Hipotesis Tingkat bagi hasil Penelitian Terdahulu Tabungan 1. Pengertian Tabungan Sejarah Berdirinya Perusahaan

faktor ketidakpastian. Di negara sedang berkembang, inflasi dapat menekan tingkat tabungan karena adanya dorongan untuk melakukan pengeluaran barang- barang yang tahan lama. Inflasi akan mendorong orang untuk mengganti asset nominal menjadi asset riil. Sehingga akan menurunkan tingkat tabungan. Menurut sudarsono 2003:20 bagi hasil adalah keuntungan atau hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana baik investasi maupun transaksi jual beli yang diberikan kepada nasabah. Perhitungan bagi hasil menggunakan profit and loss sharing yaitu nasabah akan menerima bagi hasil apabila dana yang diinvestasikan tersebut mendapat keuntungan, dan apabila usaha merugi maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. Bagi hasil dalam sistem perbankan syariah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kepada nasabah, dan di dalam aturan syariah bagi hasil ini harus ditentukan terlebih dahulu pada awal kontrak akad antara kedua belah pihak. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa jumlah tabungan dipengaruhi oleh tingkat bagi hasil dan inflasi. Kerangka konseptual yang telah diuraikan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Sumber : Khalwaty 2000:143, sudarsono 2003:21, Diana 2005, diolah. Gambar1.1 Kerangka Konseptual

D. Hipotesis Tingkat bagi hasil

X 1 Tingkat inflasi X 2 Jumlah tabungan Y Universitas Sumatera Utara Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : tingkat bagi hasil dan inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap besarnya jumlah tabungan pada PT. BPRS Puduarta Insani Medan.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat bagi hasil dan inflasi terhadap besarnya jumlah tabungan pada PT. BPRS Puduarta Insani Medan.

2. Manfaat penelitian a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk mengetahui pengaruh tingkat bagi hasil dan inflasi terhadap jumlah tabungan, serta sebagai tambahan informasi dalam pengambilan keputusan dan kebijakan pada PT. BPRS Puduarta Insani Medan.

b. Bagi kalangan akademis lain

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan menjadi referensi dalam melakukan penelitian dengan masalah yang sama di masa yang akan datang dengan menambah variabel-variabel lain.

c. Bagi penulis

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pemahaman bagi penulis di bidang perbankan khususnya perbankan syariah. Universitas Sumatera Utara

F. Metode penelitian 1. Batasan Operasional

Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan dan analisis masalah, diperlukan pembatasan penelitian yang sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan penulis serta keterbatasan yang diperoleh pada objek penelitian. Penelitian yang dilakukan penulis terbatas untuk mengetahui pengaruh tingkat bagi hasil dan inflasi terhadap besarnya jumlah tabungan pada PT. BPRS Puduarta Insani Medan. Data yang digunakan adalah laporan tingkat bagi hasil, laporan tingkat inflasi, dan laporan jumlah tabungan selama 3 tahun, yaitu tahun 2006-2008. Sedangkan alat analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Berganda.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. BPRS Puduarta Insani Medan, Jln. Besar Tembung No. 13A Medan, mulai Bulan September – Desember 2009.

3. Jenis Data

Data yang digunakan sebagai informasi untuk melakukan analisis dan evaluasi adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung yang diberikan pihak lain maupun perusahaan. Data sekunder yang dibutuhkan oleh penulis yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, laporan tingkat bagi hasil, laporan tingkat inflasi, laporan jumlah tabungan selama 3 tahun 2006-2008, hasil publikasi, buku-buku ilmiah, dan literatur lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan dalam penelitian yaitu analisis tingkat bagi hasil dan inflasi terhadap besarnya jumlah tabungan Universitas Sumatera Utara

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara pengumpulan data untuk memperoleh suatu kebenaran secara ilmiah dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan studi dokumentasi yaitu dengan cara mengumpulkan data yang telah terdokumentasi di perusahaan, berupa laporan tingkat bagi hasil, tingkat inflasi, dan laporan jumlah tabungan dalam 3 tahuun.

G. Metode Analisis Data 1. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode yang menganalisis keadaan perusahaan melalui pengumpulan, penyusunan, dan mengenai sejarah, struktur organisasi dan gambaran umum perusahaan.

2. Uji Asumsi Klasik

Model penelitian ini akan digunakan setelah memenuhi syarat uji asumsi klasik yaitu: a. Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak melenceng ke kiri atau menceng ke kanan. Universitas Sumatera Utara b. Heterokedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang tidak sama di antara anggota grup tersebut. Sedangkan jika grup tersebut mempunyai varians yang sama daikatakan terjadi homokedastisitas. Alat untuk menguji heterokedastisitas bisa dibagi dua, yakni dengan alat analisis grafik atau dengan analisis residual yang berupa statistik. c. Autokorelasi yaitu korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganngu pada perode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini biasanya terjadi pada data times series. Karena gannguan pada satu data cenderung mengganggu data lainnya. d. Multikolinieritas yaitu adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variable yang menjelaskan dari model regresi. Singkatnya multikolinieritas dapat diartikan sebagai hubungan linier antara variable eksplanatoris dari suatu model regresi adalah sempurna.

