukan sosialisasipenelitian kepada usaha-usaha yang berskala kecil yang perlu dibantu dalam hal tambahan modal, sehingga memiliki prospek bisnis yang baik. Universitas Sumatera Utara b. BPRS memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya dalam jangka pendek dengan mengutamakan usaha skala menengah dan kecil. c. BPRS mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingkat kompetitif produk yang akan diberi pembiayaan.

5. Ciri-ciri Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Menurut Sumitro dalam Sudarsono 2003:41, Bank syariah mempunyai ciri-ciri berbeda dengan bank konvensional, yaitu : a. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk menawar dengan batas kewajaran. Beban biaya tersebut hanya dikenkan sampai batas sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak. b. Penggunaan persentase dalam kewajiban untuk melakukan pembiayaan selalu dihindari, karena persentase bersifat melekat pada sisi hutang meskipun batas waktu perjanjian telah berahir. c. Kontrak-kontrak pembiayaan proyek dalam bank syariah tidak menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan di muka, karena pada hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah Allah semata. d. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito dan tabungan oleh penyimpan dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah sehingga pada penyimpanan tidak dijanjikan imblan yang pasti. Universitas Sumatera Utara e. Dewan Pengawas Syariah DPS bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari sudut syariahnya. Selain itu manajer dan pimpinan bank islam harus menguasai dasar-dasar muamalat islam. f. Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara pihak pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap bila sewaktu-waktu dana diambil pemiliknya.

C. Inflasi 1. Pengertian Inflasi

Menurut Khalwaty 2000:143 inflasi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam absolute yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Seirama dengan kenaikan harga-harga tersebut nilai uang turun secara tajam pula sebanding dengan kenaikan harga-harga tersebut. Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli masyarakat yang diikuti oleh semakin merosotnya mata uang suatu Negara Biro Pusat Statistik 2005:5.

2. Inflasi dan Suku Bunga

Menurut Khalwaty 2006:143, Suku bunga merupakan instrument bank konvensional untuk mengendalikan atau menekan laju pertumbuhan tingkat inflasi. Suku bunga yang tinggi akan mendorong orang untuk menanamkan dananya di bank dari pada menginvestasikannya pada sektor produksi atau industri yang resikonya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan menanamkan Universitas Sumatera Utara