suatu pencerminan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat atau disebut Barthes sebagai konotasi.
4.3 Analisis dan Interpretasi Data.
Judul lagu mencerminkan isi dari lirik lagu yang diwakilinya. Judul “Syair Nurdin Ali” menimbulkan pertanyaan, hal apa saja yang mencerminkan sehingga
masyarakat menjadi membenci terhadap pemimpin organisasi di Negara ini, sehingga muncul lagu tersebut? Apa saja yang mencerminkan pelencengan
terhadap sebuah kepemimpinan sebuah organisasi besar di Negara ini sehingga masyarakat membenci? Representasi lirik lagu “Syair Nurdin Ali” ini akan
dilakukan peneliti dengan menggunakan penanda-petanda dalam peta Roland Barthes serta mengkategorikan kalimat dar bait ke bait ke dalam lima kode
Barthes dan penjabaran makna tiap bait per bait. Pada lirik lagu “Syair Nurdin Ali” ini terdapat tujuh bait, dan diantara bait-bait tersebut terdapat kalimat-kalimat
yang mengartikan kebencian, yaitu : Isi lirik bait ke dua terdiri dari empat kalimat yaitu :
Halalkan segala secara Pertahankan posisi demi kepentingan pribadi
Tak mau disalahkan
Nurdin Ali.. Manusia macam apa kau..
Bait 2 kalimat ke-5 : Halalkan segala cara
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Penanda : Halalkan segala cara 2. Petanda : Konsep tentang halal
3. Tanda Denotatif : Halal 4. Penanda Konotatif : Menyalah
gunakan makna “halal” demi kepentingan pribadi
5. Petanda konotatif : Makna halal sendiri mempunyai arti diizinkan atau
tidak dilarang sesuai syarat islam
6. Tanda Konotatif : pelencengan makna Halal
Kalimat ke enam dari lirik ini termasuk dalam kode Hermenuetik atau kode teka-teki, karena dalam kalimat ini terdapat kata halal yang menimbulkan
pertanyaan apa arti halal disini ? kenapa menyalah gunakan makna darti kata halal? Untuk apa ? kode Proaretik, karena dalam kalimat ini mengandung cerita
tentang oknum yang menghalalkan segala cara untuk demi kepentingan pribadi. Kode Gnomik atau Kultural Budaya karena Halal sudah menjadi budaya Islam
sejak islam lahir dan harus dimengerti dan dijalankan makna dari Halal.
Dalam bait ke dua ini, kalimat ke lima yaitu Halalkan segala cara. kata
Halalkan yang mempunyai arti menyatakan atau menggangap halal, halalkan sendiri diambil dari kata halal yang mempunyai arti diizinkan atau tidak dilarang
sesuai syarat islam. Kata segala mempunyai arti semua, sekalian, tidak ada kecualinya. Kata cara mempunyai arti jalan melakukan sesuatu.
Makna konotasi dari kalimat Halalkan segala cara ialah manusia yang
menghalalkan segala cara demi kepentingan pribadi dan individu, tidak melihat
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sekitar. Dan manusia disini menyalahgunakan makna dari kata halal demi kepentingan pribadi dan merugikan orang banyak.
Bait ke 2 kalimat ke- 6 : Pertahankan posisi demi kepentingan pribadi 1. Penanda : Pertahankan posisi demi
kepentingan pribadi 2. Petanda : Konsep tentang posisi
3. Tanda Denotatif : Posisi 4. Penanda Konotatif : Kepentingan
pribadi lebih penting daripada orang banyak.
5. Petanda Konotatif : Mempertahankan kekuasaan posisi demi
mempertahankan egoisme
6. Tanda Konotatif : Tingginya jabatan posisi seseoarang sangat mempengaruhi egoisme seseorang..
Kalimat ke enam dari lirik ini termasuk dalam kode Hermenuetik atau kode teka-teki, Karena dalam kalimat ini terdapat kata posisi yang menimbulkan
seberapa pentingkah posisi buat seseorang ? kenapa menyalah gunakan posisi ? kode Proaretik, Karena dalam kalimat ini mengandung cerita mengenani
seseorang yang mempertahankan posisi demi kepentinganya. Kode Gnomik atau Kultural budaya, posisi atau jabatan sudah menjadi budaya di Indonesia untuk
mengetahui tingkat posisi di sebuah organisasi. Tapi seiring berjalan nya waktu, orang mulai menyalah gunakan posisi dan tidak mempertanggung jawabkan
posisinya.
Dalam bait ke dua, kalimat ke enam yaitu pertahankan posisi demi kepentingan pribadi. Kata pertahankan mempunyai arti mengusahakan supaya
tetap tidak berubah. Kata posisi mempunyai arti kedudukan, pangkat dalam
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
jabatan. Kata demi mempunyai arti serta, selekas, sebaik. Kata kepentingan mempunyai arti amat perlu amat utama. Kata pribadi mempunyai arti manusia
sebagai perseorangan.
Makna konotasi dari lirik pertahankan posisi demi kepentingan pribadi
mempunyai arti tentang seseorang menyalah gunakan posisi dan tidak bertanggung jawab akan kewajiban-kewajibam kedudukan posisinya, kepentingan
pribadi lebih besar daripada kepentingan orang banyak. Bait 7 kalimat ke-2 : Tak Mau Disalahkan
1. Penanda : Tak mau disalahkan 2. Tanda Denotatif : Konsep tentang
salah atau kesalahan 3. Tanda Denotatif : Salah atau kesalahan
4. Penanda Konotatif : Salah satu sifat manusia
5. Petanda konotatif : Seseorang yang tidak mau disalahkan dan selalu ingin
benar sampai kapanpun
6. Tanda Konotatif : Seseorang yang selalu ingin benar dan tidak ingin di salahkan untuk menutupi kesalahannya di mata orang lain.
Kalimat ke tujuh dari lirik ini termasuk dalam kode Hermeneutik atau kode teka-teki, karena dalam kalimat ini terdapat kata salah yang menimbulkan
siapa yang berbuat salah ? dan kenapa ingin selalu benar ? kode Proaretik, karena dalam kalimat ini mengandung cerita tentang seseoramg yang selalu ingin benar.
Kode Gnomik atau Kultural budaya, karena sifat salah atau benar manusia sudah menjadi budaya lama manusia dan tercipta sudah lama ketika manusia mengetahui
mana yang benar dan salah.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pada kalimat ke 7 yaitu tak mau disalahkan, kata tak artinya tidak. Kata
mau mempunyai arti sungguh-sungguh suka akan sesuatu. Kata salah mempunyai arti sifat seseoranng yang tidak sebagaimana mestinya.