3. Metode Analisi Regresi Linier Berganda

Metode analisis regresi linier berganda merupakan metode analisis statistik yang dikerjakan dengan komputer menggunakan software SPSS Statistic Product and Service Solution versi 12.00. Dengan model ini penulis dapat Universitas Sumatera Utara mengetahui pengaruh antara dua variabel bebas independent variable yaitu X 1 dan X 2 dan variable tidak bebas dependent variable yaitu Y. Menurut Situmorang, dkk 2007:116 secara sistematis, model persamaan regresi linier berganda adalah : Y=B +B 1 X 1 +B 2 X 2 +e Dimana : Y : Besarnya jumlah tabungan B o : Konstan B 1 B 2 : Koefisien regresi parsial X 1 : Tingkat bagi hasil X 2 : Tingkat inflasi e :Kesalahan pengganggu disturbance’s error.

4. Uji Hipotesis

Menurut Salvatore 2001:164 dalam analisis regresi linier berganda, hipotesis pengujian yang dapat digunakan dalam penelitian ini ada 3 jenis yaitu :

a. Uji Adjusted R

2 koefisien determinasi adjusted R square Koefisien determinan dinyatakan sebagai proporsi dari variasi total atau dispersi dari variabel terkait yang bisa dijelaskan oleh variasi dari variabel- variabel bebas atau penjelas dalam regresi. Atau dengan kata lain jika Adjusted R 2 semakin besar semakin mendekati satu maka dapat dikatakan variabel bebas mempunyai pengaruh yang besar terhadap variabel tidak bebas. Atau sebaliknya juka Adjusted R 2 semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan variabel bebas tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel tidak bebas.

b. Uji-F Statistik F

Universitas Sumatera Utara Uji ini dapat menerangkan secara seluruhnya dari keseluruhan regresi yang dapat diuji dengan analisis varians. Statistik F digunakan untuk menguji hipotesis bahwa variasi dari semua variabel bebas X menerangkan proporsi yang signifikan dari variasi pada variabel tidak bebas Y. hipotesisi dari uji ini adalah : 1. H : b 1 = b 2 = 0 artinya, secara serentak variable bebas X 1 ,X 2 tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tidak bebas Y. 2. H a : b 1 ≠ b 2 = 0 artinya, secara serentak variabel bebas X 1 ,X 2 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tidak bebas Y. Kriteria pengambilan keputusan uji F ini adalah : 1. Terima H jika F hitung ≤ F table pada α = 5, df 1 = k-1, df 2 = n-k. 2. Tolak H a jika F hitung ≥ F table pada α = 5, df 1 = k-1, df 2 = n-k.

c. Uji-t Uji Signifikan Parsial

Uji-t menentukan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel tidak bebas. Hipotesis dari uji-t ini adalah : 1. H : b 1 = 0 artinya, secara parsial veriabel bebas X 1 ,X 2 tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tidak bebas Y. 2. H a : b 1 ≠0 artinya, secara parsial variable bebas X 1 ,X 2 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable tidak bebas Y. Kriteria pengambilan keputusan uji F ini adalah : 1. Terima H jika t hitung ≤ t tabel pada α = 5 2,df=n-k 2. Tolak H a jika t hitung ≥ t table pada α = 5 2, df = n-k Universitas Sumatera Utara BAB II URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Fakhrina 2007 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Bagi Hasil dan Inflasi Terhadap Besarnya Jumlah Tabungan pada PT. BPRS Gebu Prima Medan”. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan menggunakan perhitungan aplikasi komputer SPSS Windows Versi 12.00 dengan ti ngkat signifikan α=5 menunjukkan bahwa variabel tingkat bagi hasil mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap besarnya jumlah tabungan, sedangkan variabel inflasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap besarnya jumlah tabungan.

B. Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Universitas Sumatera Utara

1. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Menurut Zainul Arifin 2002:2 Bank berasal dari kata Bangue dalam Bahasa Perancis dan dari kata Banco dalam Bahasa Italia yang berarti peti, lemari atau bangku. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga seperti mas, uang, berlian, dan lain sebagainya. Dalam Al- Qur’an, istilah bank tidak disebutkan secara eksplisit. Tetapi jika yang dimaksud adalah manajemen, fungsi, hak dan kewajiban maka semua itu disebutkan dengan jelas seperti Zakat, sadaqah, ghanimah rampasan perang, ba’I jual-beli, dayn utang dagang, maal harta, dan sebagainya, yang memiliki fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi. Bank Perkreditan Rakyat BPR menurut Undang-Undang Perbankan No.7 tahun 1992 adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka tabungan, danatau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Sedangkan menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998, BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Surat Direksi Bank Indonesia No. 3236KEPDIR tentang BPR berdasarkan prinsip syariah tanggal 12 Mei 1993 mengatur tentang izin pelaksanaan berdasarkan prinsip syariah. Maka dalam teknisnya PT. BPRS Puduarta Insani Medan dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menggunakan prinsip-prinsip syariah.

