BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tabungan merupakan simpanan yang paling populer di kalangan masyarakat umum. Pada awalnya menabung masih secara sederhana, yaitu
menyimpan uang didalam rumah. Namun faktor resiko menyimpan uang di rumah begitu besar seperti resiko kehilangan atau kerusakan. Kerugian lainnya
adalah menabung didalam rumah jumlahnya tidak pernah akan bertambah, jadi tetap saja sama seperti jumlah uang yang disimpan. Menurut Undang-undang
Perbankan No. 10 tahun 1998 tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak
dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Sesuai dengan perkembangan jaman, dewasa ini kegiatan menabung
sudah beralih dari rumah ke lembaga keuangan seperti bank. Menabung di bank bukan saja menghindarkan dari resiko kehilangan atau kerusakan, akan tetapi juga
Universitas Sumatera Utara
memperoleh penghasilan dari bunga. Dengan demikian jumlah uang akan bertambah dari waktu ke waktu sekalipun uang tersebut tidak di tambah.
Penerapan metode bunga diharapkan dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Namun, pada kenyataannya perbankan yang didasarkan pada metode
bunga menimbulkan dampak negatif berupa ketidakstabilan ekonomi, konsentrasi kekayaan pada segelintir orang, menumpuknya hutang negara, ekonomi biaya
tinggi, dan macetnya roda perekonomian nasional. Permasalahan perbankan tersebut memunculkan pemikiran untuk melakukan perombakan mendasar pada
sistem perekonomian agar dapat mengatasi permasalahan yang ditimbulkannya serta mengarahkan sistem perekonomian yang baru kepada tujuan keadilan,
keamanan dan kemajuan. Salah satunya adalah dengan mencari alternatif selain metode bunga dalam dunia perbankan dan meletakkan perekonomian diatas
landasan etika dan moral.
Perbankan Syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan
yang dikembangkan berdasarkan Syariah
hukum Islam
. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam Agama Islam untuk memungut maupun
meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba
serta larangan investasi
untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram, misalnya usaha yang berkaitan dengan produksi makanan dan minuman haram, dimana hal ini tidak dapat
dijamin oleh sistem perbankan konvensional. Implementasi dari alternatif ini adalah dikembangkannya kegiatan usaha
bank berdasarkan prinsip syariah yang operasinya tidak didasarkan pada metode bunga, melainkan dengan metode bagi hasil. Bank Syariah di Indonesia telah
mendapatkan legitimasi dalam Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992.
Universitas Sumatera Utara
Bank Konvensional maupun Bank Syariah beroperasi dengan menyimpan dana dari nasabah kreditur dan meminjamkan dana tersebut kepada nasabah debitur.
Dari segi hukum, ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur Bank Konvensional dengan metode bunga telah sangat mapan dan berjalan lama,
sedangkan pengaturan mengenai Bank Syariah dan kaitannya dengan hukum nasional masih perlu dikaji lebih dalam. Lebih dari itu, walaupun terdapat indikasi
adanya minat masyarakat yang sangat besar untuk memanfaatkan jasa Bank Syariah, namun karena kurangnya sosialisasi dan pemahaman masyarakat tentang
praktek bank berdasarkan prinsip syariah ini mengakibatkan perkembangan bank syariah kurang dinamis.
Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut
diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan syari’ah
merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan syari’ah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih
dahulu pada awal terjadinya kontrak akad. Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi
dengan adanya kerelaan An-Tarodhin di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan.
Keuntungan dari pemanfaatan dana dari nasabah yang disalurkan ke dalam berbagai usaha akan dibagikan kepada nasabah. Jika hasil usaha semakin tinggi,
maka semakin tinggi pula keuntungan yang dibagikan bank kepada nasabahnya. Jadi konsep bagi hasil hanya bisa berjalan jika dana nasabah di bank dinvestasikan
Universitas Sumatera Utara
terlebih dahulu kedalam usaha, barulah keuntungan usaha dibagikan. Nasabah dan bank dalam sistem bagi hasil memang tidak bisa mengetahui berapa hasil yang
pasti akan diterima, tetapi nasabah dan bank akan membagi keuntungan secara lebih adil dari pada sistem bunga, karena kedua belah pihak selalu membagi
dengan adil sesuai nisbah berapapun hasilnya. Dalam prakteknya, nisbah tabungan berkisar 45:55 dari investasi yang dilakukan bank, artinya nasabah
akan menerima 45 dari keuntungan yang diperoleh bank atas dana yang telah diinvestasikan, dan bank akan menerima 55 dari keuntungan tersebut.
Determinan lain yang penting dari tabungan adalah faktor ketidakpastian yang sering di proxy oleh laju inflasi. Di negara sedang berkembang, inflasi dapat
menekan tingkat tabungan karena adanya dorongan untuk melakukan pengeluaran terhadap barang-barang tahan lama, sehingga akan menurunkan tingkat tabungan.
Inflasi akan mendorong orang untuk mengganti asset nominal menjadi asset riil. PT. Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPRS Puduarta Insani Medan
adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perbankan dengan prinsip syariah. Kegiatan utamanya bergerak dibidang jasa pelayanan service yaitu menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali ke masyarakat.
Berikut ini adalah Tabel 1.1 yaitu perkembangan tingkat bagi hasil, inflasi, dan jumlah tabungan pada PT. BPRS Puduarta Insani Medan selama 6 bulan
tahun 2006.
Tabel 1.1 Laporan Tingkat Bagi Hasil, Inflasi dan Jumlah Tabungan
PT. BPRS Puduarta Insani Medan Selama 6 Bulan Tahun 2006
Bulan Tingkat Bagi
Hasil Tabungan Tingkat Inflasi
Jumlah Tabungan Rp
Universitas Sumatera Utara
Januari 9.7410
-0.03 1,825,358,506
Februari 9.7078
0.97 1,934,479,579
Maret 9.7244
0.47 2,032,203,691
April 9.7281
-0.38 2,066,023,391
Mei 9.7240
0.68 2,044,449,707
Juni 9.7262
0.02 1,948,760,948
Sumber : PT. BPRS Puduarta Insani Medan Badan Pusat Statistik Medan
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa tingkat bagi hasil, inflasi dan jumlah tabungan berfluktuasi dari bulan ke bulan. Tingkat bagi hasil
mengalami penurunan pada bulan Februari sedangkan tingkat inflasi mengalami peningkatan dan demikian juga dengan jumlah tabungan. Pada bulan Maret dan
April tingkat bagi hasil dan jumlah tabungan mengalami peningkatan, sedangkan tingkat inflasi mengalami penurunan. Pada bulan Mei tingkat bagi hasil dan
jumlah tabungan mengalami penurunansedangkan tingkat inflasi meningkat. Dan pada bulan Juni tingkat bagi hasil mengalami peningkatan, sedangkan tingkat
inflasi dan jumlah tabungan mengalami penurunan. Pada Tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa besarnya peningkatan tingkat bagi hasil tidak dapat sepenuhnya
mendorong naiknya tabungan. Begitu juga dengan tingkat inflasi selama 6 bulan yang berfluktuasi sehingga dengan terjadinya keadaan seperti itu jumlah tabungan
di perusahaan mengalami peningkatan yang disertai dengan penurunan. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Bagi Hasil dan Inflasi Terhadap Besarnya Jumlah Tabungan Pada PT. BPR Syariah Puduarta Insani
Medan”.
B. Perumusan Masalah