Makna konotasi dari lirik tak mau disalahkan ialah mempunyai arti
tentang seseorang yang selalu ingin benar, tak mau kalah, dan tak mau salah. Hal ini dilakukan agar untuk menutupi kesalah orang itu dimata orang banyak.
Bait 2 kalimat ke-8 : Nurdin Ali manusia macam apa kau 1. Penanda : Nurdin Ali manusia
macam apa kau Petanda : Konsep tentang manusia
3. Tanda Denotatif : Manusia 4. Penanda Konotatif : Macam-macam
sifat manusia 5. Petanda Konotatif : Salah satu sifat
manusia yang merugikan banyak orang 6. Tanda Konotatif : sifat manusia yang membuat manusia lain capek dan ingin
meluapkan nya.
Kalimat ke delapan dalam lirik ini termasuk kode Hermenuetik atau kode teka-teki, karena dalam kalimat ini terdapat kata manusia yang menimbulkan
pertanyaan, siapa kah yang dimaksud manusia ini ? mengapa banyak bermacam- macam sifat manusia ? kode Proaretik, karena dalam kalimat ini mengandung
cerita tentang manusia yang mempunyai sifat yang tidak disukai oleh manusia lain. Kode Gnimik atau Kultural budaya, karema manusia yng menciptakan
buadaya itu sendiri sehingga muncul banyak sifat-sifat manusia itu sendiri juga.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Kode Leksia fragmen ringkas yaitu terdapat pada kalimat Manusia macam apa kau,kerena didalam kalimat ini sangat mengandung kebencian.
Pada kalimat ke delapan bait ke dua yaitu Nurdin Ali manusia macam apa kau, kata Nurdin Ali mengartikan sebuah nama orang. Kata manusia
mempunyai arti makhluk berakal budi sebagai lawan binatang. Kata macam mempunyai arti keadaan suatu benda, jenis, atau rupa. Kata apa mempunyai kata
kata tanya untuk menyatakan nama, jenis, sifat sesuatu. Kata kau mempunyai arti engkau , kamu.
Makna konotasi dari lirik Nurdin Ali manusia maca apa kau menurut
peneliti ialah salah satu bentuk kebencian sesorang tentang orang sudah mempunyai banyak sifat yang sangat merugikan banyak orang dan mempunyai
banyak masalah dengan orang.
Bila kalimat-kalimat ini digabungkan maka makna bait ke 2 secara keseluruhannya adalah tentang seseorang yang menghalalkan segala cara demi
mempertahankan posisi dan kepentingan pribadi. Mencerminkan tidak bisa bertanggung jawab akan posisi yang di amanatkan. Selalu tidak mau disalahkan
dan selalu ingin benar, hal ini dilakukan untuk menutupi semua kesalahannya. Isi lirik bait ke tiga terdiri dari tiga kalimat yaitu ...
Hentikan Semuanya.. Kau tak seharusnya disana..
Hentikan secepatnya..
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Bait 3 kalimat ke-9 : Hentikan Semuanya
1. Penanda :Hentikan semuanya 2. Pentanda : Konsep tentang Henti
3. Tanda Denotatif : Henti 4. Penanda konotatif : Hentikan
masalah 5. Penanda Konotatif : ingin melihat
orang tersebut berhenti dari jabatanya. 6. Tanda konotatif : terlalu banyak orang yang menginginkan masalah agar cepat
berhenti karena merasa lelah atas masalah yang ada
Kalimat ke Sembilan termasuk dalam kode Hermeneutik atau kode teka- teki, karena dalam kalimat ini terdapat kata Henti yang menimbulkan pertanyaan,
siapakah yang ingin berhenti untuk menyelsaikan semua masalah yang ada ? Kode Proaretik, karena dalam kalimat ini mengandung cerita tentang masyarakat
yang lelah dengan masalah-masalah yang telah terjadi akibat seseorang. Kode leksia fragmen ringkas karena kalimat hentikan semuanya mengandung
kebencian.
Pada kalimat ke Sembilan bait ke tiga yaitu hentikan semuanya, kata
henti mempunyai arti tidak lanjut. Kata semua mempunyai arti segalanya, sekalian, dan banyak.
Makna konotasi dari lirik Hentikan semuanya menurut peneliti ialah
dimana masyarakat seudah lelah akan masalah-masalah yang ada yang telah dibuat oleh satu orang dan masyarakat menuntut adanya sebuah perubahan untuk
menjadi lebih baik.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Bait 3 kalimat ke-10 : Kau tak seharusnya disana 1. Penanda : kau Tak seharusnya disana 2. Petanda : Konsep tentang harus
3. Tanda denotatif : Harus 4. Penanda konotatif : Tak ingin
melihat orang tersebut berada disana lagi
5. Penanda Konotatif : ingin melihat orang tersebut berhenti dari jabatanya.
6. Tanda Konotatif : Menyuarakan untuk tidak ingin melihat seseorang yang menjadi sumber masalah tetap berada di posisi jabatanya yang sekarang.
Kalimat ke sepuluh termasuk dalam kode Hermeneutik atau kode teka- teki, karena dalam kalimat ini terdapat kalimat kau tak seharusnya disana yang
menimbulkan pertanyaan siapa yang harus pergi dari tempat, posisi, atau kedudukan tersebut ? Kode Proaretik, karena dalam kalimat mengandung cerita
tentang keinginan masyarakat yang tidak ingin melihat lagi seseorang tersebut berada tetap di tempat tersebut kedudukan, posisi, atau jabatan. Kode leksia
fragmen ringkas karena kalimat kau tak seharusnya disana sangat menggambarkan kebencian.
Pada kalimat ke sepuluh yaitu kau tak seharusnya disana, kata tak
mempunyai arti tidak. Kata seharusnya diambil dari kata harus mempunyai arti patut, wajib, tidak boleh tidak. Kata disana mempunyai arti penunjuk tempat yang
jauh.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Makna konotasi dari lirik kau tak seharusnya disana ialah keinginan
masyarakat yang ingin melihat seseorang untuk berhenti dari sebuah jabatan posisi, atau kedudukan.