2. Perangkat Yang Digunakan Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Universitas Sumatera Utara Menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah 2001:274, perangkat yang digunakan Bank Syariah sebagai “pemain tunggal” pada mulanya digunakan Surat Berharga Pasar Uang SBPU mudharabah dan bai’ al dayn. Dengan berkembangnya Bank Syariah maka otoritas moneter menyediakan perangkat pengganti dalam mengelola likuidasi yaitu Pasar Uang Antar Bank Syariah PUAS dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWIB.

a. Surat Berharga Pasar Uang SBPU Mudharabah

Surat Berharga Pasar Uang SBPU Mudharabah digunakan untuk membantu Bank Syariah untuk mengatasi kesenjangan likuidasi yang bersifat sementara akibat missmatch dalam pendanaan, ataupun mengatasi kemungkinan terjadinya kekalahan kliring dan sebagainya. Melalui SBPU milik nasabah Bank Syariah kepada BI berdasarkan prinsip bagi hasil. Ketentuan-ketentuan SBPU adalah : 1. Permintaan SBPU nasabah Bank Syariah adalah sebesar nilai nominal tanpa diskon dengan jangka waktu maksimal 180 hari. 2. Bank Syariah dapat membeli kembali SBPU tersebut pada tanggal jatuh tempo sebesar nilai nominalnya. 3. Dalam penggunaan fasilitas SBPU ini, Bank Syariah akan memberikan imbalan dalam bentuk bagi hasil yang berlaku pada Bank Syariah yang tercermin dari pendapatan operasional Bank Syariah dan dihitung secara berkala setiap 90 hari.

b. Bai’Al Dayn

Bai’al dayn atau jual beli hutang merujuk kepada pembiayaan hutang. Dalam prinsip ini pembiayaan dibuat berdasarkan jual beli dokumen perdagangan Universitas Sumatera Utara dan pembiayaan digunakan bagi tujuan pengeluaran, perdagangan dan perkidmatan. Keputusan Dewan Pengawas Syariah DPS pada awal beroperasinya Bank Syariah berdasarkan keadaan darurat dimana Bank Syariah masih sebagai pemain tunggal, Bank Syariah diijinkan untuk memanfaatkan excess atau idle fund dengan menggunakan perangkat al dayn, dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Nasabah yang telah menerima fasilitas jual beli dari Bank Syariah akan mengeluarkan surat hutang, karena Bank Syariah sendiri tidak dapat menerbitkan surat hutang, maka surat hutang tersebut dirubah menjadi underlying transaction untuk menerima dari bank konvensional. 2. Kompensasi atas penempatan dana placing dan penerimaan dana taking masih mengacu pada hitungan yang ditetapkan oleh pihak bank konvensional dimana bank syariah pada waktu itu harus mengoptimalkan kelebihan dananya dan masuk sebagai pendatang baru dengan sistem yang belum dikenal oleh bank konvensional.

c. Pasar Uang Antar Bank Syariah PUAS

Pasar Uang Bank Syariah PUAS menggunakan piranti sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank IMA yang berjangka waktu maksimal 90 hari yang diterbitkan oleh kantor pusat bank syariah atau unit usaha syariah bank konvensional dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Pemindah tanganan sertifikat IMA hanya dapat dilakukan oleh bank penanam dana pertama, sedangkan bank penanam dana kedua tidak diperkenankan memindahtangankan sertifikat tersebut pada bank lain sampai berahirnya jangka waktu. Universitas Sumatera Utara 2. Jumlah imbalan sertifikat IMA yang dibayarkan pada awal bulan dihitung atas dasar tingkat realisasi imbalan deposito investasi mudharabah pada bank penerbit sebelum didistribusikan sesuai jangka waktu penanaman.

d. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI

Pelaksanaan operasi pasar terbuka berdasarkan prinsip syariah dapat berjalan dengan baik, maka otoritas moneter menciptakan suatu prinsip syariah dalam bentuk SWIB. SWIB dapat dijadikan sarana penitipan dana jangka pendek bagi bank yang mengalami kelebihan likuidasi dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Jumlah dana yang dapat dititipkan sekurang-kurangnya Rp 500.000.000,- dan sebaliknya dengan kelipatan RP 500.000.000. jangka waktu SWIB adalah satu bulan, dua bulan, dan tiga bulan yang dinyatakan dalam hari. 2. Bank Indonesia memberikan bonus kepada bank dan unit usaha syariah pada saat jatuh tempo dana dengan pemberian bonus. Besarnya bonus akan dihitung dengan menggunakan acuan tingkat indikasi imbalan PUAS, yaitu rata-rata tertimbang dan tingkat imbalan sertifikat IMA yang terjadi di PUAS pada tanggal penitipan dana.

