membuat distingsi yang jelas abtar alam dan buadaya, dan mencoba menggunakan makna atau kategori yang terlihat menjadi bagian yangb tak terpisahkan dari alam
sendiri untuk memahami konseptualisasi cultural yang lebih nyata.
2.1.6 Budaya Kritik Indonesia
Budaya kritik merupakan ‘barang mahal’, karena kritik ibarat suatu yang tabu, sehingga mau selamat, jangan mengkritik. Ada tidaknya budaya kritik di
Indonesia, harus coba disimak dari cara berpikir orang Indonesia pada umumnya. Edward C, Smith yang mengkutip uraian “Army Handbook” dalam buku
sejarah pembredelan pers di Indonesia 1983 menutarakan bahwa :
“Cara berpikir orang Indonesia bergantung pada usaha mempertahankan tata ksomis. Orang Indonesia berusaha mencapai keserasian dalam hubungan manusia
dengan Maha Esa Kuasa, dengan kekuatan alam, dan dengan sesame manusia, dengan kewajiban untuk bergotong royong, memupuk toleransi dan harmoni
Ali,1993:83
Kritik merupakan bagian esensial dari masyarakat meskipun teori-teori sosiologi cenderung memperbaikinya. Yang mungkin membedakan masyarakat
yang satun dengan masyarakat yang lainya hanyalah cara pernyataanya. Karena dominasi buadaya Jawa yang amat kuat, masyarakat Indonesia cenderung
menggunakan kritik yang tersirat, yang disampaikan secara tidak langsung, misalnya melalui symbol-simbol dan sebagainya Masoed,199:39
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Eufemisme pengahalusan kata yang sedang berlangsung dalam masyarakat tidak dapat dihindarkan. Kecenderungan menghaluskan kata sering
dilakukan oelh setiap orang untuk mengungkapkan kekurangan orang lain agar tidak menggangu perasaan dan bukan membuka kelemahan pemikiran untuk
merubah tindakan.
2.1.7 Semiologi dan Semiotik Dalam Komunikasi
Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti tanda, atau seme yang berarti penafsir tanda. Semiotika sendiri berakar dari studi klasik
dan skolastik atas seni logika, retorika dan poctika. Semiotika atau semiologi adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk
mengkaji suatu tanda. Tanda adalah perangkat-perangkat yang kita pakai dalam upaya mencari jalan didunia ini, di tengah-tengah masyarakat dan hidup bersama
manusia. Semiotika, atau dalam istilah Narthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan humanity memaknai hal-hal things.
Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek itu hendak berkomunikasi dari tanda Kurniawan dalam
Sobur,2004:15. Suatu tanda menandakan seseuatu selain dirinya sendiri, dan makna adalah
hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda Fiskejohn,1996:64. Jika diterapkan pada tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata, kalimat, tidak memiliki arti
pada dirinnya sendiri. Tanda-tanda itu hanya mengemban arti dalam kaitanya
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dengan pembacanya. Pembaca itulah yang mengubungkan seseuai dengan konvensi dalam sistem bahasa yang bersangkutan. Sebuah teks, naik itu lirik lagu,
surat cinta, novel, cerpen, puisi, komik, semua hal itu mungkin menjadi “tanda” yang dapat dilihat dalam aktivitas penanda : yakni suatu proses signifikasi yang
menggunakan tanda yang mengubungkan objek dan interpretasi. Semiotika modern mempunyai dua orang tokoh, yaitu Charles Sanders
Pierce 1839-1914 dan Ferdinand de Saussure 1857-1913. Terdapat perbedaa antara Pierce dan Saussure, antara lain: Pierce adalah ahli filsafat dan ahli logika,
sedangkan Saussure adalah tokoh cikal bakal linguistik umum Sobur, 2004:110. Sehingga perlu digaris bawahi dari berbagai definisi di atas adalah para
ahli melihat semiotika itu sebagai ilmu atau proses yang berhubungan dengan tanda. Semiotika mempunyai tiga bidang studi utama yaitu yang pertama adalah
tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu terkait dengan manusia yang menggunakanya.
Tnda adalah konstruksi manusia dengan hanya bisa dipahami dalam artian manusia yang menggunakanya. Kedua, kode atau sistem yang mengorganisasikan
tanda. Studi ini mencakup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya untuk mentransimikannya. Ketiga,
kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada giliranya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaanya dan bentuk
sendiri Fiske, 2006:61.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Kajian semiotika dibedakan menjadi dua jenis, yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi, yang pertama menitik beratkan pada teori tentang
produksi tanda, yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam factor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima kode sistem tanda pesan, saluran
komunikasi dan acuan hal yang dibicarakan. Sedangkan yang kedua menitik beratkan pada teori tanda dan segi pemahamanya dalam suatu konteks tertentu.
Pada jenis yang kedua semiotika signifikasi tidak dipersoalkan adanya tujuan komunikasi, sebaliknya yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu
tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan daripada proses komunikasinya Sobur,2004:15.
Pada dasarnya, semiosis dapat dipandang sebagai proses tanda yang dalam istilah semiotika senagai suatu hubungan antara lima istilah :
S s, i, e, r, c S adalah untuk semitotic relation hubungan semiotic; s untuk sign
tanda; i adalah interpreter penafsir; e untuk effect atau pengaruh; r untuk reference rujukan; c untuk conteks konteks atau conditions kondisi.
Batasan semiotika komunikasi menurut Ferdinand de Saussure adalah linguistic hendaknya menjadi bagian suatu ilmu pengetahuan umum tentang
tanda, yang disebutnya sabagai semiologi. Dalam perkembanganya, kedua ilmu yaitu semiotika dan semiologi yang
mengacu pada tanda, secara prinsip tidak ada perbedaan. Kecuali dalam hal
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
orientasi semiologi pada Saussure dan orientasi pada semiotic pada Pierce. Satu perbedaan diantara keduanya, menurut Hawkes adalah semiologi dipilih orang-
orang eropa diluar perbedaan yang dimaksud Saussure, sedang semiotika dipilih oleh penutur berbahasa inggris diluar perbedaan yang dimaksud dari Pierce
Amerika. Dengan kaya lain, sebenranya menurut Eco dama Sobur, pada prinsipnya adalah disiplin ilmu yang mengkaji segala seseuatu yang dapat
digunakan untuk mendustai, mengelabui atau mengecoh. “
Semiotika menaruh perhatian apapun yang dapat dinyatakan sebagai tanda. Sebuah tanda adalah semua hal yang diambil sebagaipenanda yang mempunyai arti penting untuk
menggantikan sesuatu yang lain, seseuatu yang lain tersebut tidak perlu ada, atau tanda itu secara nyata ada disuatu tempat pada waktu tertentu. Semiotika pada prinsipnya
adalah sebuah disiplin yang mempelajari apapun yang bisa digunakan untuk menyatakan suatu kebohongan. Jika sesuatu tersebut tidak dapat digunakan mengatakan suatu
kebohongan, sebaliknya, tidak bisa digunakan untuk mengatakan kebenaran. Berger Dalam Sobur,2004:18
2.1.8 Semiologi Roland Barthes