Bait 3 kalimat ke- 11 : Hentikan Secepatnya
1. Penanda : Hentikan secepatnya 2. Petanda : Konsep tentang henti dan
cepat 3. Penanda Konotatif : Ingin cepat-cepat berhenti
4. Petanda Konotatif : Hasrat keinginan melihat seseorang berhenti dari
jabatanya sangat kuat. 5. Petanda Konotatif : kurang peka nya
seseorang akan kritikan.
6. Tanda konotatif : kurang sadar dan memiliki kepekaan yang sangat rendah akan kritikan banyak orang sampai banyak orang yang membenci.
Kalimat ke sebelas dari lirik ini termasuk kode Hermenuetik atau kode teka-teki, katrena dalam kalimat ini terdapat kata henti dan cepat yang
menimbulkan pertanyaan siapa yang mempunyai hasrat untuk melihat orang tersebut berhenti dari jabatanya ? mengapa ingin melihat orang tersebut berhenti
dari jabatanya. Kode Proaretik, karena dalam kalimat ini mengandung tentang masyarakat yang tidak ingin melihat lagi orang tersebut tetap berada di jabatanya.
Kode leksia fragmen ringkas karena kalimat hentikan secepatnya mengandung kebencian.
Pada kalimat ke sebelas yaitu hentikan secepatnya, kata hentikan diambil
dari kata henti yang mempunyai arti berdiam diri sesudah bergerak. Kata
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
secepatnya di ambil dari kata cepat yang mempunyai arti perjalanan yang dalam waktu singkat dapat mencapai jarak yang panjang.
Makna konotasi dari lirik hentikan secepatnya yaitu keinginan masyarakat
banyak uang tidak ingin melihat lagi orang yang menjadi sumber masalah selama ini masih tetap berada di jabatanya.
Apabila digabungkan secara kesuluruhan, makna bait ke tiga ini adalah
seruan masyarakat tidak ingin melihat seseorang yang menjadi sumber masalah selama ini tetap berkuasa dan ingin melihat pemimpin tersebut turun dari
jabatanya. Karena masyarakat ingin melihat adanya perubahan untuk menjadi yang lebih baik.
Isi dari bait ke empat terdapat empat kalimat yaitu : Tak sadar diri semakin banyak orang yang membenci
Bagaikan manusia tak punya harga diri
Hati nurani, kau tak peduli Dan bikin sakit hati kau ucapkan sembarang janji..
Bait 4 kalimat ke- 12 : Tak sadar diri semakin banyak orang yang membenci
1. Penanda : Tak sadar diri semakin banyak orang yang membenci
2. Petanda : konsep tentang benci 3. Penanda : benci
4. Penanda Konotatif : Tingkat kesadaran yang rendah
5. Petanda Konotatif : kurang peka nya seseorang akan kritikan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6. Tanda konotatif : kurang sadar dan memiliki kepekaan yang sangat rendah akan kritikan banyak orang sampai banyak orang yang membenci.
Kalimat ke dua belas termasuk dalam kode Hermenuetik atau kode teka teki-teki, karena dalam kalimat ini terdapat kata membenci yang menimbulkan
pertanyaan siapa yang membenci ? dan siapa yang dibenci ? kode Proaretik, karena dalam cerita ini menceritakan tentang seorang penguasa yang tak sadar
banyak yang membenci. Kode Gnomik atau Kultural Budaya, karena hal benci mebenci sudah sering terjadi di Negara ini. Kode Simbolik, karena dalam kalimat
ini terdapat kata membenci yang diambil dari kata benci yang menjadi tema dari lirik ini.
Pada kalimat ke dua belas yaitu tak sadar diri semakin banyak orang membenci, kata tak mempunyai arti tidak. Kata sadar mempunyai arti merasa tau
dan sadar akan keadaan yang sebenernya. Kata diri mempunyai arti orang seorang. Kata semakin mempunyai arti makin, kian. Kata banyak mempunyai arti
sesuatu yang lebih dari satu. Kata orang mempunyai arti makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kata membenci diambil dari kata benci mempunyai arti
perasaan yang tidak suka.
Makna konotasi dari lirik tak sadar diri semakin banyak orang membenci
menurut peneliti ialah tentang kurang sadar nya seseorang dan mempunyai rasa kepekaan yang kurang sampai banyak orang yang membenci. Orang membenci
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pun mempunyai alas an karena penguasa tersebut tidak bisa bertanggung jawab akan amanat yang dipegang selama ini.
Bait 4 kalimat ke-13 : Bagaikan manusia tak punya harga diri 1. Penanda : Bagaikan manusia tak
punya harga diri 2. Petanda : konsep tentang harga diri
3. Tanda Denotatif : Harga diri 4. Penanda Konotatif : Manusia yang
tak punya harga diri 5. Petanda Konotatif : Manusia yang
tidak punya perasaan 6. Tanda Konotatif : Manusia yang tidak lelah melakukan kesalahan dan
merugikan banyak orang sehingga dianggap manusia yang tidak punya harga diri dan perasaan
Kalimat ke tiga belas termasuk dalam kode Hermenuetik atau kode teka- teki, karena dalam kalimat ini terdapat kata harga diri yang menimbulkan
pertanyaan, siapa yang tidak punya harga diri ? mengapa tidak punya harga diri ? Kode Proaretik, karena dalam kalimat ini mengandung cerita manusia yang tidak
punya harga diri. Kode Gnimik atau Kultural budaya, karena harga diri sudah ada sejak manusia mulai mempunyai sikap.
Pada kalimat ke tiga belas bait ke empat yaitu bagaikan manusia yang tak punya harga diri, kata bagaikan diambil dari kata bagai mempunyai arti jenis,
macam, bandingan, dan kata bagaikan mempunyai arti kata depan untuk perbandingan. Kata manusia mempunyai arti mahkluk Tuhan yang paling
sempurna. Kata yang mempunyai arti kata untuk menyatakan bahwa kata atau kalimat yang berikut diutamakan atau dibedakan yang lain. Kata tak mempunyai
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
arti tidak. Kata punya mempunyai arti sesuatu yang dimiliki. Kata harga diri mempunyai arti kehormatan seseorang.
Makna konotasi dari lirik bagaikan manusia yang tak punya harga diri
ialah menurut peniliti ialah seseorang yang tidak capek melakukan kesalahan sampai di mata orang banyak, orang tersebut sudah tidak punya kehormatan lagi
atau harga diri. Bait 4 kalimat ke-14 : Hati nurani, kau tak peduli
1. Penanda : Hati nurani, kau tak peduli 2. Petanda : Konsep tentang hati nurani 3. Tanda Denotatif : Hati Nurani
4. Penanda Konotatif : Manusia yang tidak punya hati nurani
5. Petanda Konotatif : Manusia yang tidak punya hati nurani, sehingga tidak
peduli dengan hati nurani banyak orang.