3. Fungsi dan Peranan Bank Syariah

Menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah 2001:24, Fungsi dan peranan bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang akan dikeluarkan oleh AAOIFI Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution, sebagai berikut : a. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah. b. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya. Universitas Sumatera Utara c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya. d. Pelaksana kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, Bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan, mengelola, menghimpun, mengadministrasikan, dan mendistribusikan zakat serta dana- dana sosial lainnya.

4. Tujuan Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Menurut Isa Abdurahman dalam Sudarsono 2003:40, BPR syariah mempunyai beberapa tujuan yaitu : a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyrakat golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan. b. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan sehingga dapat mengurangi arus urbanisasi. c. Membina semangat Ukhwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita menuju kulaitas hidup yang memadai. Tujuan operasional BPRS memerlukan strategi operasional, yaitu sebagai berikut : a. BPRS tidak bersifat menunggu terhadap datangnya permintaan fasilitas, melainkan bersifat aktif dengan melakukan sosialisasipenelitian kepada usaha-usaha yang berskala kecil yang perlu dibantu dalam hal tambahan modal, sehingga memiliki prospek bisnis yang baik. Universitas Sumatera Utara b. BPRS memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya dalam jangka pendek dengan mengutamakan usaha skala menengah dan kecil. c. BPRS mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingkat kompetitif produk yang akan diberi pembiayaan.

5. Ciri-ciri Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Menurut Sumitro dalam Sudarsono 2003:41, Bank syariah mempunyai ciri-ciri berbeda dengan bank konvensional, yaitu : a. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk menawar dengan batas kewajaran. Beban biaya tersebut hanya dikenkan sampai batas sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak. b. Penggunaan persentase dalam kewajiban untuk melakukan pembiayaan selalu dihindari, karena persentase bersifat melekat pada sisi hutang meskipun batas waktu perjanjian telah berahir. c. Kontrak-kontrak pembiayaan proyek dalam bank syariah tidak menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan di muka, karena pada hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah Allah semata. d. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito dan tabungan oleh penyimpan dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah sehingga pada penyimpanan tidak dijanjikan imblan yang pasti. Universitas Sumatera Utara e. Dewan Pengawas Syariah DPS bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari sudut syariahnya. Selain itu manajer dan pimpinan bank islam harus menguasai dasar-dasar muamalat islam. f. Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara pihak pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap bila sewaktu-waktu dana diambil pemiliknya.

C. Inflasi 1. Pengertian Inflasi

Menurut Khalwaty 2000:143 inflasi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam absolute yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Seirama dengan kenaikan harga-harga tersebut nilai uang turun secara tajam pula sebanding dengan kenaikan harga-harga tersebut. Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli masyarakat yang diikuti oleh semakin merosotnya mata uang suatu Negara Biro Pusat Statistik 2005:5.

2. Inflasi dan Suku Bunga

Menurut Khalwaty 2006:143, Suku bunga merupakan instrument bank konvensional untuk mengendalikan atau menekan laju pertumbuhan tingkat inflasi. Suku bunga yang tinggi akan mendorong orang untuk menanamkan dananya di bank dari pada menginvestasikannya pada sektor produksi atau industri yang resikonya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan menanamkan Universitas Sumatera Utara uang di bank terutama dalam bentuk deposito. Suku bunga yang tinggi menyedot jumlah uang yang beredar di masyarakat. Namun disisi lain, suku bunga yang tinggi akan mengakibatkan meningkatnya nilai uang. Keterkaitan antara inflasi dan tingkat suku bunga adalah: a. Penawaran dan Permintaan Uang Untuk menentukan keputusan konsumsi dan investasi baik bagi para pelaku ekonomi individual maupun dalam keadaan ekonomi makro, ketersediaan uang merupakan faktor yang sangat menentukan. Untuk mencegah mreningkatnya inflasi, jumlah uang yang beredar harus sesuai dengan kebutuhan agregat. Jika terjadi kelebihan penawaran uang terhadap kebutuhan uang, nilai uang akan jatuh dan pada kondisi demikian akan terjadi inflasi. Sebaliknya jika penawaran uang lebih kecil dari pada kebutuhan agregat, nilai uang akan naik dan disebut depresiasi. Untuk menstabilkan nilai uang, secara syariah instrument yang umum digunakan dalam ilmu ekonomi moneter adalah pengaturan tingkat suku bunga. Jika tingkat suku bunga dinaikkan, jumlah uang yang beredar akan berkurang karena orang lebih senang menabung dari pada memutarkan dananya pada sektor-sektor produktif. Sebaliknya jika tingkat suku bunga terlalu rendah jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah karena orang lebih senang memutarkan uangnya pada sektor-sektor yang dinilai produktif. Dengan demikian tingkat inflasi dapat dikendalikan melalui kebijakan tingkat suku bunga bank yang dalam hal ini merupakan tugas dari Bank Indonesia Bank Sentral. b. Instrument Pengawasan Suplai Uang Untuk menekan atau mengendalikan laju pertumbuhan inflasi pada tingkat yang diinginkan baik periode bulanan maupun tahunan diperlukan instrument Universitas Sumatera Utara pengawasan terhadap supplai uang disamping menaikkan tingkat suku bunga. Bank Indonesia selaku Bank Sentral menggunakan dua instrument untuk menekan laju pertumbuhan inflasi, yaitu dengan menaikkan tingkat suku bunga dan melakukan pengawasan terhadap jumlah uang yang beredar.

