Sistim Respirasi Perubahan fisiologi wanita hamil

syringedan jarum yang disposible, spinal anestesi dihindari pada pasien dengan penyakit sistemik, serta penerapan teknik antiseptik. 8. Chronic Adhesive Arachnoiditis Suatu reaksi proliferasi arachnoid yang akan menyebabkan fibrosis, distorsi serta obliterasi dari ruangan subarachnoid. Biasanya terjadi bila ada benda asing yang masuk ke ruang subarachnoid.

2.18 Perubahan fisiologi wanita hamil

Pada Seksio sesaria dengan pasien normal, harus diperhatikan perubahan-perubahan fisiologi dan anatomi, karena perubahan tersebut akan mempengaruhi tindakan anestesi. Bila pasien disertai penyulit lain seperti preeklampsi, asthma bronkhiale, maka tindakan anestesinya akan lebih spesifik lagi. Untuk hal itu diperlukan pengetahuan yang mendalam mengenai fisiologi ibu hamil, fisiologi foetal, aliran darah uterus sehingga dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas. 6,21 Pada wanita hamil mulai 3 bulan terakhir, terjadi perubahan fisiologi sistim respirasi, kardiovaskuler, susunan saraf pusat, susunan saraf perifer, gastrointestinal, muskuloskeletal, dermatologi, jaringan mammae, dan mata. 6

2.18.1 Sistim Respirasi

Perubahan pada parameter respirasi mulai pada minggu ke-4 kehamilan. Perubahan fisiologi dan anatomi selama kehamilan menimbulkan perubahan dalam fungsi paru, ventilasi dan pertukaran gas. Ventilasi semenit meningkat pada aterm kira-kira 50 diatas nilai waktu tidak hamil. Peningkatan volume semenit ini disebabkan karena peningkatan volume tidal 40 dan peningkatan frekuensi nafas 15. Ventilasi alveoli meningkat seperti volume tidal tetapi tanpa perubahan pada dead space anatomi. 21 Universitas Sumatera Utara Pada kehamilan aterm P a CO 2 menurun 32-35mmHg. Peningkatan konsentrasi progesteron selama kehamilan menurunkan ambang pusat nafas di medula oblongata terhadap CO 2 . 21 Pada kehamilan aterm functional residual capacity, expiratory reserve volume dan residual volume menurun. Perubahan-perubahan ini disebabkan karena diafragma terdorong keatas oleh uterus yang gravid. FRC Functional Residual Capacity menurun 15-20, menimbulkan peningkatan Shunt dan kurangnya reserve oksigen. Dalam kenyataannya, airway closure bertambah pada 30 gravida aterm selama ventilasi tidal. Kebutuhan oksigen meningkat sebesar 30-40. Peningkatan ini disebabkan kebutuhan metabolisme untuk foetus, uterus, plasenta serta adanya peningkatan kerja jantung dan respirasi. Produksi CO 2 juga berubah sama seperti O 2 . Faktor-faktor ini akan menimbulkan penurunan yang cepat dari P a O 2 selama induksi anestesi, untuk menghindari kejadian ini, sebelum induksi pasien mutlak harus diberikan oksigen 100 selama 3 menit nafas biasa atau cukup 4 kali nafas dengan inspirasi maksimal dengan O 2 100. Vital capacity dan resistensi paru-paru menurun. 6,21 Penurunan functional residual capacity, peningkatan ventilasi semenit, juga penurunan MAC akan menyebabkan parturien lebih mudah dipengaruhi obat anestesi inhalasi dari pada penderita yang tidak hamil. 6,21 Cepatnya induksi dengan obat anestesi inhalasi karena :  hiperventilasi akan menyebabkan lebih banyaknya gas anestesi yang masuk ke alveoli.  pengenceran gas inhalasi lebih sedikit karena menurunnya FRC.  MAC menurun. Pada kala 1 persalinan, dapat terjadi hiperventilasi karena adanya rasa sakit his yang dapat menurukan P a CO 2 sampai 18 mmHg, dan menimbulkan asidosis foetal. Pemberian analgetik misal : epidural analgesia akan menolong. Semua parameter respirasi ini akan kembali ke nilai ketika tidak hamil dalam 6-12 minggu post partum. 21 Universitas Sumatera Utara

2.18.2 Perubahan Volume Darah

Dokumen yang terkait

Perbedaan Perubahan Strong Ion Difference Plasma Setelah Pemberian Larutan Ringer Asetat Malat Dibanding Ringer Laktat Pada Pasien Sectio Caesaria Dengan Anestesi Spinal

3 90 99

Perbandingan Efektivitas Antara Hydroxyethyl Starch (HES) 130/0.4 Dengan Efedrin 10 mg Dalam Mencegah Hipotensi Pada Pasien Seksio Sesarea Dengan Anestesi Spinal

3 41 91

Perbandingan Efek Anestesi Spinal dengan Anestesi Umum terhadap Kejadian Hipotensi dan Nilai APGAR Bayi pada Seksio Sesarea | Flora | Jurnal Anestesi Perioperatif 304 1044 1 PB

0 1 12

Insidensi dan Faktor Risiko Hipotensi pada Pasien yang Menjalani Seksio Sesarea dengan Anestesi Spinal di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung | Rustini | Jurnal Anestesi Perioperatif 745 2771 1 PB

0 0 8

Efek Penggunaan Leg Wrapping terhadap Kejadian Hipotensi Se Anestesi Spinal pada Pasien Seksio Sesarea | Putri | Jurnal Anestesi Perioperatif 903 3290 1 PB

0 0 7

PERBANDINGAN EFEK EFEDRIN PERORAL DAN EFEDRIN INTRAMUSKULER SEBAGAI PROFILAKSIS TERHADAP HIPOTENSI PADA ANESTESI SPINAL - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 54

Perbandingan Efek Pemberian Cairan Kristaloid Sebelum Tindakan Anestesi Spinal (Preload) dan Sesaat Setelah Anestesi Spinal (Coload) terhadap Kejadian Hipotensi Maternal pada Seksio Sesarea | Fikran | Jurnal Anestesi Perioperatif 818 3048 1 PB

0 1 7

Perbandingan Efek Pemberian Norepinefrin Bolus Intravena dengan Norepinefrin Infus Kontinu dalam Tatalaksana Hipotensi, Laju Nadi, dan Nilai APGAR pada Seksio Sesarea dengan Anestesi Spinal | Sumardi | Jurnal Anestesi Perioperatif 375 1248 1 PB

0 1 10

Perbandingan antara Penggunaan Asam Amino dan Ringer Laktat terhadap Penurunan Suhu Inti Pasien yang Menjalani Operasi Laparotomi Ginekologi dengan Anestesi Umum | Hujjatulislam | Jurnal Anestesi Perioperatif 606 2088 1 PB

0 0 7

PERBEDAAN PERUBAHAN STRONG ION DIFFERENCE PLASMA SETELAH PEMBERIAN LARUTAN RINGER ASETAT MALAT DIBANDING RINGER LAKTAT PADA PASIEN SECTIO CAESARIA DENGAN ANESTESI SPINAL TESIS

0 1 21