6. Tanda Konotatif : Seseorang yang sudah tidak punya hati nurani sehingga mempunyai kepedulian yang sangat rendah untuk orang banyak
Kalimat ke empat belas termasuk dalam kode Hermenuetik atau kode teka- teki, karena dalam kalimat ini terdapat kata Hati nurani yang menimbulkan
pertanyaan, siapakah yang tidak punya hati nurani ? dan mengapa tidak punya hati nurani ? kode Proaretik, karena dalam kalimat ini menceritakan seseorang yang
tidak punya hati nurani, sehingga tidak peduli dengan perasaan orang banyak. Kode Gnimik atau Kulutural budaya karena Hati Nurani sudah dimiliki oleh
manusia sejak manusia tau mana yang benar maupun salah. Kode leksia fragmen ringkas karena kalimat hati nurani, kau tak peduli mengandung kebencian.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pada kalimat ke empat belas bait ke empat yaitu hati nurani, kau tak peduli kata Hati mempunyai arti salah satu organ tubuh manusia. Kata nurani
mempunyai arti terang bercahaya. Kata kau mempunyai arti kamu. Kata tak mempunyai arti kata tidak. Kata peduli mempunyai arti memperhatikan.
Makna konotasi dari lirik hati nurani, kau tak peduli ialah tentang
seseorang yang tidak punya hati nurani sehingga tidak peduli dengan perasaan orang banyak. Bahkan kepekaan tersebut tentang makna peduli sudah tidak ada
lagi. Bait 4 kalimat ke-15 : Dan bikin sakit hati kau ucapkan sembarang janji.
1. Penanda : Dan bikin sakit hati kau ucapkan sembarang janji
2. Petanda : Konsep tentang sakit hati 3. Tanda Denotatif : Sakit Hati
4. Penanda Konotatif : Janji kosong membuat sakit hati
5. Petanda konotatif : Seseorang yang terlalu membuat janji yang tak
berwujud sehingga membuat sakit hati banyak orang.
6. Tanda konotatif : Janji-janji palsu seseorang membuat sakit hati banyak orang
Kalimat ke lima belas termasuk dalam kode Hermenuetik atau kode teka- teki karena dalam kalimat ini terdapat kata sakit hati yang menimbulkan
pertanyaan siapakah yang sakit hati ? mengapa sakit hati ? Kode Proaretik, karena dalam kalimat ini menceritakan tentang seseorang yang mempermainkan sebuah
janji sehingga membuat sakit hati orang banyak. Kode Gnimik atau Kultutral
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
budaya karena sakit hati sudah pernah di rasakan oleh setiap manusia sejak mereka pertama kali tersakiti. Kode leksia fragmen ringkas karena kalimat dan
bikin sakit hati kau ucapkan sembarang janji mengandung kebencian.
Pada kalimat ke lima belas bait ke empat yaitu dan bikin sakit hati kau ucapkan sembarang janji, kata dan mempunyai arti kata penghubung. Kata bikin
mempunyai arti membuat. Kata sakit mempunyai arti berasa tidak nyaman di tubuh. Kata hati mempunyai arti salah satu organ tubuh. Kata kau mempunyai arti
kamu. Kata ucapkan diambil dari kata ucap mempunyai arti suara kata. Kata sembarang mempunyai arti asal saja, tidak dengan pandang memandang. Kata
janji mempunyai arti sesuatu yang harus ditepati.
Makna konotasi dari lirik dan bikin sakit hari kau ucapkan sembarang janji yaitu tentang seseorang yang terlalu banyak membikin janji-janji yang tidak
berwujud yang hanya terucap lewat kata tetapi tak terbukti lewat sikap sehingga membuat orang banyak sakit hati.
Sehingga makna bait dari kesuluruhan ialah seseorang yang tak akan
pernah sadar diri akan kesalahan-kesalahanya yang tidak bertanggung jawab sehingga pantas untuk disebut manusia yang tak punya harga diri karena tidak
punya hati nurani sehingga banyak orang membenci dan yang disebut orang banyak disini ialah rakyat. Rakyat yang tidak butuh janji-janji kosong tetapi perlu
bukti. Isi dari bait ke lima terdapat empat kalimat
Tak tau malu..
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Lebih dari sekedar benalu..
Indonesia berseru..
Tinggalkan jabatanmu..
Bait ke 5 kalimat ke-16 : Tak tau malu
1. Penanda : Tak tau malu 2. Petanda : Konsep tentang malu
3. Tanda Denotatif : Malu 4. Penanda Konotatif : Seseorang yang
tak tau malu 5. Petanda Konotatif : Seseorang yang
sudah tidak mempunyai rasa malu dan akan terus bertindak semaunya sendiri
6. Tanda Konotatif : Seseorang yang habis akan rasa malu
Kalimat ke enam belas termasuk dalam kode Hermeneutik atau kode teka- teki, karena dalam kalimat ini terdapat kata malu yang menimbulkan pertanyaan
yaitu siapa yang tak tau malu ? mengapa sudah habis rasa malu orang tersebut ? Kode Proaretik karena dalam kalimat ini mengandung cerita tentang seseorang
yang sudah tidak memounyai rasa malu dan akan terus bertindak semaunya sendiri. Kode Gnimik atau Kultural budaya karena rasa malu sudah ada sejak
dahulu dan dimiliki oleh seseorang ketika mau bertindak. Kode leksia fragmen ringkas karena kalimat tak tau malu mengandung kebencian.
Pada kalimat ke enam belas bait ke lima yaitu tak tau malu, kata tak
mempunyai arti tidak. Kata tau mempunyai arti mengerti. Kata malu mempunyai arti merasa tidak senang.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Makna konotasi dari lirik tak tau malu menurut peneliti ialah tentang
seseorang yang sudah tidak mempunyai rasa malu dan semakin ingin berbuat semaunya sendiri demi kepentingan pribadi dan tidak melihat rakyat.