3. Faktor Penyebab Inflasi

Menurut Miraza 2006:79 faktor penyebab inflasi adalah : a. Turunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dengan turunnya nilai tukar rupiah maka harga barang-barang impor yang dinyatakan dalam rupiah menjadi naik. b. Kebijakan pemerintah mengurangi subsidi atas barang-barang tertentu yang selama ini harganya dikontrol oleh pemerintah seperti pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak BBM, tarif listrik dan berbagai harga barang dan jasa. c. Semakin menurunnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, ketidakpercayaan ini bisa dalam bentuk kemampuan pemerintah dalam menyelesikan masalah ekonomi dan juga dalam bentuk hilangnya kewibawaan pemerintah dihadapan masyarakat. d. Tidak ditemukannya kepastian di dalam masyarakat baik dalam kehidupan sosial maupun hukum, politik dan ekonomi. Keamanan dan ketertiban menjadi kacau dan tidak ada yang mau peduli untuk menertibkannya. Perampokan, pembunuhan, dan penguasaan atas milik orang lain merupakan hal yang biasa terjadi. Kekhawatiran yang tinggi ini menciptakan biaya yang tinggi, banyak biaya-biaya yang harus dilakukan untuk mengantisipasi kekhawatiran yang pada ahirnya menciptakan high cost economy. Universitas Sumatera Utara e. Belum selesainya proses desentralisasi atau dengan kata lain setiap daerah menciptakan peraturannya sendiri-sendiri secara sempit tanpa mau tahu keadaan daerah sekelilingnya. Pemikiran kearah persatuan dan kebersamaan hampir hilang, keadaan ini menciptakan ketidakpastian pada masyarakat setiap daerah dan mendorong naiknya harga-harga barang.

4. Akibat Buruk Inflasi a. Akibat Buruk Pada Perekonomian

1. Inflasi menggalakkan penanaman modal spekulatif Pada masa inflasi terdapat kecenderungan diantara pemilik modal untuk menggunakan uangnya dalam investasi yang bersifat spekulatif, misalnya membeli rumah dan tanah, menyimpan barang yang berharga akan lebih menguntungkan dari pada melakukan investasi yang produktif. 2. Tingkat bunga meningkat Untuk menghindari kemerosotan nilai modal yang bank pinjamkan, institusi keuangan akan meningkatkan tingkat bunga. Makin tinggi tingkat inflasi, makin tinggi pula tingkat bunga yang akan bank tentukan. 3. Inflasi menimbulkan ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi di masa depan Inflasi akan bertambah cepat jalannya apabila tidak dikendalikan, pada ahirnya inflasi akan menimbulkan ketidakpastian dan arah perkembangan ekonomi tidak lagi dapat diramalkan dengan baik. Universitas Sumatera Utara 4. Menimbulkan neraca pembayaran Inflasi menyebabkan harga barang impor lebih murah dari pada barang yang dihasilkan di dalam negeri, maka pada umumnya inflasi akan menyebabkan impor berkembang lebih cepat tetapi sebaliknya perkembangan ekspor akan lebih lambat. Disamping itu aliran modal keluar akan lebih banyak dari pada yang masuk kedalam negeri. Berbagai kecenderungan ini akan memperburuk keadaan neraca pembayaran, hal ini seterusnya akan menimbulkan kemerosotan nilai mata uang.

b. Akibat Buruk Pada Individu dan Masyarakat

1. Memperburuk distribusi pendapatan Dalam masa inflasi nilai harta tetap seperti tanah, rumah, bangunan pabrik dan pertokoan akan mengalami kenaikan harga yang ada kalanya lebih cepat dari kenaikan inflasi itu sendiri. 2. Pendapatan riil merosot Sebagian tenaga kerja di setiap Negara terdiri dari pekerja-pekerja bergaji tetap. Dalam masa inflasi biasanya kenaikan harga-harga mendahului kenaikan pendapatan. Dengan demikian inflasi cenderung menimbulkan kemerosotan pendapatan riil sebagian besar tenaga kerja, ini berarti kemakmuran masyarakat merosot. 3. Nilai riil tabungan merosot Dalam perekonomian biasanya masyarakat menyimpan sebagian kekayaannya dalam bentuk deposito dan tabungan di institusi keuangan. Nilai riil Universitas Sumatera Utara tabungan tersebut akan merosot sebagai akibat dari inflasi, juga pemegang- pemegang uang tunai akan dirugikan karena kemerosotan nilai riilnya.

