1. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Menurut Zainul Arifin 2002:2 Bank berasal dari kata Bangue dalam Bahasa Perancis dan dari kata Banco dalam Bahasa Italia yang berarti peti, lemari
atau bangku. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga seperti mas, uang, berlian, dan lain sebagainya. Dalam Al-
Qur’an, istilah bank tidak disebutkan secara eksplisit. Tetapi jika yang dimaksud adalah manajemen, fungsi, hak dan kewajiban maka semua itu disebutkan dengan
jelas seperti Zakat, sadaqah, ghanimah rampasan perang, ba’I jual-beli, dayn utang dagang, maal harta, dan sebagainya, yang memiliki fungsi yang
dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi. Bank Perkreditan Rakyat BPR menurut Undang-Undang Perbankan No.7
tahun 1992 adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka tabungan, danatau bentuk lain yang
dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Sedangkan menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998, BPR adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Surat Direksi Bank Indonesia No. 3236KEPDIR tentang BPR berdasarkan prinsip syariah tanggal 12 Mei 1993 mengatur tentang izin
pelaksanaan berdasarkan prinsip syariah. Maka dalam teknisnya PT. BPRS Puduarta Insani Medan dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang
menggunakan prinsip-prinsip syariah.
2. Perangkat Yang Digunakan Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Universitas Sumatera Utara
Menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah 2001:274, perangkat yang digunakan Bank Syariah sebagai “pemain tunggal” pada mulanya digunakan
Surat Berharga Pasar Uang SBPU mudharabah dan bai’ al dayn. Dengan berkembangnya Bank Syariah maka otoritas moneter menyediakan perangkat
pengganti dalam mengelola likuidasi yaitu Pasar Uang Antar Bank Syariah PUAS dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWIB.
a. Surat Berharga Pasar Uang SBPU Mudharabah
Surat Berharga Pasar Uang SBPU Mudharabah digunakan untuk membantu Bank Syariah untuk mengatasi kesenjangan likuidasi yang bersifat
sementara akibat missmatch dalam pendanaan, ataupun mengatasi kemungkinan
terjadinya kekalahan kliring dan sebagainya. Melalui SBPU milik nasabah Bank Syariah kepada BI berdasarkan prinsip bagi hasil. Ketentuan-ketentuan SBPU
adalah : 1.
Permintaan SBPU nasabah Bank Syariah adalah sebesar nilai nominal tanpa diskon dengan jangka waktu maksimal 180 hari.
2. Bank Syariah dapat membeli kembali SBPU tersebut pada tanggal jatuh tempo
sebesar nilai nominalnya. 3.
Dalam penggunaan fasilitas SBPU ini, Bank Syariah akan memberikan imbalan dalam bentuk bagi hasil yang berlaku pada Bank Syariah yang
tercermin dari pendapatan operasional Bank Syariah dan dihitung secara berkala setiap 90 hari.
b. Bai’Al Dayn
Bai’al dayn atau jual beli hutang merujuk kepada pembiayaan hutang. Dalam prinsip ini pembiayaan dibuat berdasarkan jual beli dokumen perdagangan
Universitas Sumatera Utara
dan pembiayaan digunakan bagi tujuan pengeluaran, perdagangan dan perkidmatan. Keputusan Dewan Pengawas Syariah DPS pada awal
beroperasinya Bank Syariah berdasarkan keadaan darurat dimana Bank Syariah masih sebagai pemain tunggal, Bank Syariah diijinkan untuk memanfaatkan
excess atau idle fund dengan menggunakan perangkat al dayn, dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Nasabah yang telah menerima fasilitas jual beli dari Bank Syariah akan
mengeluarkan surat hutang, karena Bank Syariah sendiri tidak dapat menerbitkan surat hutang, maka surat hutang tersebut dirubah menjadi
underlying transaction untuk menerima dari bank konvensional. 2.
Kompensasi atas penempatan dana placing dan penerimaan dana taking masih mengacu pada hitungan yang ditetapkan oleh pihak bank konvensional
dimana bank syariah pada waktu itu harus mengoptimalkan kelebihan dananya dan masuk sebagai pendatang baru dengan sistem yang belum dikenal oleh
bank konvensional.
c. Pasar Uang Antar Bank Syariah PUAS
Pasar Uang Bank Syariah PUAS menggunakan piranti sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank IMA yang berjangka waktu maksimal 90 hari yang
diterbitkan oleh kantor pusat bank syariah atau unit usaha syariah bank konvensional dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Pemindah tanganan sertifikat IMA hanya dapat dilakukan oleh bank penanam
dana pertama, sedangkan bank penanam dana kedua tidak diperkenankan memindahtangankan sertifikat tersebut pada bank lain sampai berahirnya
jangka waktu.
Universitas Sumatera Utara
2. Jumlah imbalan sertifikat IMA yang dibayarkan pada awal bulan dihitung atas
dasar tingkat realisasi imbalan deposito investasi mudharabah pada bank penerbit sebelum didistribusikan sesuai jangka waktu penanaman.
d. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI
Pelaksanaan operasi pasar terbuka berdasarkan prinsip syariah dapat berjalan dengan baik, maka otoritas moneter menciptakan suatu prinsip syariah
dalam bentuk SWIB. SWIB dapat dijadikan sarana penitipan dana jangka pendek bagi bank yang mengalami kelebihan likuidasi dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Jumlah dana yang dapat dititipkan sekurang-kurangnya Rp 500.000.000,- dan
sebaliknya dengan kelipatan RP 500.000.000. jangka waktu SWIB adalah satu bulan, dua bulan, dan tiga bulan yang dinyatakan dalam hari.
2. Bank Indonesia memberikan bonus kepada bank dan unit usaha syariah pada
saat jatuh tempo dana dengan pemberian bonus. Besarnya bonus akan dihitung dengan menggunakan acuan tingkat indikasi imbalan PUAS, yaitu rata-rata
tertimbang dan tingkat imbalan sertifikat IMA yang terjadi di PUAS pada tanggal penitipan dana.
3. Fungsi dan Peranan Bank Syariah
Menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah 2001:24, Fungsi dan peranan bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar
akuntansi yang akan dikeluarkan oleh AAOIFI Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution, sebagai berikut :
a. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.
b. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun
dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
Universitas Sumatera Utara
c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat
melakukan kegiatan jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya. d.
Pelaksana kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, Bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan, mengelola,
menghimpun, mengadministrasikan, dan mendistribusikan zakat serta dana- dana sosial lainnya.
4. Tujuan Bank Perkreditan Rakyat Syariah