Bait ke 5 kalimat ke-17 : Lebih dari sekedar benalu 1. Penanda : Lebih dari sekedar benalu
2. Petanda : konsep tentang benalu 3. Tanda Denotatif : Benalu
4. Penanda konotatif : Melebihi Benalu 5. Petanda Konotatif : seseorang yang
dianggap menjadi benalu buat rakyat 6. Tanda Konotatif : seseorang yang tidak tau malu dan menjadi benalu buat
masyarakat
Kalimat ke tujuh belas termasuk dalam kode Hermeneutik atau kode teka- teki, karena dalam kalimat terdapat kata benalu yang menimbulkan pertanyaan
siapakah yang menjadi benalu ? mengapa menjadi benalu ? kode Proaretik karena kalimat ini menceritakan tentang seseorang yang tak tau malu dan dianggap lebih
dari sekedar benalu. Kode leksia fragmen ringkas karena kalimat lebih dari sekedar benalu sangat mengandung kebencian.
Pada kalimat ke tujuh belas kalimat ke lima yaitu lebih dari sekedar benalu, Kata lebih mempunyai arti lewat atau melebihi semestinya. Kata dari
mempunyai arti kata perangkai mengatakan. Kata sekedar mempunyai arti cukup Kata benalu mempunyai arti parasit.
Makna konotasi dari lirik lebih dari sekedar benalu menurut peneliti ialah
tentang seseorang yang tidak punya rasa malu, semaunya sendiri, dan dianggap
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
menjadi benalu dan merugikan rakyat sehingga rakyat menuntut adanya perubahan demi kebaikan bangsa dan Negara.
Bait 5 kalimat ke-18 : Indonesia berseru 1. Penanda : Indonesia berseru
2. Petanda : konsep tentang berseru 3. Tanda Denotatif : Berseru
4. Penanda Konotatif : Rakyat berteriak 5. Petanda Konotatif : Rakyat Negara
ini berteriak menuntut adanya perubahan
6. Tanda konotatif : Rakyat menyuarakan keinginan untuk menuntut adanya sebuah perubahan.
Kalimat ke delapan belas termasuk dalam kode Hermenuetik atau kode teka-teki, karena dalam kalimat ini terdapat kata berseru yang menimbulkan
pertanyaan siapa yang berseru ? mengapa berseru ? Kode Proaretik, karena dalam kalimat ini mengandung cerita tentang Rakyat Negara ini menyauarakan adanya
perubahan di Negara ini. Kode Gnimik atau Kultural budaya yaitu berseru atau disebut bersuara sudah tercipta sejak rakyat Indonesia ingin menuntut adanya
perubahanm.
Pada kalimat ke delapan belas bait ke lima yaitu Indonesia berseru,
Indonesia mempunyai arti salah satu Negara Asia tenggara yang mempunyai berbagai pulau dan budaya. Kata berseru mempunyai arti suara.
Makna konotasi dari kalimat Indonesia berseru menurut peneliti ialah
suara rakyat Indonesia yang ingin cepat melihat adanya perubahan demi masa
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
depan bangsa yang lebih baik. Indonesia berseru disini berarti tidak Cuma satu atau dua orang saja yang ingin menyeruakan adanya perubahan, tetapi semua
rakyat bangsa ini yang lelah karena satu orang yang tak tau malu. Bait 5 kalimat ke-19 : Tinggalkan Jabatanmu
1. Penanda : Tinggalkan jabatanmu 2. Petanda : Konsep tentang jabatan
3. Tanda Denotatif : Jabatan 4. Penanda Konotatif : Suruhan untuk
meninggalkan jabatan 5. Petanda konotatif : Keinginan
masyarakat untuk melihat penguasa untuk meninggalkan jabatanya.
6. Tanda Konotatif : masyarakat yang ingin melihat penguasa turun dari jabatanya.
Kalimat ke sembilan belas termasuk dalam kode Hermeneutik atau kode teka-teki, karena dalam kalimat ini terdapat kata jabatan yang menimbulkan
pertanyaan siapakah yang harus turun dari jabatanya ? siapakah yang ingin melihat seseorang turun jabatanya ? Kode Proaretik, karena dalam kalimat ini
menceritakan tentang rakyat bangsa ini yang ingin melihat seorang penguasa yang tak tau malu dan tidak punya harga diri. Kode Gnimik dan Kultural budaya
karena jabatan atau kedudukan sudah menjadi budaya bangsa ini untuk menentukan posisi seseorang didalam sebuah organisasi dan semacamnya. Kode
leksia fragmen ringkas karena kalimat tinggalkan jabatanmu mengandung kebencian.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pada kalimat ke sembilan belas yaitu tinggalkan jabatanmu, kata
tinggalkan diambil dari kata tinggal mempunyai arti masih tetap di tempatnya dan sebagainya. Kata jabatan mempunyai arti pekerjaan atau tugas dalam suatu
organisasi atau semacamnya
Makna konotasi dari lirik tinggalkan jabatanmu menurut peneliti ialah
tentang masyarakat ingin melihat seorang penguasa yang tidak punya hati nurani agar turun dari jabatanya. Rakyat lelah merasakan dampak akan semua hal yang
dilakukan penguasa tersebut.
Apabila digabungkan secara keseluruhan, makna bait ke lima ini adalah
seseorang penguasa yang tak tau malu dan sudah tidak mempunyai malu yang menjadi benalu sehingga sangat berpengaruh negatif buat rakyat. Dan rakyat ingin
melihat penguasa agar turun dari jabatan karena merasa melihat sang penguasa tersebut tidak bertanggung jawab dan tidak bisa mengemban amanat yang di
amanahkan oleh rakyat. Isi dari bait ke enam terdiri dari empat kalimat yaitu :
Sebuah cerita kisah nyata.. Seorang koruptor.. koruptor Indonesia
Hentikan cepat Nurdin ali.. Cepat
hentikan..
Bait 6 kalimat ke-20 : Sebuah cerita kisah nyata
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Penanda : Sebuah cerita kisah nyata 2. Petanda : Konsep tentang kisah nyata
3. Tanda Denotatif : Kisah nyata 4. Penanda Konotatif : Cerita yang tak
dibuat-buat 5. Petanda Konotatif : Sebuah cerita
nyata yang menjadi pro dan kontra 6. Tanda Konotatif : menceritakan kenyataan yang ada tanpa dibuat-buat.
Kalimat ke Dua puluh termasuk dalam kode Hermeneutik atau kode teka- teki karena dalam kalimat ini terdapat kata kisah nyata yang menimbulkan
pertanyaan siapakah yang membikin kisah nyata ? mengapa kisah nyata itu terjadi ? kode Proaretik, karena kalimat ini menceritakan sebuah kisah nyata tanpa
dibuat-buat. Kode Gnimik atau Kultural budaya ialah kisah nyata sudah menjadi budaya bangsa Indonesia sejak dahulu. Tampa kisah nyata semua masalah dan
cerita yang ada di Negara ini seperi rekayasa belaka.