5. Macam-macam Inflasi

Sehubungan dengan kompleksnya faktor yang menjadi sumber terjadinya inflasi atau banyaknya variabel yang berpengaruh terhadap inflasi, maka dapat pula dilakukan pengelompokan terhadap macam-macam inflasi berdasarkan sudut pandang sebagai berikut :

a. Asal Inflasi

Ditinjau dari asalnya, inflasi dapat dibagi menjadi dua macam yaitu : 1. Domestic Inflation Merupakan inflasi yang berasal dari dalam negeri. Kenaikan harga disebabkan karena adanya kejutan shock dari dalam negeri, baik karena perilaku masyarakat maupun perilaku pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan- kebijakan yang secara psikologis berdampak inflatoar. 2. Imported Inflation Merupakan inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri. Kenaikan harga dalam negeri terjadi karena dipengaruhi oleh kenaikan harga dari luar negeri terutama barang-barang impor atau kenaikan bahan baku industri yang masih belum dapat diproduksi di dalam negeri.

b. Intensitas Inflasi

Apabila ditinjau dari intensitasnya, inflasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Greeping Inflation Merupakan inflasi yang merayap yaitu inflasi yang terjadi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung lambat. Inflasi ini disebut dengan inflasi sedang, yang terjadi karena kenaikan harga-harga yang berlangsung secara perlahan-lahan. Greeping inflation umumnya dialami oleh Negara-negara yang sedang membangun atau Negara-negara yang sedang berkembang, karena terjadinya melekat dengan pembangunan itu sendiri. 2. Hyper Inflation Merupakan inflasi yang sangat berat yang timbul akibat adanya kenaikan harga-harga umum yang berlangsung sangat cepat. Hyper inflation sangat berbahaya karena dapat merusak struktur perekonomian negara sebagaimana pernah dialami Indonesia pada masa orde lama dan awal orde baru.

c. Bobot Inflasi

Inflasi jika ditinjau dari sudut bobotnya, dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu : 1. Inflasi Ringan Inflasi ini disebut juga creeping inflation. Inflasi ringan adalah inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung secara perlahan dan berada pada posisi satu digit atau dibawah 10 per tahun. 2. Inflasi Sedang Inflasi sedang adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada diantara 10-30 per tahun atau melebihi dua digit dan sangat mengancam struktur dan pertumbuhan ekonomi suatu Negara. 3. Inflasi Berat Universitas Sumatera Utara Merupakan inlflasi dengan laju pertumbuhan berada diantara 30-100 per tahun. Pada kondisi demikian sektor-sektor produksi hampir lumpuh total kecuali yang dikuasai negara. 4. Inflasi Sangat Berat Adalah inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui 100 per tahun, sebagaimana yang terjadi pada masa perang dunia II 1939-1945. Untuk keperluan perang terpaksa harus dibiayai dengan cara mencetak uang secara berlebihan.

6. Solusi Pengendalian Inflasi

Secara umum terdapat empat macam cara atau kebijakan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi dan mengendalikan laju pertumbuhan inflasi ke tingkat yang paling rendah dan aman bagi kinerja perekonomian dan struktur ekonomi, yaitu: 1. Kebijakan Moneter Didalam ekonomi moneter dijelaskan bahwa inflasi adalah fenomena moneter. Ketidakseimbangan antara pemerintah dan penawaran terhadap uang akan menyebabkan munculnya inflatoar dan memicu laju pertumbuhan inflasi. Oleh sebab itu keseimbangan antara Jumlah uang yang beredar dan kebutuhan terhadap uang dimasyarakat harus selalu dipantau. 2. Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal dilakukan dengan cara mengatur pengeluaran pemerintah secara seimbang. Pengeluaran disesuaikan dengan penerimaan sehingga tidak Universitas Sumatera Utara terjadi defisit pada anggaran belanja negara yang dapat pula menjadi sumber terjadinya inflasi. Untuk menghindar defisit belanja pemerintah ada beberapa cara yang dapat dilakukan, misalnya mencari pinjaman dari masyarakat dengan menjual obligasi di pasar modal, mencetak uang baru, menaikkan penerimaan dari sektor pajak dan utang luar negeri. 3. Kebijakan Output Apabila jumlah output meningkat maka dampaknya akan menekan laju inflasi. Untuk meningkatkan jumlah output, banyak cara yang dapat dilakukan. Misalnya dengan menurunkan tarif pajak, mengurangi berbagai pungutan yang berdampak pada ekonomi biaya tinggi terhadap output, membebaskan atau menurunkan tarif bea masuk terhadap barang-barang impor, melakukan restrukturisasi ekonomi, debirokratisasi perijinan, deregulasi dan menciptakan pemerintah yang bersih dan berwibawa. 4. Kebijakan Harga dan Indexing Kebijakan ini dilakukang dengan cara menentukan harga dasar atau harga patokan setempat terhadap produk-produk tertentu seperti semen dan sembilan bahan pokok yang dilakukan Badan Usaha Logistik Bulog. Penentuan besarnya gaji dan upah atau penentuan Upah Minimum Regional UMR harus didasarkan indeks harga barang-barang kebutuhan hidup tertentu atau berdasarkan indeks biaya hidup tersebut.

