Cairan intravaskular Perpindahan cairan antar kompartemen

2.6 Cairan interstisial

ISF Normalnya sebagian kecil cairan interstisial dalam bentuk cairan bebas. Sebagian besar air interstisial secara kimia berhubungan dengan proteoglikan ekstraselular membentuk gel. Pada umumnya tekanan cairan interstisial adalah negatif kira-kira -5 mmHg. Bila terjadi peningkatan volume cairan iterstisial maka tekanan interstisial juga akan meningkat dan kadang-kadang menjadi positif. Pada saat hal ini terjadi, cairan bebas dalam gel akan meningkat secara cepat dan secara klinis akan menimbulkan edema. Hanya sebagian kecil dari plasma protein yang dapat melewati celah kapiler, oleh karena itu kadar protein dalam cairan interstisial relatif rendah 2 gDl. Protein yang memasuki ruang interstisial akan dikembalikan kedalam sistim vaskular melalui sistim limfatik. 6,9

2.7 Cairan intravaskular

IVF Cairan intravaskular terbentuk sebagai plasma yang dipertahankan dalam ruangan intravaskular oleh endotel vaskular. Sebagian besar elektrolit dapat dengan bebas keluar masuk melalui plasma dan interstisial yang menyebabkan komposisi elektrolit keduanya yang tidak jauh berbeda. Bagaimanapun juga, ikatan antar sel endotel yang kuat akan mencegah keluarnya protein dari ruang intravaskular. Akibatnya plasma protein terutama albumin merupakan satu-satunya zat terlarut secara osmotik aktif dalam pertukaran cairan antara plasma dan cairan interstisial. Peningkatan volume ekstraselular normalnya juga merefleksikan volume intravaskular dan interstisial. Bila tekanan interstisial berubah menjadi positif maka akan diikuti dengan peningkatan cairan ekstrasel yang akan menghasilkan ekspansi hanya pada kompartemen cairan interstisial. Pada keadaan ini kompartemen interstisial akan berperan sebagai reservoir dari kompartemen intravaskular. Hal ini dapat dilihat secara klinis sebagai edema jaringan. 6 Koloid disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut “plasma substitute” atau “plasma expander”. Di dalam cairan koloid terdapat zatbahan yang mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama waktu paruh 3-6 jam dalam ruang intravaskuler. Seperti disebutkan sebelumnya, koloid adalah molekul besar yang tidak melintasi hambatan diffusional secara mudah seperti kristaloid. Cairan koloid dimasukkan ke dalam ruang Universitas Sumatera Utara vaskuler. Olehkarena itu koloid memiliki kecendrungan yang lebih besar untuk tetap bertahan dan meningkatkan volume plasma dibandingkan dengan cairan kristaloid. 6

2.8 Perpindahan cairan antar kompartemen

Cairan tubuh dan zat terlarut didalamnya berada dalam mobilitas yang konstan. Pertama cairan akan dibawa melalui pembuluh darah, dimana mereka bagian dari IVF. Kemudian secara cepat cairan dari IVF akan saling bertukar dengan ISF melalui membran kapiler yang semipermeabel dan akhirnya ISF akan bertukar dengan ICF melalui membran sel yang permeable selektif. Difusi adalah gerakan acak dari molekul yang disebakan energi kinetik yang dimilikinya dan bertanggung jawab terhadap sebagian besar pertukaran cairan dan zat terlarutnya antara kompartemen satu dengan yang lain. Kecepatan difusi suatu zat melewati sebuah membran tergantung pada 1 permeabilitas zat terhadap membran, 2 perbedaan konsentrasi antar dua sisi, 3 perbedaan tekanan antara masing-masing sisi karena tekanan akan memberikan energi kinetik yang lebih besar, dan 4 potensial listrik yang menyeberangi membran akan memberi muatan pada zat tersebut. 6,14 Difusi antara cairan interstisial dan cairan intraselular dapat terjadi melalui beberapa mekanisme: 1secara langsung melewati lapisan lemak bilayer pada membran sel, 2 melewati protein chanel dalam membran, 3 melalui ikatan dengan protein carier yang reversible yang dapat melewati membran difusi yang difasilitasi. Molekul-molekul yang larut seperti oksigen, CO2, air, dan lemak akan menembus membran sel secara langsung. Kation-kation seperti Na + , K +, dan Ca 2+ sangat sedikit sekali yang dapat menembus membran oleh karena tegangan potensial transmembran sel dengan bagian luar yang positif yang diciptakan oleh pompa Na + -K + . Dengan demikian kation-kation ini dapat berdifusi hanya melalui chanel protein yang spesifik. Pada akhirnya ion-ion ini akan berpindah dan saling menetralkan. Misalnya jika diluar sel terjadi muatan positif yang terlalu besar maka tubuh akan mengkompensasinyua dengan mengeluarkan muatan negatif dari intraselular begitu juga sebaliknya. Glukosa dan asam amino berdifusi dengan bantuan ikatan membran-protein karier. 6,14 Pertukaran cairan antara ruangan interstisial dan intraselular dibangun oleh daya osmotik yang diciptakan oleh perbedaan konsentrasi zat terlarut nondifusif. Perpindahan air dari kompartemen yang hipoosmolar menuju kompartemen yang hiperosmolar. Dinding kapiler mempunyai ketebalan 0,5 μm, terdiri dari satu lapis sel endotel dengan dasar Universitas Sumatera Utara membran. Celah interseluler mempunyai jarak 6-7 nm, memisahkan masing-masing sel dari sel didekatnya. Hanya substansi dengan berat molekul rendah yang larut dalam air seperti sodium, klorida, potasium, dan glukosa yang dapat melewati celah intersel. Substansi dengan molekul yang besar seperti plasma protein sangat sulit untuk menembus celah endotel kecuali pada hati dan paru-paru dimana terdapat celah yang lebih besar. 6,15 Pertukaran cairan melewati kapiler berbeda dengan melewati membran sel. Hal ini terjadi mengikuti hukum starling pada kapiler, yang menyatakan bahwa kecepatan dan arah pertukaran cairan diantara kapiler dan ISF, ditentukan oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik koloid ditentukan oleh albumin. Pada ujung arteri dari kapiler, tekanan hidrostatik dari darah mendorong cairan keluar melebihi tekanan osmotik koloid menahan cairan tetap didalam sehingga mengakibatkan perpindahan dari bagian intravaskular ke interstisial. Pada ujung vena dari kapiler, cairan berpindah dari ruang interstisial ke ruang intravaskular karena tekanan osmotik koloid melebihi tekanan hidrostatik. Normalnya10 dari cairan yang difiltrasi akan direabsorbsi kembali kedalam kapiler. Cairan yang tidak direabsorbsi kira-kira 2mlmnt akan memasuki cairan interstisial dan dikembalikan melalui aliran limfatik menuju kompartemen intravaskular kembali. 6,9