Pada kalimat ke dua puluh yaitu sebuah cerita kisah nyata, kata sebuah
mempunyai arti kata sambung untuk sebuah kata. Kata cerita memiliki arti tuturan yang membentangkan bagaimana suatu terjadi. Kata kisah memiliki arti cerita.
Kata nyata memiliki arti nyata memiliki arti terang dan jelas.
Makna konotasi dari kalimat sebuah cerita kisah nyata ialah menurut
peneliti sebuah kisah cerita yang menjadi pro dan kontra yang selama ini diperbincangkan tidak dibuat-buat dan menjadi kenyataan yang ada.
Bait 6 kalimat ke-21: Seorang Koruptor, Koruptor Indonesia 1. Penanda : Seorang koruptor, koruptor
Indonesia 2. Petanda : Konsep tentang koruptor
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Tanda Denotatif : Koruptor 4. Penanda Konotatif : Koruptor yang
berasal dari Indonesia 5. Petanda Konotatif : Koruptor-
koruptor yang dimiliki oleh Indonesia 6. Tanda konotatif : Semakin banyak koruptor yang dimiliki oleh Negara ini
Kalimat ke dua puluh dari lirik ini termasuk dalam kode Hermeneutik atau kode teka-teki, karena dalam kalimat ini terdapat kata koruptor yang
menimbulkan pertanyaan siapakah yang menjadi koruptor ? mengapa seseorang menjadi koruptor ? Kode Proaretik, karena dalam kalimat ini mengandung cerita
tentang koruptor-koruptor yang berasal dari Indonesia. Kode Gnimik atau Kultural budaya, karena koruptor sudah ada sejak korupsi di Negara ini lahir
dan sampai sekarang sulit untuk dihilangkan.
Pada kalimat ke dua puluh yaitu seorang koruptor, koruptor Indonesia, kata
seorang mempunyai arti satu orang. Kata koruptor memiliki arti pelaku korupsi. Kata Indonesia mempunyai arti sebuah Negara di asia tenggara yang memiliki
banyak pulau dan ke aneka ragaman budaya.
Makna konotasi dari kalimat seorang koruptor, koruptor Indonesia menurut
peneliti ialah menceritakan tentang pelaku korupsi di Indonesia dan semakin banyak saja. Seperti kita ketahui korupsi Negeri ini, ibarat “warisan haram” tanpa
surat wasiat. Tetap lestari sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku dalam tiap orde yang muncul silih berganti sejak republik sendiri
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Bait 6 kalimat ke-22: Hentikan cepat Nurdin Ali
1. Penanda : Hentikan cepat Nurdin Ali 2. Petanda : Konsep tentang Hentikan
cepat 3. Tanda Denotatif : Hentikan cepat
4. Penanda Konotatif : Segera hentikan orang yang dimaksud
5. Penanda Konotatif : banyak orang yang ingin melihat seseorang yang
dimaksud berhenti dari jabatanya.
6. Tanda Konotatif : Rakyat berpendapat, jika pemimpin tersebut segera berhenti, maka hal positif akan datang.
Kalimat ke dua puluh dua dari lirik ini termasuk dalam kode Hermenuetik atau kode teka-teki, karena dalam kalimat ini terdapat kata hentikan cepat yang
menimbulkan pertanyaan bahwa siapa yang ingin melihat cepat-cepat pemimpin tersebut berhenti dari posisinya ? mengapa ingin melihat pemimpin tersebut
berhenti dari posisinya ? kode Proaretik, karena dalam kalimat ini mengandung cerita mengenai rakyat yang ingin melihat segera seorang pemimpin yang egois
agar berhenti dari jabatanya. Kode leksia fragmen ringkas hentikan cepat nurdin ali mengandung kebencian.
Pada kalimat ke dua puluh dua ini yaitu Hentikan cepat Nurdin Ali, kata
hentikan diambil dari kata henti yang mempunyai arti diam atau mengakhiri di satu posisi. Kata cepat mempunyai arti perjalanan atau pergerakan dengan waktu
singkat. Kata Nurdin Ali mempunyai arti menggambarkan nama orang.
Makna konotasi dari lirik hentikan cepat Nurdin Ali menurut peniliti ialah
dimana rakyat ingin segera melihat seorang pemimpin yang egois dan tidak
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
memppunyai hati nurani untuk segera turun dan berhenti dari jabatan yang telah mereka amanat kan selama ini.
Bait 6 kalimat ke-23 : Cepat Hentikan
1. Penanda : Cepat Hentikan 2. Petanda : Konsep tentang cepat
hentikan 3. Tanda denotatif : Cepat Hentikan
4. Penanda Konotatif : Ingin segera melihat perubahan
5. Petanda Konotatif : Adanya pihak- pihak yang ingin melihat perubahan
dan menuntut berhentinya seorang pemimpin
6. Tanda Konotatif : Rakyat berpendapat, jika pemimpin tersebut segera berhenti, maka hal positif akan datang.
Kalimat ke dua puluh tiga dalam lirik ini termasuk dalam kode Hermenuetik atau kode teka-teki, karena dalam kalimat ini terdapat kata Cepat
hentikanlah yang menimbulkan siapakah ingin cepat melihat pemimpin itu berhenti dari jabatanya ? mengapa mereka ingin melihat pemimpin itu berhenti
dari jabatanya ? kode Proaretik, karena kalimat ini mengandung cerita dimana adanya pihak-pihak yang ingin segera melihat seorang pemimpin berhenti dari
jabatanya. Kode leksia fragmen ringkas karena dalam kalimat cepat hentikan mengandung kebencian.
Pada kalimat ke dua puluh tiga yaitu cepat hentikanlah, kata cepat
mempunyai arti perjalanan atau gerakan dalam waktu singkat. Kata hentikan mempunyai arti mengakhiri dan diam di satu posisi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Makna konotasi dari lirik cepat hentikan yaitu adanya pihak-pihak atau
rakyat yang ingin melihat perubahan dengan cara melihat segera seorang pemimpin agar turun dari jabatanya.
Apabila digabungkan secara keseluruhan, makna bait ke enam ini ialah
menceritakan sebuah kisah nyata yang tidak dibuat yaitu seorang koruptor yang berasal dari Indonesia yang tak tau malu dan ingin tetap bertahan dari jabatanya.