D. Tabungan 1. Pengertian Tabungan

Universitas Sumatera Utara Menurut Simorangkir 2000:43 tabungan adalah simpanan nasabah bank, dimana penarikan tabungan tersebut sesuai dengan persetujuan antara si penabung dengan bank. Penarikannya dengan penabung sangat sederhana, hanya melalui buku tabungan saja. Produk tabungan dalam bank syariah digunakan 2 prinsip, yaitu : 1. Prinsi Al-Wadiah Menurut Wibowo 2005:39 berdasarkan prinsip Al-Wadiah, bank dapat memanfaatkan dan menyalurkan dana yang disimpan serta menjamin bahwa dana tersebut dapat ditarik setiap saat oleh penyimpan dana. 2. Prinsip Al-Mudharabah Prinsip Mudharabah ini diterapkan untuk pembukaan rekening tabungan, prinsip ini tidak ada pembatasan dalam menggunakan dana yang dihimpun. Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberian keuntungan serta resiko yang dapat timbul dari penyimpanan dana apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad.

E. Bagi Hasil 1. Pengertian Bagi Hasil

Menurut Muamalat Institut 2006:54 bagi hasil adalah keuntungan atau hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana baik investasi maupun transaksi jual beli yang diberikan kepada nasabah dengan persyaratan sebagai berikut : a. Perhitungan bagi hasil disepakati menggunakan profit dan loss sharing yaitu nasabah akan menggunakan konsekuensi yang berakibat pada tidak memperoleh atau menerima bagi hasil apabila bank rugi, dan menanggung Universitas Sumatera Utara kerugian yang berdampak pada berkurangnya nilai uang yang akan diinvestasikan bahkan mungkin akan tidak kembali. b. Waktu pembagian bagi hasil harus disepakati kedua belah pihak, misalnya setiap bulan. c. Pembagian bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati pada awal terjadinya akad.

2. Penerapan Metode Bagi Hasil

Menurut Wibowo 2005:45 Islam memandang uang sebagai flow concept yaitu uang harus berputar dalam perekonomian. Islam tidak mengenal metode time value of money karena metode ini menambahkan nilai kepada uang semata- mata dengan bertambahnya waktu dan bukan usaha. Sesuai dengan ajaran islam manajemen moneter yang efisien dan adil tidak didasarkan pada penerapan metode bunga. Kepentingan nasabah penyimpan dana, bank dan debitur pada bank islam dapat diharmonisasikan karena dengan metode bagi hasil kepentingan pihak-pihak terebut akan paralel, yaitu memperoleh imbalan bagi hasil sesuai dengan keadaan yang benar-benar terjadi. Untuk itu manajemen bank syariah akan berusaha mengoptimalkan keuntungan pemakai. Sedangkan menurut Juli 2004:124 penerapan sistem bagi hasil adalah sebagai berikut : a. Penentuan rasio bagi hasil ditentukan bersama musyawarah dengan asumsi adanya kemungkinan untung atau rugi. b. Resiko bersama, ditanggung bersama antara pemilik atau pengelola bank dan peminjam. Universitas Sumatera Utara c. Pendapatan tidak pasti, pendapatan tidak diperoleh secara pasti, sehingga semua pihak harus bertanggung jawab. d. Tidak ada yang meragukan bagi hasil.