2.9 Pengaturan faal dari cairan dan elektrolit

Dokumen yang terkait

Perbedaan Perubahan Strong Ion Difference Plasma Setelah Pemberian Larutan Ringer Asetat Malat Dibanding Ringer Laktat Pada Pasien Sectio Caesaria Dengan Anestesi Spinal

3 90 99

Perbandingan Efektivitas Antara Hydroxyethyl Starch (HES) 130/0.4 Dengan Efedrin 10 mg Dalam Mencegah Hipotensi Pada Pasien Seksio Sesarea Dengan Anestesi Spinal

3 41 91

Perbandingan Efek Anestesi Spinal dengan Anestesi Umum terhadap Kejadian Hipotensi dan Nilai APGAR Bayi pada Seksio Sesarea | Flora | Jurnal Anestesi Perioperatif 304 1044 1 PB

0 1 12

Insidensi dan Faktor Risiko Hipotensi pada Pasien yang Menjalani Seksio Sesarea dengan Anestesi Spinal di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung | Rustini | Jurnal Anestesi Perioperatif 745 2771 1 PB

0 0 8

Efek Penggunaan Leg Wrapping terhadap Kejadian Hipotensi Se Anestesi Spinal pada Pasien Seksio Sesarea | Putri | Jurnal Anestesi Perioperatif 903 3290 1 PB

0 0 7

PERBANDINGAN EFEK EFEDRIN PERORAL DAN EFEDRIN INTRAMUSKULER SEBAGAI PROFILAKSIS TERHADAP HIPOTENSI PADA ANESTESI SPINAL - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 54

Perbandingan Efek Pemberian Cairan Kristaloid Sebelum Tindakan Anestesi Spinal (Preload) dan Sesaat Setelah Anestesi Spinal (Coload) terhadap Kejadian Hipotensi Maternal pada Seksio Sesarea | Fikran | Jurnal Anestesi Perioperatif 818 3048 1 PB

0 1 7

Perbandingan Efek Pemberian Norepinefrin Bolus Intravena dengan Norepinefrin Infus Kontinu dalam Tatalaksana Hipotensi, Laju Nadi, dan Nilai APGAR pada Seksio Sesarea dengan Anestesi Spinal | Sumardi | Jurnal Anestesi Perioperatif 375 1248 1 PB

0 1 10

Perbandingan antara Penggunaan Asam Amino dan Ringer Laktat terhadap Penurunan Suhu Inti Pasien yang Menjalani Operasi Laparotomi Ginekologi dengan Anestesi Umum | Hujjatulislam | Jurnal Anestesi Perioperatif 606 2088 1 PB

0 0 7

PERBEDAAN PERUBAHAN STRONG ION DIFFERENCE PLASMA SETELAH PEMBERIAN LARUTAN RINGER ASETAT MALAT DIBANDING RINGER LAKTAT PADA PASIEN SECTIO CAESARIA DENGAN ANESTESI SPINAL TESIS

0 1 21