Sehingga rakyat lelah dengan kondisi yang ada dan menuntut adanya perubahan. Maka dari itu rakyat ingin segera melihat pemimpin tersebut segera berhenti dari
jabatanya demi sebuah perubahan. Isi lirik bait ke tujuh terdiri dari empat kalimat
Korupsi, politisasi, eksploitasi, manipulasi
Hentikan Nurdin Ali
Korupsi, politisasi, eksploitasi, manipulasi
Sudalah Nurdin
Bait 7 kalimat ke-24 : Korupsi, politisasi, eksploitasi, manipulasi
1. Penanda : Korupsi, politisasi, eksploitasi, manipulasi
2. Petanda : Konsep tentang korupsi, politisasi, eskploitasi, manipulasi
3. Tanda denotatif : Korupsi, politisasi, eksploitasi, manipulasi 4. Penanda Konotatif : macam-macam
tindakan kejahatan yang dilakukan oleh borjuis
5. Petanda Konotatif : tindakan kriminal yang semakin menjadi
6. Tanda Konotatif : tindakan criminal yang dilakukan oleh para kalangan pejabat sehingga membuat masyarakat lelah untuk merasakan dampaknya dan menuntut
adanya perubahan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Kalimat ke dua puluh empat termasuk dalam kode Hermenuetik atau kode teka-teki, karena dalam kalimat ini terdapat kata korupsi, politisasi, eksploitasi,
manipulasi yang menimbulkan pertanyaan siapakah yang melakukan korupsi, politisasi, eksploitasi, manipulasi ? dan mengapa mereka melakukan itu semua ?
apa dampak yang mereka lakukan ? kode Proaretik, karena dalam kalimat ini mengandung cerita mengenai macam-macam tindakan kejahatan yang dilakukan
oleh manusiam terutama kalangan pjabat, para pelaku politik, dan borjuis. Kode Gnomik atau Kultural budaya karena korupsi, politisasi, eksploitasi, dan
manipulasi sudah menjadi budaya turun menurun sampai sekarang dan sangat sulit untuk dihilangkan.
Dalam bait ke tujuh, kalimat ke dua puluh empat korupsi, politisasi, eksploitasi, manipulasi, kata korupsi mempunyai arti tindakan kejahatan dengan
cara menggelapkan uang. Kata politisasi mempunyai arti penyelewengan pengaturan politik yang dilakukan oleh para pelaku politik. Kata eksploitasi
mempunyai arti pendaya gunaan untuk keuntungan sendiri berupa pemerasan. Kata manipulasi mempunyai arti perbuatan curang seperti menggelapkan arang
untuk spekulasi.
Makna konotasi dari kalimat korupsi, politisasi, eksploitasi, manipulasi
yaitu macam-macam tindakan criminal yang dilakukan oleh seseorang terutama para pelaku politik, pejabat, dan bojuirs yang sudah ada ada sejak dahulu dan
turum menurun sampai sekarang sulit dihilangkan sehingga merugikan banyak orang terutama masyarakat kecil. Dampak ini membuat Negara ini menjadi tidak
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
berkembang dan sulit terhindar dari kemiskinan. Dan pada suatu ketika masyarakat menginginkan adanya perubahan.
Bait 7 kalimat ke-25 : Hentikan Nurdin Ali
1. Penanda : Hentikan Nurdin Ali 2. Petanda : Konsep tentang Henti
3. Tanda denotatif : Henti 4. Penanda Konotatif : Hentikan
masalah 5. Petanda Konotatif : banyak kalangan
yang ingin melihat seseorang pemimpin yang dimaksud berhenti
dari jabatanya
6. Tanda Konotatif : terlalu banyak orang yang menginginkan masalah agar cepat berhenti karena merasa lelah atas masalah yang ada
Kalimat ke dua puluh lima dalam lirik ini termasuk dalam kode Hermenuetik atau kode teka-teki, karena dalam kalimat ini terdapat kata Cepat
hentikanlah yang menimbulkan siapakah ingin cepat melihat pemimpin itu berhenti dari jabatanya ? mengapa mereka ingin melihat pemimpin itu berhenti
dari jabatanya ? kode Proaretik, karena kalimat ini mengandung cerita dimana adanya pihak-pihak yang ingin segera melihat seorang pemimpin berhenti dari
jabatanya. Kode leksia fragmen ringkas karena didalam kalimat hentikan nurdin ali mengandung kalimat kebencian.
Pada kalimat ke dua puluh lima ini yaitu Hentikan Nurdin Ali, kata
hentikan diambil dari kata henti yang mempunyai arti diam atau mengakhiri di satu posisi. Kata Nurdin Ali mempunyai arti menggambarkan nama orang.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Makna konotasi dari lirik hentikan Nurdin Ali menurut peniliti ialah
dimana rakyat ingin segera melihat seorang pemimpin yang egois dan tidak memppunyai hati nurani untuk segera turun dan berhenti dari jabatan yang telah
mereka amanat kan selama ini. Bait 7 kalimat ke-26 : Korupsi, politisasi, eksploatisasi, manipulasi
1. Penanda : Korupsi, politisasi, eksploitasi, manipulasi
2. Petanda : Konsep tentang korupsi, politisasi, eskploitasi, manipulasi
3. Tanda denotatif : Korupsi, politisasi, eksploitasi, manipulasi 4. Penanda Konotatif : macam-macam
tindakan kejahatan yang dilakukan oleh borjuis
5. Petanda Konotatif : tindakan kriminal yang semakin menjadi
6. Tanda Konotatif : tindakan criminal yang dilakukan oleh para kalangan pejabat sehingga membuat masyarakat lelah untuk merasakan dampaknya dan menuntut
adanya perubahan.
Kalimat ke dua puluh enam termasuk dalam kode Hermenuetik atau kode teka-teki, karena dalam kalimat ini terdapat kata korupsi, politisasi, eksploitasi,
manipulasi yang menimbulkan pertanyaan siapakah yang melakukan korupsi, politisasi, eksploitasi, manipulasi ? dan mengapa mereka melakukan itu semua ?
apa dampak yang mereka lakukan ? kode Proaretik, karena dalam kalimat ini mengandung cerita mengenai macam-macam tindakan kejahatan yang dilakukan
oleh manusiam terutama kalangan pjabat, para pelaku politik, dan borjuis. Kode Gnomik atau Kultural budaya karena korupsi, politisasi, eksploitasi, dan
manipulasi sudah menjadi budaya turun menurun sampai sekarang dan sangat sulit untuk dihilangkan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dalam bait ke tujuh, kalimat ke dua puluh enam korupsi, politisasi, eksploitasi, manipulasi, kata korupsi mempunyai arti tindakan kejahatan dengan
cara menggelapkan uang. Kata politisasi mempunyai arti penyelewengan pengaturan politik yang dilakukan oleh para pelaku politik. Kata eksploitasi
mempunyai arti pendaya gunaan untuk keuntungan sendiri berupa pemerasan. Kata manipulasi mempunyai arti perbuatan curang seperti menggelapkan arang
untuk spekulasi.