3. Prinsip Bagi Hasil

Produk pembiayaan bank syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil terdiri dari al-musyarakah dan mudharabah. a. Al-Musyarakah Istilah lain dari musyarakah adalah sharikah atau syirkah. Musyarakah adalah kerjasama antara kedua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan resiko di tanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah ada dua jenis yaitu musyarakah pemilik dan musyarakah akad kontrak. Musyarakah pemilik tercipta karena wasiat atau kondisi lainnya yang berakibat pemilikan suatu asset oleh dua orang atau lebih. Sedangkan musyarakah akad tercipta dengan kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah dan berbagi keuntungan dan kerugian. Tekniknya dalam perbankan adalah sebagai berikut : 1. Transaksi musyarakah merupakan landasan keinginan para pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama. 2. Musyarakah adalah bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih, dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Universitas Sumatera Utara 3. Bentuk kontribusi dari pihak yang bekerjasama secara spesifik dapat berupa dana, barang perdagangan, kewiraswastaan, kepandaian, kepemilikan, peralatan, seperti hak paten dan barang-barang lain yang dapat dinilai dengan uang. 4. Kombinasi dan bentuk kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel. b. Al-Mudharabah Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama shahibul maal menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Tekniknya dalam perbankan syariah sebagai berikut : 1. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal harus diserahkan secara tunai, dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap harus jelas tahapannya dan disepakati bersama. 2. Hasil pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan dengan dua cara yaitu perhitungan dari pendapatan proyek dan keuntungan dari keuntungan proyek. 3. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad. Bank selaku pemilik modal menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana. Universitas Sumatera Utara 4. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak berhak mencampuri urusan nasabah. 5. Nasabah yang ingkar janji dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban dapat dikenakan sanksi administrasi. F. Pengaruh Tingkat Bagi Hasil dan Inflasi terhadap Jumlah Tabungan Tingkat bagi hasil dan inflasi pada dasarnya dapat mempengaruhi jumlah tabungan. Bagi hasil atau pada bank konvensional dikenal dengan suku bunga dipengaruhi oleh kebutuhan akan dana, persaingan, kebijakan pemerintah, target laba yang diinginkan, jangka waktu, kualitas jaminan, reputasi perusahaan, produk yang kompetitif, hubungan baik, dan jaminan pihak ketiga. Sedangkan tingkat inflasi dipengaruhi oleh naiknya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, kenaikan biaya produksi, defisit APBN, dan menurunnya nilai tukar. Sesuai dengan perkembangan jaman, kegiatan menabung sudah beralih ke lembaga keuangan seperti bank. Menabung di bank bukan saja dapat terhindar dari resiko kehilangan atau kerusakan, tetapi juga akan memperoleh penghasilan dari bunga. Apabila tingkat bunga meningkat maka minat masyarakat untuk menanamkan dananya di bank juga akan meningkat. Sebaliknya apabila tingkat bunga rendah maka masyarakat akan memilih untuk menarik uangnya dari bank dan memindahkan dana tersebut kedalam bentuk lain misalnya asset riil. Tingkat inflasi juga sangat berpengaruh terhadap jumlah tabungan. Apabila tingkat inflasi tinggi maka harga barang-barang kebutuhan pokok akan meningkat. Bagi masyarakat yang mempunyai penghasilan kecil dan tetap hal ini akan mempengaruhi distribusi pendapatan. Karena jumlah biaya yang dibutuhkan Universitas Sumatera Utara untuk memenuhi kebutuhannya meningkat, sehingga dana yang tersisa untuk ditabung menjadi berkurang. BAB III GANBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Berdirinya Perusahaan

PT. BPR Syariah Puduarta Insani adalah perusahaan perseroan terbatas yang bergerak di bidang Bank Perkreditan Rakyat yang berfungsi untuk menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat. Dalam hal ini BPR bertujuan untuk menunjang perekonomian masyarakat pedesaan dan memberikan pelayanan bagi pengusaha kecil dan menengan dengan menerapkan prinsip syariah. Universitas Sumatera Utara Proses pendirian BPR dimulai dengan membentuk badan hukumnya, setelah itu disusun Anggaran Dasar, daftar calon persero, susunan direksi dan dewan komisaris, rencana susunan organisasi, rencana kerja selama satu periode, serta bukti modal setoran sebesar 30. Hal ini dipersiapkan guna memperoleh izin prinsip dari menteri keuangan. PT. BPR Syariah Puduarta Insani Medan diprakarasi oleh IAIN Sumatera Utara, yang tata cara operasinya atau bermua’amalah secara Islam. Kegiatan investasi atas dasar bagi hasil atau Mudharabah dan pembiayaan atau kredit perdagangan Izin prinsip PT. BPR Syariah Puduarta Insani Medan dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dengan keputusan S-059MK.171994 pada tanggal 17 Januari 1994. Setelah itu dilanjutkan dengan melengkapi permohonan izin operasional yang harus melampirkan anggaran dasar yang telah di syahkan oleh Menteri Kehakiman berdasarkan akte No. 02-18. 631 HT. 0101 tanggal 20 Desember 1994 dengan notaris Ny. Chairani Bustami Arifin, SH dengan Akte No. 3 tanggal 4 Juli 1994. Akta ini dilengkapi dengan daftar persero, susunan organisasi, sistem dan prosedur kerja serta bukti pelunasan modal yang telah disetorkan. Pada tanggal 10 April 1996, izin beroperasi PT. BPR Syariah Puduarta Insani Medan dikeluarkan melalui surat keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep 130KM. 171996. Ahirnya pada tanggal 18 Juni 1996 PT. BPR Syariah Puduarta Insani Medan resmi beroperasi.

B. StrukturOrganisasi Perusahaan