Makna konotasi dari kalimat korupsi, politisasi, eksploitasi, manipulasi
yaitu macam-macam tindakan criminal yang dilakukan oleh seseorang terutama para pelaku politik, pejabat, dan bojuirs yang sudah ada ada sejak dahulu dan
turum menurun sampai sekarang sulit dihilangkan sehingga merugikan banyak orang terutama masyarakat kecil. Dampak ini membuat Negara ini menjadi tidak
berkembang dan sulit terhindar dari kemiskinan. Dan pada suatu ketika masyarakat menginginkan adanya perubahan.
Bait tujuh kalimat ke-26 : Sudahlah Nurdin
1. Penanda : Sudahlah Nurdin 2. Petanda : Konsep tentang sudahlah
3. Tanda denotatif : Sudahlah 4. Penanda Konotatif : ingin menyudahi
semua masalah yang ada 5. Petanda Konotatif : lelah akan
masalah yang ada 6. Tanda Konotatif : adanya pihak-pihak yang sudah lelah akan masalah yang ada
akibat satu orang. Dan mereka meninginkan orang tersebut sadar dan legawa.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Kalimat ke dua puluh enam termasuk dalam kode Hermenuetik atau kode teka-teki, karena dalam kalimat ini terdapat kata sudahlah yang menimbulkan
pertanyaan siapakah yang ingin menyudahi masalah-masalah ini ? mengapa mereka ingin menyudahi masalah yang ada ? dan siapakah yang harus mengalah
agar masalah ini segera terselseikan ? kode Proaretik, karena dalam kalimat ini menceritakan tentang pihak-pihak yang sudah lelah akan masalah yang ada akibat
satu orang. Kode leksia fragmen ringkas karena kalimat sudahlah nurdin mengandung kebencian.
Dalam bait ke tujuh, kalimat ke dua puluh enam yaitu Sudahlah Nurdin
kata sudah mempunyai arti selesai. Kata Nurdin menggambarkan nama seseorang yang dimaksud.
Makna konotasi dari kalimat Sudahlah Nurdin yaitu dimana pihak-pihak
sudah lelah akan masalah yang ada akibat satu orang dan mereka menyuarakan agar orang tersebut sadar dan legawa untuk mundur dari jabatanya.
makna bait secara keseluruhan dari bait diatas adalah tentang seseorang
pemimpin terlibat tindakan-tindakan kejahatan seperti korupsi, politisasi, eksploatisasi, dan manipulasi. Dan pada akhirnya pihak-pihak yang disebut rakyat
lelah melihat masalah yang ada karena dampak dari tindakan pemimpin tersebut sangat merugikan banyak orang bahkan masa depan Negara ini. Rakyat pun
menyuarakan agar pemimpin tersebut menyudahi jabatanya dengan legawa.
Setelah membahas satu per satu kalimat dan kata dari lirik lagi “Syair
Nurdin Ali” sesuai dengan kerangka teori Roland Barthes, maka menurut peneliti
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
makna bait secara keseluruhan dari lagu “Syair Nurdin Ali” yaitu
mencerminkan tentang kritik sosial terhadap pemegang elite politik dan para borjuismen yang menyalahgunakan jabatannya demi kepentingan pribadi. Dan
disini sangat mencerminkan sekali bahwa sebagian masyarakat Indonesia yang sadar ataupun yang tidak sadar telah melangggar demokrasi di Indonesia yang
berideologi Pancasila dengan mempergunakan jabatanya dan sesuka hatinya tanpa memperdulikan dampaknya terhadap orang lain.
Lagu ini mencerminkan juga tentang kebencian masyarakat terhadap kalangan pemimpin yang menyalahgunakan jabatanya. Tampak jelas di sebagian
lirik lagu ini masyarakat menilai pemimpin di Negara ini tidak mempunyai hati nurani dan tidak punya harga diri karena tidak memperdulikan dampak
kejahatanya terhadap masyarakat dan menghalalkan segala cara untuk pertahankan posisi demi kepentingan pribadi.
Di dalam lirik lagu ini juga menceritakan banyaknya masalah yang terjadi hanya gara-gara satu orang saja yang membuat masalah dan sudah menjadi benalu
di masyarakat. Korupsi, politisasi, eksploitasi, dan manipulasi sudah menjadi warisan haram tanpa surat wasiat. Tetap lestari sekalipun diharamkan oleh aturan
hukum yang berlaku di Negara ini.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah mengulas mengenai Representasi kebencian di dalam lirik lagu “Syair Nurdin Ali” yang diciptakan dan dipopulerkan oleh The Sayyidin Band,
maka berdasarkan teori Roland Barthes peneliti memperoleh kesimpulan dari interpretasi tersebut bahwa masyarakat melalui membenci kepada pemimpin yang
menyalahgunakan kekuasaan yang telah di amanat kan rakyat kepada penguasa tersebut.
Masyarakat pun mempunyai alasan mengapa mereka membenci, karena masyarakat lelah kepada pemimpin yang terlalu mementingkan egonya sendiri,
masyarakat juga lelah akan sikap pemimpin yang tidak punya hati nurani, lelah kepada pemimpin yang tidak peka dan membutakan hati mereka untuk melihat
penderitaan masyarakat. Berbicara tentang lagu ini adapun beberapa kalimat didalam lirik lagu ini
yang mengandung kebencian yaitu pada bait ke dua di kalimat “Nurdin Ali, manusia macam apa kau”. Bait ke tiga pada kalimat “kau tak seharusnya disana,
hentikan secepatnya”. Bait ke empat pada kalimat “tak sadar diri semakin banyak orang membenci, hati nurani kau tak peduli, dan bikin sakit hati kau ucapkan
sembarang janji”. Bait ke lima pada kalimat “tak tau malu, lebih dari sekedar
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.